Antusiasme Anak Buruh Migran Indonesia Merayakan HUT Ke-71 RI

01Sarawak, UPI

Walaupun hari kemerdekaan sudah lewat tanggal, perayaan HUT RI yang ke-71 masih terasa meriah bagi anak buruh migran Indonesia dari berbagai CLC (Community Learning Center) di Sarawak, Malaysia, Minggu (21/8/2016). Perayaan lomba tari kreasi yang mengandung unsur tradisional dijadikan sebagai salah satu cabang perlombaan yang diselenggarakan oleh VTIC (Volunterism Teaching Indonesia Community) Cycle 5.

Secara garis besar, anak-anak di Sarawak kondisinya jauh berbeda dari anak Indonesia pada  umumnya. Hal seperti itu menjadi urgensitas bagi anak-anak. Karena pada masa emas yaitu pada tingkat sekolah dasar diperlukan adanya pendidikan kebudayaan agar dapat mewarisi budaya yang ada.

Adapun tujuan diadakannya perlombaan tari tradisional, tidak hanya sebagai pengalaman, melainkan keperluan memancing emosional anak untuk cinta tanah air. Tidak hanya melalui upacara nasionalisme tumbuh, bisa melalui  baju adat dan tarian tradisional nasionaisme tumbuh. Selain itu tidak memudarkan nilai integritas anak bangsa.

Melalui tari tradisional tersebut, anak-anak dapat mengambil berbagai keberagaman nilai dan budaya Indonesia. Sesuai dengan tema VTIC yaitu ‘mendidik dalam keberagaman’. Salah satu tariannya adalah Mappadendang. Tari Mappadendang yang berasal dari Bugis ini mengajarkan untuk selalu pintar bersyukur terutama pada pangan.02

Tidak hanya itu, ajang perlombaan ini pun bertujuan untuk mengenalkan keberagaman  Indonesia pada anak buruh migran Indonesia. Hal tersebut dianggap penting oleh Tommy, Project Officer VTIC Cycle 5, karena melalui perlombaan tari tradisional, diharapkan budaya Indonesia dapat dirasakan langsung dari dekat oleh anak-anak buruh migran Indonesia.

Dengan diadakannya perlombaan ini dari setiap CLC datang untuk bisa berkenalan bertukar pikiran pengalaman cerita suka dan duka. Selain itu kegiatan ini juga berfungsi untuk menguatkan tali persaudaraan bahwa anak-anak itu orang Indonesia. Sebab pada kesehariannya, jarak antar CLC sangat jauh, harus melewati berbagai ladang kelapa sawit dengan kondisi jelek sehingga mobilitas antar CLC lainnya tidak dapat sering berinteraksi. (Tresna Yulianti, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPI yang sedang magang di daerah perbatasan RI-Sarawak, Malaysia)