Brand Politik Seorang Pemimpin

Oleh : Agil Nanggala

Mahasiswa Departemen Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI

Saat ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bisa dimungkiri telah mempengaruhi setiap sendi kehidupan umat manusia, rasanya manusia saat ini tidak bisa hidup tanpa bantuan teknologi atau alat yang canggih, sehingga teknologi telah menjadi kebutuhan hidup umat manusia, hal tersebut dapat kita wajarkan asal penggunaan teknologi tepat guna atau dipergunakan sesuai peruntukannya. Begitupun dengan kehidupan politik suatu bangsa, berita politik akhir-akhir ini menjadi hidangan lezat masyarakat, hal tersebut tidak luput dari faktor kemajuan teknologi, sehingga dengan handphone atau yang umum sering kita sebut “telepon genggam”, di manapun dan kapanpun berita politik selalu bisa kita update. Kembali pada hidangan lezat berupa “berita politik”,  fenomena yang tumbuh hari ini adalah, masyarakat seolah menjadi pengamat politik, karena kabar  intrik politik para politisi itu terdeteksi oleh masyarakat yang menggunakan teknologi, hal ini menandakan bahwa masyarakat semakin cerdas dalam memahami perubahan zaman, dan membuat politisi harus berhati-hati karena setiap tindakan politik yang mereka ambil akan menimbulkan sebuah persepsi publik.

Dengan kemajuan teknologi saat ini, seorang politisi yang ingin menjadi seorang pemimpin, memiliki beberapa tantangan tertentu, seperti bagaimana politisi tersebut membangun sebuah citra publik, meningkatkan elektabilitas, mensosialisasikan dirinya, sehingga pada akhirnya membangun sebuah “brand politik”, mengapa hal tersebut harus dilaksanakan oleh seorang politisi, karena dengan masyarakat yang sudah cerdas dan melek teknologi, kecenderungan mereka untuk digiring melalui arus politik, menjadi tidak efektif lagi, hal tersebut dipengaruhi oleh persepsi dari setiap individu. Oleh karena itulah setiap politisi harus saling berlomba untuk merebut persepsi publik yang baik tentunya, karena semakin politisi tersebut mendapat persepsi yang baik, maka semakin cepat brand politik akan terbangun, dan tidak bisa kita mungkiri bahwa dengan brand politik yang baik maka akan meningkatkan peluang politisi meraih kemenangan dalam pemilihan umum.

Berbicara tentang politik tentu kita berbicara mengenai kekuasaan, Harold D. Laswell, beliau berpendapat bahwa politik adalah “siapa mendapat, apa, kapan dan bagaimana”, bukan tanpa sebab, karana politk berbicara bagaimana seorang mendapatkan kekuasaan, mempertahankan kekuasaan, dan merebut kekuasaan, hal tersebut lumrah, karena pada akhirnya manusia mencari sebuah kemuliaan, proses mendapatkan, mempertahankan, atau merebut kekuasaan, tidaklah semudah itu bisa dilakukan, diperlukan seni yang bisa mempengaruhi orang lain, karena masyarakatlah yang menentukan siapa yang berkuasa, sehingga memenangkan hati masyarakat merupakan harga mati bagi seorang politisi. Kemajuan teknologi ini bisa menjadi peluang ataupun bumerang bagi politisi, karena setiap kegiatan dan perilaku politik mereka setiap hari dapat diketahui oleh masyarakat, tentu dengan hal tersebut politisi haruslah berhati-hati dalam bersikap, terutama sikap tercela yang sangat dibenci bangsa seperti korupsi, memang pembuktian bersalah atau tidaknya itu tergantung keputusan dari aparat hukum atau pengadilan, tetapi tidak dapat kita mungkiri bahwa, sanksi sosial yang diberikan oleh masyarakat lebih terasa, bahkan bersentuhan langsung dengan harga diri ataupun nama baik, kiranya inilah yang harus diperhatikan, jangan sampai perilaku kita merugikan orang lain, terlebih lagi politisi yang sejatinya menjadi tokoh publik, haruslah menjadi teladan bagi masyarakatnya.

Merebut kekuasaan dengan cara yang beradab, setiap golongan memiliki kepentingan politik yang berbeda-beda, karena kepentingan politik tersebut tergantung agenda dan visi misi setiap golongan politik, hal tersebut dipengaruhi juga oleh keadaan masyarakat Indonesia yang sejatinya multikultural, setiap orang pernah di atas dan pernah di bawah dalam  kehidupannya, hal tersebut juga berlaku dalam politik, ada golongan yang berkuasa, ada juga golongan yang tidak berkuasa biasanya ikut berkoalisi menjadi bagian penguasa atau menjadi penyeimbang sebagai oposisi, kiranya pembagian peran sebagai koalisi dan oposisi itu baik, karena peluang penyalahgunaan kekuasaan cenderung akan semakin sedikit kemungkinannya.

Perebutan kekuasaan secara sah dalam politik dapat dilaksanakan pada saat pemilu, konsep pemilu yang menggunakan sistem “one man one vote”, mengharuskan politisi berjibaku dengan politisi lainnya untuk merebut suara mayoritas masyarakat, berjibaku yang ideal seharusnya dilaksanakan dengan mengadu program kerja, meningkatan brand politik, dan hal positif lainnya, membuat masyarakat ikut menilai dan memberi tanggapan, sehingga konsep pendidikan politik memang nyata terjadi dalam masyarakat, keliru jika berjibaku menggunakan politik yang tidak beradab atau yang lebih dikenal sebagai “kampanye hitam”, seperti menggunakan isu suku, agama ras dan antar budaya, penjatuhan nama baik, dan yang lainnya, karena meskipun berpolitik, tetap kepentingan bangsa dan negara ada di atas segalanya. Dengan seorang politisi yang telah memiliki brand politik yang baik, terlebih lagi telah menjadi ciri khas, tentu politisi tersebut telah memiliki nilai jual yang lebih, tinggal bagaimana caranya konsisten dengan brand politiknya untuk meyakinkan masyarakat.

Kesejahteraan dan peningkatan kecerdasan masyarakat harus menjadi tujuan akhir dari politik, walaupun politik berbicara tentang kekuasaan, tetapi tujuan akhir politik harus berbicara mengenai kebaikan masyarakat, karena penguasa diberi mandat oleh konstitusi dalam menjalankan roda pemerintahan, dan diantaranya adalah mewujudkan kesejahteraan dan kecerdasan masyarakat, esensi yang tidak boleh dilupakan oleh seorang politisi, dibutuhkan seorang politisi yang pembaharu, yang tidak membuat jemu. Inilah dunia politik, kadang menjadi drama yang dikonsumsi oleh publik, di mana selalu terlibat dengan kekuasaan, kepentingan dan kadang kemunafikan.