Basarnas dan Bela Negara

Cecep Darmawan

Oleh CECEP DARMAWAN

(Dosen Pascasarjana UPI dan Ketua Bidang Pembudayaan JSN 45 dan Pendidikan DHD 45 Jawa Barat)

 TIADA kata yang patut diucapkan kecuali syukur Alhamdulillah, salut atas keberhasilan Badan SAR Nasional (Basarnas) melakukan tugas evakuasi korban kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501. Kerja keras tim Basarnas tanpa kenal menyerah meski medan lautan yang begitu berbahaya. Perjuangan tim Basarnas yang tak akan pernah dilupakan oleh warga bangsa.

Selama lebih dari sepekan, emosi publik terhentak oleh berbagai tayangan relevisi atas kejadian kecelakan pesawat AirAsia QZ8501.rute Surabaya-Singapura. Tayangan televisi yang begitu masif terus menerus menyorot kerja kemanusian tim Basarnas, telah membuat kekaguman publik. Pujian tidak hanya datang dari dalam negeri tetapi juga dari sejumlah media asing.

Meski upaya pencarian korban dan puing pesawat mengalami kendala cuaca yang cukup hebat, nyatanya tim Basarnas dengan segala keterampilan dan kemampuannya terus melakukan tugas mulianya. Cuaca ekstrem sekali pun tidak menyurutkan semangat juang tim Basarnas untuk tetap bertahan (survival).

Upaya tim Basarnas yang begitu gigih dalam tugasnya, telah membuat bangga warga bangsa. Di tengah hirup pikuknya perpolitik nasional dan keterpurukan ekonomi, Basarnas tampil menjadi pemersatu bangsa. Seluruh elemen baik pemerntah pusat, TNI, Polri, Pemda, dan seluruh eleman masyarakat bahu membahu membantu Basarnas. Hanya satu visi Indonesia, yakni Indonesia tidak boleh selamanya bersedih dan berduka. Kita memang sedang terkena musibah tetapi kita harus bangkit. Kita tunjukkan kepada dunia, Indonesia memang tangguh dan hebat. Setidaknya performance yang ditampilkan tim Basarnas merepresentasi semangat bangsa kita untuk bangkit dan tidak kalah oleh bangsa lain.

Bangsa Indonesia diwarisi oleh nenek moyang yang tangguh di lautan, dan hari ini anak cucunya melalui tim Basarnas telah menunjukkan ketangguhan itu. Tentu saja bukan hanya Basarnas yang layak dapat pujian, tetapi juga seluruh elemen bangsa dan negara-negara sahabat yang turut aktif membantu misi kemanusian ini.

Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa misi kemanusiaan Basarnas sesungguhnya selaras dengan upaya bela negara. Bela negara itu sendiri merupakan sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai   kecintaan kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara (Penjelasan Pasal 9 ayat 1 UU RI No.3 Tahun 2002). Bela negara seperti yang telah dilakukan tim Basarnas memiliki makna penting dan fenomenal bagi kehidupan berbangsa dan eksistensi persatuan dan kesatuan NKRI.

Lantas, bagaimana korelasinya misi Basarnas dengan upaya bela negara ini dalam konteks kekinian. Tentu saja, Basarnas sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2009, mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan, pengkoordinasian dan pengendalian potensi Search and Rescue (SAR) dalam kegiatan SAR terhadap orang dan material yang hilang atau dikhawatirkan hilang, atau menghadapi bahaya dalam pelayaran dan atau penerbangan, serta memberikan bantuan SAR dalam penanggulangan bencana dan musibah lainnya sesuai dengan peraturan SAR nasional dan internasional.

Bangga rasanya kita memiliki Basarnas yang tangguh menjalankan tugas kemanusiaan. Penunaian tugas itu dilakukan demi membela kepentingan publik dan menempatkannya sebagai skala prioritas di atas kepentingan pribadi, keluarga, dan golongan. Konstitusi NKRI telah mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara. Implementasinya dijabarkan melalui UU RI Nomor 3 tahun 2002 dalam pasal 9 bahwa keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara dapat diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi. Merujuk aturan tersebut, upaya bela negara bukanlah tugas TNI semata, bukan sekedar angkat senjata, dan bukan pula persoalan militer semata. Membela bangsa dan negara merupakan tugas seluruh komponen bangsa sesuai profesinya masing-masing. Dengan kata lain, menjadi warga negara yang profesional sebagaimana tim Basarnas tunjukkan dalam menjalankan tugas profesinya merupakan pengejawantahan dari upaya bela negara.

Perlu disadari, saat ini musuh kita bukanlah penjajahan fisik seperti zaman kolonial, bukan pula serangan militer. Musuh kita sesungguhnya ada dalam diri kita sendiri selaku bangsa. Kemalasan, ketidakpedulian, korupsi, kolusi, nepotisme, selalu mencari kesalahan pihak lain, dan sikap-sikap intoleran merupakan bagian dari musuh besar kita. Kita selaku bangsa menghadapi bentuk penjajahan gaya baru, yang tidak selalu identik dengan kekuatan pengerahan militer (hard power), melainkan dalam bentuk ekonomi, budaya, dan politik (soft power).

Melihat fenomena di atas, tantangan bela negara ke depan jauh lebih sulit. Apa yang tela dilakukan oleh Basarnas, selayaknya menggelorakan semangat bela negara bagi seluruh elemen bangsa dalam setiap aksi nyatanya di masyarakat. Keteladanan mereka akan menjadi role model bagi warga bangsa lainnya, di tengah makin sulitnya mencari figur teladan di negeri kita. Kita rindu DPR, MPR, MA, MK dan lembaga negara lainnya serta seluruh partai politik dan lembaga kemasyarakatan yang bersemangat menjalankan tugas bangsa dan negara secara mulia seperti yang telah ditampilkan oleh Basarnas. Selamat bertugas Basarnasku, doaku bersamamu. Semoga Allah SWT melipatgandakan pahala bagimu. Aamiin.

Tulisan ini dimuat di Harian Umum Pikiran Rakyat, Kamis, 8 Januari 2015.