CATATAN KECIL SEPUTAR PENERBITAN BUKU ATARASHII SHUKUDAI

Tahun 2020, bagi saya merupakan tahun yang penuh kejutan dan sekaligus tahun “kegembiraan” dalam karir akademik. Kenapa tidak? Sebab cukup banyak ajakan dari orang Jepang dan teman teman orang Indonesia untuk berbuat sesuatu, terutama kaitannya dengan publikasi karya bersama. Terus terang  ajakan itu tidak tertangani (Sunda: kasiwer) semuanya. Namun ada salah satu ajakan yang bisa tuntas yaitu ajakan dari Prof. Kanemoto Setsuko untuk menyusun buku Atarashii Shukudai (harfiah: Pekerjaan Rumah yang Baru). Alhamdulillah hari ini (Selasa, 15 Desember 2020) buku yang dimaksud bisa terbit.

Memang sepanjang tahun 2020 ini adalah tahun yang sangat memprihatikan pula disebabkan sang korona yang merajalela di muka bumi ini sejak Januari hingga saat ini, namun mengingat hidup harus berjalan terus (slogan: kita harus berani hidup!!!) dan irama kehidupan mesti “bergairah” (konon perasaan yang bahagia itu akan mampu menjaga imun kita stabil sehingga (insya Allah) tidak akan mudah terpapar korona), jadi kita mesti berupaya melakukan manuver manuver positif meskipun ruang gerak kita dibatasi oleh ruang dan waktu. Manuver itu, tentunya  sesuai dengan  kemampuan dan profesi kita masing masing.

Ajakan dari orang Jepang maupun dari orang Indonesia itu, tentunya tidak boleh disiasiakan sebab “ajakan’ dari orang lain yang baik itu merupakan “suntikan” energi positif yang akan membantu kita untuk membangkitkan “semangat ” hidup agar kehidupan kita selalu bergairah dan berpluktuasi, serta berirama. Intinya agar irama kehidupan tidak monoton. Saya sangat meyakini dengan adanya “ajakan” itu, secara tersirat ada mutiara “kepercayaan” dari orang lain yang tidak boleh dinodai sedikit pun. Heee.heee.  Oleh sebab itu, ketika ada ajakan menyusun buku Atarashii Shukudai dari Prof. Kanemoto itu, tanpa mikir panjang lagi, saya langsung menyambutnya dengan suka cita, yaitu secepatnya menulis esai sesuai dengan yang beliau minta.

Sejumlah artikel saya kirimkan, dengan harapan beliau yang memilih. “Semuanya menarik dan layak muat, namun kebanyakan”, demikian komentar Kanemoto sensei. Lebih lanjut beliau katakan “saya akan muat satu saja”, demikian putusan beliau melalui email yang saya terima. Oleh sebab itu, akhirnya yang dimuat di buku Atarashii Shukudai hanya satu, yaitu yang berjudul “Jinsei o Tomo ni Shite Kita Nihongo”(人生を共にしてきた日本語 -Bahasa Jepang yang  Menyertai  Ayunan Langkahku). “Tidak apa apa. Yang penting saya sudah berbuat sesuatu dan merespon ajakan beliau”, demikian pikir saya.

  • Judul buku : Atarashii Shukudai (Pekerjaan Rumah yang Baru)
  • Penyusun    : Kanemoto Setsuko, Ahmad Dahidi, Sugihartono
  • Penerbit      : CV. Geger Sunten; Jl. Dr. Setiabudhi 228 Bandung
  • Tahun terbit: Desember 2020
  • Bahasa        : Jepang, Indonesia
  • Jumlah halaman: 406 halaman

Buku berukuran B5, dicetak dengan kertas HVS 80 gram, jumlah halaman 406, dicetak berwarna dan soft cover ini  merupakan kumpulan esai para alumni, khususnya alumni pendidikan bahasa Jepang IKIP Bandung, sejak masih bernama IKIP Bandung hingga berubah menjadi UPI. Dominan yang menulis di sini adalah alumni yang pernah diajar oleh Prof. Kanemoto Setsuko sebelum dan sesudah 38 tahun kemudian. Seperti diketahui bahwa Prof. Kanemoto Setsuko adalah Ekspert bahasa Jepang dari The Japan Foundation di IKIP Bandung tahun 1982 s.d. 1983, menjadi  dosen tamu di Konsentrasi Pendididikan Bahasa Jepang Sekolah Pascasarjana UPI tahun akademik 2003/2004, lalu bertugas lagi menjadi dosen tamu di Konsentrasi Pendididikan Bahasa Jepang Sekolah Pascasarjana UPI tahun akademik 2019/2020. Buku ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian ke-1 terdiri atas 7 bab, sedangkan bagian 2 terdiri atas 3 bab. Jadi, total ada 10 bab. Buku ini merupakan kumpulan tulisan kedua setelah diterbitkan buku edisi pertama yang berjudul “33 Nenme no Shukudai ((Pekerjaan Rumah di Tahun ke-33)” yang diterbitkan tahuan 2015. Buku edisi pertama diterbitkan dalam rangka memperingati 50 tahun Departemen Pendidikan Bahasa Jepang UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) sekaligus Temu Alumni Akbar para lulusan. Kaitannya dengan info alumni akbar ini bisa dibaca di http://berita.upi.edu/di-balik-dies-natalis-ke-50-departemen-pendidikan-bahasa-jepang/

Kelebihan buku ini terdiri atas dua bahasa, yaitu bahasa Jepang dan bahasa Indonesia, khusus untuk bagian yang berbahasa Jepang, digunakan sistem rubi, yaitu setiap kanji dibubuhi cara bacanya. Istilah lain disebut furigana. Dengan cara seperti ini, akan sangat membantu kepada mereka yang ingin menguasai kanji dengan paripurna, khususnya cara membacanya.  Intinya, buku ini bisa digunakan pula untuk buku suplemen perkuliahan bahasa Jepang. Dicetak dengan jilid yang berwarna, dihiasi oleh foto foto dokumentasi yang menggambarkan episode pertemuan dosen dan mahasiswanya sejak awal hingga saat ini. Dengan muatan foto seperti ini pembaca bisa menyimpulkan bahwa betapa mantapnya jalinan persahabatan yang sudah kami bina selama ini, pertemanan yang tidak luntur oleh waktu dan tidak lengkang oleh zaman. Menurut hemat saya, keterikatan lahir dan batin antara lembaga dengan alumninya mesti dibina dan dipertahankan. Sebab mereka (baca: para alumni) keberadaannya di masyarakat merupakan salah satu aspek penunjang untuk maju atau mundurnya sebuah lembaga pendidikan. Banyak lembaga pendidikan yang mendambakan ingin bisa mendobrak posisi yang diidam idamkan, yaitu bisa masuk katagori sekian besar di kancah era persaingan global ini.

Kalau kita cermati isi esai yang dimuat di buku ini, isinya mengungkapkan episode lika liku setiap alumni dalam belajar bahasa Jepang yang penuh “derita”, namun diiiringi perasaan bahagia pula. Selain itu, cukup banyak tulisan yang mencerminkan refleksi jati diri hubungan antara guru dan murid dalam jalinan persahabatan yang berkesinambungan. Rentang waktu 38 tahun bukan waktu yang sebentar, namun para alumni (baca: lulusan Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang IKIP Bandung) telah membuktikan bahwa keterikatan bathin antara murid dan guru yang demikian eratnya itu telah menjadi bibit unggul dan berkembang menjadi bunga abadi yang semerbak berkembang meluas mengembara di nusantara dan insya Allah akan menyebar pula di pelosok negeri matahari terbit. Kelebihan lainnya yaitu banyak pesan moral yang ditulis oleh alumni angkatan 80 an untuk juniornya. Salah satu pesan yang bisa dibaca adalah sebuah pesan yg sangat berharga dari seorang guru bahasa Jepang yang legendaris (Pak Eman – Pensiunan Guru Bahasa Jepang di SMA Sumedang, sekarang beliau berusia 94 tahun) demikian, “”Seorang guru itu seperti sekrup pada sebuah jam. Sekrup itu kecil, tetapi berdampak besar pada keseluruhan jam tersebut (教師というものは、時計のネジのようなものです。小さいけれど、それは全体に大きな影響を与えます).”. Perumpamaan yang bermakna dalam. Semoga kita menjadi guru yang bisa berperan dan berfungsi bagaikan sekrup di jam tersebut.

Sementara kekurangan buku ini, masih ada kesalahan penulisan nama diri, ada beberapa kalimat terjemahan bahasa Indonesia yang agak rancu dan terasa masih terikat adanya pengaruh struktur bahasa Jepang. Kesalahan ini disebabkan waktu yang sangat mepet karena Kanemoto sensei akan pulang ke Jepang dan beliau berharap bisa menyerahkan buku langsung kepada para penulisnya) sehingga tidak sempat dibaca ulang. Tiada gading yang tak retak. Untuk itu kami (khususnya saya yang berperan sebagai penulis, editor, dan penerjemah, sekaligus juga sebagai distributor buku. Pokoknya borongan. Heee.heee.) mohon maaf yang sebesar besarnya atas keteledoran tersebut.

Demikian sekilas tentang  buku Atarashii Shukudai yang lahir dipenghujung tahun 2020 dan dikala masa pandemi korona merajalela.

Bandung, 15 Des 2020

(Ahmad Dahidi)