Angkat Isu Inklusif dan Keragaman dalam Pendidikan, Kuliah Umum di Program Studi Pendidikan Khusus Program Magister dan Doktor UPI

Bandung, UPI

Dalam upaya memenuhi Indeks Kinerja Tambahan (IKT) dan mendukung misi Program Studi Pendidikan Khusus untuk menyelenggarakan pendidikan berkualitas dan berorientasi inklusif, program S2-S3 Pendidikan Khusus UPI melaksanakan kuliah umum dengan tema “Practicing Inclusion and Diversity in Education through Project-Based Learning.” Acara ini diadakan di Auditorium Lantai 10 Gedung Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UPI dan disiarkan secara hybrid melalui platform Zoom, Senin (4/11/2024).

Kuliah umum ini menghadirkan Mr. Ian Kaplan, M.Sc., Senior Education and Research Specialist dari Norwegian Afghanistan Committee (NAC), sebagai narasumber utama. Dekan FIP, Prof. Dr. Rudi Susilana, M.Si, membuka acara dengan menyampaikan pentingnya kegiatan ini dalam mendukung visi internasionalisasi UPI. “Kegiatan ini sejalan dengan upaya fakultas dalam menggagas program-program internasionalisasi. Kehadiran narasumber dari luar negeri seperti Mr. Ian Kaplan memperkuat langkah kita dalam mengimplementasikan pendidikan inklusif dan berbagi pengalaman lintas budaya,” ujar Prof. Rudi.

Turut hadir dalam acara ini Wakil Dekan 1 Bidang Akademik, Dr. Nandang Budiman, M.Si, Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan, Dr. Sardin, M.Si, Dosen Program Studi Pendidikan Khusus, serta mahasiswa program S2 dan S3 Reguler, Fast Track, dan Kerjasama, serta alumni Pkh. Diskusi dan partisipasi aktif para peserta memperkaya dinamika acara, yang menekankan penerapan inklusi dan keragaman dalam pendidikan.

Dalam paparannya, Mr. Kaplan menekankan bahwa inklusi dan keberagaman adalah pilar utama pendidikan global. “Tantangan pendidikan bukan sekadar menyampaikan pengetahuan, tetapi mengembangkan empati, kolaborasi, dan pemahaman mendalam terhadap perbedaan,” jelasnya. Ia menyoroti Project-Based Learning (PBL) sebagai pendekatan yang efektif untuk melibatkan peserta didik dalam proyek kolaboratif, yang memperkaya pengalaman belajar mereka dan menumbuhkan sikap saling menghargai.

Mr. Kaplan menjelaskan bahwa dalam konteks praktik di sekolah dan ruang kelas, inklusi dan keberagaman dalam pendidikan dapat dimaknai bahwa seorang guru harus (1) meluangkan waktu untuk mengenal dan memahami peserta didiknya; (2) memiliki empati dan mencoba mempertimbangkan berbagai hal dari sudut pandang orang lain; (3) jeli dan dapat mengenali apabila peserta didik mengalami permasalahan; (4) mampu berpikir kritis dan mengidentifikasi ketika ada sesuatu yang tidak berjalan dengan baik di kelas, dan berupaya menemukan cara untuk meningkatkan metode dan materi pengajaran serta lingkungan kelas; (5) fleksibel dan berpikiran terbuka sehingga mereka dapat mengubah pendapat dan cara berpikir serta bekerja berdasarkan apa yang mereka amati dan alami, dalam dinamika ruang kelas, sekolah, dan perkembangan anak yang terus berubah; (6) proaktif dan bersedia serta mampu meminta saran dan ide dari orang lain (misalnya, berbicara dengan orang tua tentang kemampuan dan kebutuhan anak-anak mereka, dan bertanya kepada rekan kerja apakah mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman yang relevan untuk dibagikan); (7) selalu tertarik untuk belajar tentang ide-ide baru, berbagai metode pengelolaan kelas, pengajaran dan penilaian, dan tertarik pada apa yang dilakukan guru lain dalam rangka mengadopsi dan mengadaptasi teknik-teknik yang berbeda; (8) sebagai penggiat jejaring, dengan mencari tahu dan bekerjasama dengan ahli lain untuk memberikan bantuan dan nasihat untuk guru, anak, dan orang tua.

Selanjutnya Mr. Kaplan menjelaskan lima langkah utama dalam penerapan PBL, mulai dari memilih tema hingga presentasi hasil proyek. “PBL tidak hanya membantu siswa memahami materi, tetapi juga mengajarkan mereka keterampilan kritis seperti empati, fleksibilitas, dan kolaborasi,” tambahnya.

Lebih lanjut Kaplan memberikan gambaran tentang lima langkah PBL yang dapat dilakukan guru diantaranya adalah:

  • Langkah 1, Memilih tema. Memilih tema proyek yang berkaitan langsung dengan kurikulum pada dua mata pelajaran atau lebih.
  • Langkah 2, Memilih pertanyaan. Pekerjaan proyek difokuskan pada pertanyaan terbuka yang dianggap menarik dan difahami oleh siswa.
  • Langkah 3, Memutuskan ‘produk’ PBL. Siswa harus memutuskan produk yang ingin mereka miliki di akhir proyek. Mereka dapat memilih secara bebas kegiatan dan produk yang dikembangkan oleh guru, atau guru dapat memutuskan produk apa yang harus dibuat, atau dapat pula kombinasi keduanya.
  • Langkah 4, Implementasi proyek. Dalam beberapa kegiatan, jika memungkinkan orang tua atau keluarga dapat bergabung dengan siswa.
  • Langkah 5, Presentasi PBL. Produk PBL dapat dipresentasikan kepada khalayak dengan  mengundang orang tua, keluarga, dan anggota masyarakat lainnya.

Sebagai materi akhir, yaitu PBL sebagai Aksi Inklusif. Ada lima bidang utama inklusi dan keragaman dalam pendidikan yang dikembangkan dari Pendekatan holistik, yaitu: (1) Lingkungan sekolah yang ramah-mencakup memastikan lingkungan fisik, estetika, dan sosial/emosional yang ramah, aman, dan dapat diakses oleh siswa, guru, dan staf sekolah lainnya serta bagi orang tua dan keluarga. (2) Pengajaran, pembelajaran dan penilaian inklusif- memastikan kehadiran, partisipasi, dan prestasi semua siswa dalam pembelajaran sebagai respons terhadap kebutuhan dan kekuatan mereka. (3) Manajemen kelas dan perilaku positif-melibatkan pengembangan dan penguatan budaya sekolah di mana manajemen kelas dan perilaku positif adalah normanya. (4) Hubungan positif di dalam sekolah-melibatkan pengembangan dan pemeliharaan hubungan saling percaya dan saling menghormati, termasuk melalui penguatan komunikasi dan koordinasi, antara siswa, guru, kepala sekolah, dan staf sekolah lainnya. (5) Hubungan positif antara sekolah dan komunitasnya-melibatkan pengembangan dan pemeliharaan hubungan saling percaya dan saling menghormati, termasuk melalui penguatan komunikasi dan koordinasi, antara sekolah, orang tua, keluarga, dan anggota komunitas sekolah lainnya.

Kuliah umum ini menjadi momentum penting bagi Program Studi Pendidikan Khusus untuk terus memfasilitasi kegiatan yang relevan dengan kebutuhan akademik dan profesional mahasiswa. Ketua Program Studi Pendidikan Khusus, Dr. Imas Diana Aprilia, M.Pd. menegaskan bahwa kegiatan ini menjadi agenda rutin yang terkait dengan mata kuliah pengembangan pendidikan inklusif di tingkat S2 dan kajian pendidikan inklusif di tingkat S3.

Acara ditutup dengan sesi diskusi yang diwarnai dengan antusiasme tinggi para peserta, terutama guru-guru yang hadir. Mereka menggali lebih dalam mengenai penerapan PBL di kelas dan tantangan yang mungkin dihadapi. Ketua Program Studi menyatakan, “Antusiasme ini menjadi catatan penting bagi kami untuk terus memformulasikan kegiatan akademik yang berkelanjutan dan memperkaya wawasan mahasiswa tentang pendidikan inklusif.”

Melalui kegiatan ini, Program Studi Pendidikan Khusus UPI menunjukkan komitmennya dalam membekali mahasiswa dengan perspektif global dan kompetensi praktis untuk mendukung pendidikan inklusif dan keberagaman, sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.