Berhasil Kuliah dengan Bertransaksi dengan Tuhan

Bandung, UPI1

Di kala orang masih berbalut selimut, air wudhu telah membasuh tubuhnya. Ayat suci melantun dengan merdunya. Di kala langit yang pekat berubah kebiruan. Pagi yang cerah diawali dengan seruan…. “Allahuakbar, Allahuakbar…”

Kumandang azan memecah kesunyian, derik jangkrik serentak terhentak berhenti terdengar. Lantunan suara merdunya mengiringi perpindahan alam, dari alam mimpi ke alam kehidupan. Itulah sebuah pilihan yang diambil Slamet Nur Anom, pria kelahiran Lubuk Lingau 9 September 1991. Pilihan yang mungkin terlihat aneh, di saat mahasiswa lain lebih memilih bernyanyi-nyanyi dan membaca novel cinta, berkumpul dengan teman sejawatnya. Ia lebih memilih tadarus melantunkan pujian kepada Tuhan dengan kalimat indah di Alquran dan berkumpul dengan para ustaz dan hafidzah.

Kisah hidup putra M. Tosin dan Tasniah ini dimulai saat ia menjadi salah satu mahasiswa Ilmu Pendidikan Agama  Islam (IPAI) Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) dengan mendapat beasiswa Bidikmisi 2010. Anom (sapaan akrabnya) memilih tinggal di Masjid Al–Furqan, masjid utama di kampus UPI Bumi Siliwangi. Ia mengabdi kepada Ilahi sebagai penyeru kebenaran yang senantiasa mengajak umat Islam mendirikan shalat lima waktu.

Anom menjadi muadzin Masjid Al–Furqan sejak semester 1. Dia termotivasi oleh sebuah hadis yang berarti, “Barang siapa yang menolong agama Allah, maka Allah akan menolongnya.” Dan kini hadis itu terbukti. Dengan mengabdi menjadi pembantu Allah, Allah memudahkan segala urusan yang dihadapinya. Karena tinggal di Al-Furqan, ia mendapat berbagai manfaat dan nilai lebih, yaitu ia menjadi lebih dekat dengan kampus tempat ia menuntut ilmu. Ia dekat dengan pejabat kampus, dan mudah menjalani kuliah dengan segala macam tugasnya dengan fasilitas yang tersedia di masjid.

Kesempatan ini tak disia-siakan. Dengan giat ia mempelajari Alquran. Setiap bada subuh, Anom dan beberapa muadzin lainnya secara bergantian mengisi kultum, atau ceramah subuh. Inilah yang membuat jiwa dakwahnya terasah hingga terampil berpidato bak Kiai Haji Zainudin M.Z. (Alm). Itulah sebabnya ia sering menjuarai lomba pidato dari mulai tingkat universitas hingga tingkat internasional. Terakhir ia menjadi juara Pidato Antarbangsa Bahasa Melayu (PABM) di Malaysia. Anom berhasil mendapat juara pertama dengan membawa pulang piala Perdana Menteri Malaysia, dengan menyingkirkan puluhan kandidat dari manca negara, bahkan dari negara penyelenggara itu sendiri.

Sepenggal kisah hidup Slamet Nur Anom adalah salah satu jawaban bagi mereka yang menyerah dengan keadaan, meratapi nasib dengan ketergantungan atas pangkuan tangan orang lain. Anom membuktikan bahwa kelemahan yang dimiliki dapat menjadi salah satu batu loncatan untuk menaklukkan ketidakmungkinan hingga mencapai kesuksesan.

Dengan yakin dan pasrah kepada Allah, ia menaklukakn rasa takut dan keraguan atas kuasa Tuhan. Dengan berani bertransaksi mengabdikan diri kepada Ilahi. Kini terbukti bahwa transaksi dengan Tuhan adalah transaksi yang tak kenal kata rugi. Ikhlas karena Allah menyingkirkan sikap riya tak lagi bisa mengusik jiwa. (Muhammad Ali Assajjad Filail, Mahasiswa Jurusan Ilmu komunikasi FPIPS UPI)