Culture Summit di Osaka Jepang

Bagi UPI, nama Osaka In The World atau disingkat OIW adalah salah satu organisasi nonprofit yang cukup familier. Kenapa tidak? Sebab organisasi ini cukup banyak berkaitan dengan UPI sejak tahun 1990. Diawali dengan mengundang grup kesenian Laras Rumingkang UPI ke Osaka Jepang tahun 1992, OIW membantu UPI dalam rangka merintis kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi dan perusahaan di Jepang (dalam perjalanannya melahirkan program OBIP & JBIP di daerah Kansai), membantu menyukseskan pembentukan Jurusan Sosiologi FPIPS UPI, bahkan pernah diundang oleh UPI untuk memberikan kuliah Umum (di FPIPS & di FPBS).

Intinya rangkaian ragam kegiatan antara OIW dan UPI itu mampu berkembang dan beranak pinak menjadi berbagai program kegiatan baik di UPI sendiri maupun  kegiatan di Jepang. Kaitannya UPI dan OIW ini bisa dibaca di http://jepang.upi.edu/berita-pengumuman/blog/drs-ahmad-dahidi-m-hum/artikel-tahun-2012/osaka-in-the-world-oiw-dan-gagasan-summit-budaya-upi/.

Tahun ini pun, tepatnya tanggal 28 Juli 2019, UPI yang diwakili Prof. Didi Sukyadi, M.A. Ph.D dan Ahmad Dahidi diundang untuk menghadiri Culture Summit, dimana kegiatan ini merupakan kegiatan ulang tahun  OIW yang ke-30. Program utama OIW ini adalah memperkenalkan budaya tradisional negara luar ke Jepang atau budaya tradisional Jepang ke luar negeri. Hingga saat ini ada 28 negara sudah mereka undang ke Jepang untuk memperkenalkan seni dan budaya masing masing negara di Jepang.

Culture  Summit kali  ini dihadiri oleh  delegasi  Indonesia, Turki, Irlandia, Bulgaria, Italia, India, Kamboja, Polandia, Srilangka, Korea, Rusia, Nepal, Georgia, Swiss, Uzsbekistan, Meksiko, Thailand, Mongol, Peru, Vietnam, Brazil, Malaysia, Pilipina, Argentina, Ukraina, Kenya, dan Firlandia.

Untuk beberapa negara yang kami sebutkan diatas menampilkan kesenian masing masing negara kepada masyakarat Jepang. Perlu kami sampaikan juga bahwa setiap pertemuan culture Summit mengusung tema yang cukup universal. Kali ini bertemakan “Life” atau istilah bahasa Jepangnya “inochi” dan didiskusikan oleh semua peserta dan melahirkan sebuah deklarasi yang disepakati oleh semua peserta. Naskah deklarasi dibuat dalam dua bahasa yaitu bahasa Jepang dan bahasa Inggris. Deklarasi dalam bahasa Inggris dapat dibaca di bawah ini.

Joint Declaration

30th Anniversary of Osaka In The World

“Life”

We, the members of the steering committee of Osaka in the World, have been

committed to itercultural understanding through the performance of ethnic

dance and music. In this long and strenuous process, we have reflected on our

lives and genuinely questioned what happiness really means to us. We have

understood the importance of passing over the meaning of life to the next

generation. To bring solutions to the social issues peoples face all over the

world, we have to share our wisdoms towards solving the problems.

For that purpose, we would respect others, accept the identities of others and

continue to maintain dialog and harmony between peoples. This will lead to

world peace, as we all have agreed.

On this great accasion of celebrating the 30th anniversary of Osaka in the World, we declare that we would appreciate the relationship between the representative members and dedicate ourselves to active cooperation throught actions aimed at wolrd peace.

Selain itu, diselenggarakan pula orasi ilmiah dari Mr. Nakahashi Masami dengan mengusung topik “Perjalanan OIW dan Harapan di masa Depan” dan orasi ilmiah dari Mr. Moras Plores (salah seorang anggota OIW yang saat ini menjadi staf ahli di PBB yang menangani bidang Hak Azasi Manusia). Yang bersangkutan mengangkat topik “ Hak Azasi Manusia dan Permasalahannya bagi Kaum Minoritas”. Untuk tahun ini OIW memberikan pula dana bantuan pendidikan (khusus yang bergerak di bidang seni dan budaya) bagi negara yang memang perlu dibantu dengan memberikan uang tunai sebesar 500.000 yen (kurang lebih 50 juta rupiah). Kali ini diberikan kepada salah seorang peserta (pelukis) dari Filipina.

Ciri khas dari pertemuan kami ini yaitu disamping pemberian dana bantuan tersebut, merumuskan deklarasi, juga dilibatkan kaum milenial. Hal ini dirasakan perlu mengingat tema yang diusung bersifat universal, dan OIW berpendapat bahwa hasil diskusi para orang tua yang tergabung di dalam OIW ini, pada akhirnya perlu diketahui dan dipahami oleh kaum milenial atau pemikiran OIW ini perlu disumbangkan kepada generasi muda agar mereka percaya diri dalam rangka menyongsong masa depan yang lebih baik. Oleh sebab itu, kegiatan OIW ke depan tidak hanya untuk orang orang dewasa, namun yang lebih penting lagi adalah adanya keterlibatan generasi muda. OIW menekankan bahwa kaum milenial perlu berpartisipasi dalam pertemuan ke depan, lalu mereka bisa merasakan dengan mata mereka sendiri apa yang dipikirkan orang dewasa. (Laporan : Didi Sukyadi & Ahmad Dahidi)