Di Balik “Landian” Toto Suling: Bisnis Suling tak Pernah Sepi

1-2BERASAL dari karakter kedua orang tuanya sebagai seniman dan pengrajin, Endang Toto atau juga yang biasa dipanggil kalangan seniman Sunda dengan Toto Suling, memiliki kemampuan membuat alat musik tradisional Sunda yaitu suling bambu. Kemampuannya membuat suling merupakan warisan kedua orang tuanya. Sebab, ayahnya seniman dan ibunya pengrajin. Intuisinya bermusik sangat bagus dan keterampilan tangannya dalam membuat suling sangatlah lihai.

Bandung merupakan tempat kelahiran Toto Suling. “Saya lahir tepat di rumah ini”. Dia merupakan urang Sunda asli. Ayahnya orang Bandung, sedangkan ibunya orang Tasik. Seperti segelintir orang Bandung lainnya, Toto Suling tidak pernah ngumbara. “Saya pernah ngumbara tapi hanya ke RT 3 saja, itu pun karena rumah saya sedang direnovasi,” ujarnya dengan sedikit canda. Dia lahir tahun 1948, dia tidak tahu persis tanggal dan bulan di mana ia lahir. Dia hanya tahu wedalnya saja, yaitu hari Jumat, 10 Jumadilahir 1367H.

Awal Toto Suling mengenal suling adalah tahun 1965. Sebelum itu dia memainkan kawih, untuk mengenal lebih lagi nada-nada Sunda. Sangat mengejutkan, pesanan pertama yang dia dapat adalah 500 batang suling. Dia tidak bisa menyelesaikannya sesuai dengan waktu yang diinginkan pemesan, karena proses pengerjaan yang hanya dilakukan sendiri. Namun dengan seiring berjalannya waktu, Toto Suling pun mulai menambah pegawai. Pegawai yang dia kerjakan berasal dari lingkungan sekitar.1-3

Dia berkata “Di sini masih banyak anak muda yang pengangguran. Jadi, saya pekerjakan saja mereka supaya mereka memiliki keterampilan”. Kualitas suling yang dia buat sangatlah baik. Itu sebabnya pelanggan datang memesan suling yang Toto buat. Toto Suling sendiri tidak tahu persis apa yang membedakan sulingnya dengan suling orang lain. Dia tidak mau agul ku payung butut, hanya orang lain lah yang bisa menilai karyanya itu.

Ternyata di zaman modern ini, penjualan suling tidak ada penurunan. “Untuk penurunan penjualan suling tidak ada sama sekali, bahkan mengalami kenaikan,” ujarnya dengan penuh keyakinan. Dia berpendapat bahwa hal itu didorong karena pendidikan sekarang lebih mewajibkan seni Sunda untuk dipelajari. Selain itu, musik Sunda sudah mulai dikenal hingga manca negara. Hal itu menyebabkan pesanan tidak hanya ada di luar kota, melainkan di luar negeri juga. Seperti Australia, Jepang dan California. Para penjual online dan penjual pinggir jalan seperti penjul di daerah Kiaracondong, memesan juga kepada Toto.

Alat musik suling Sunda tidaklah kaku. Alat ini bisa dikolaborasikan dengan alat musik lain sehingga masih banyak diminati masyarakat. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya jenis suling Sunda. . Suling sangat banyak variannya, sesuai nada dasar yang dibutuhkan seniman. Jenisnya dibagi ke dalam: diatonis, tembang, kawih dan degung. Untuk jenis suaraya ada pelog, sorog, salendro, mataram dan liwung. Ada juga yang multi-fungsi, nada diatonis dan pentatonis bisa dibunyikan di alat yang sama.

Penghasilannya dalam membuat kerajinan suling, katanya, cukup untuk menghidupi keluarga dan pegawainya. Sampai-sampai dia bisa menguliahkan tiga dari lima anggota keluarganya, yaitu istrinya, anak keduanya, dan anak bungsunya. “Alhamdulillah kanggo tuang sareng pendidikan mah cekap”. Toto Suling harus membiayai istrinya yang ingin mempunyai setifikasi dalam menjadi kepala sekolah PAUD yang baru saja ia rintis. Anaknya juga ingin melanjutkan ke jenjang pendidikannya yang lebih tinggi.1-1

Dia berharap perhatian lebih dari pemerintah, apa lagi ini menyangkut seni tradisi yang kini kian berkembang. Bantuan yang dia harapkan minimal berbentuk dana. Dia ingin menambah pegawai, supaya bisa lebih memberdayakan lingkungan yang banyak pengangguran. Dia sempat mengirim proposal, namun hasilnya nihil dan dia menyayangkan itu. Untuk meminjam, dia tidak sanggup karena dia pun masih banyak juga pinjaman yang dia belum selesainkan.

Saran Toto Suling untuk para pemuda, yaitu jangan sampai melupakan budaya Sunda. “Jangan sampai orang Sunda terlindih oleh budaya luar. Karena jika bukan pemuda, siapa yang akan melestarikan budaya ini? Mari kita kembangkan bersama budaya Sunda yang tidak kalah bagusnya dengan budaya barat. Bahkan orang Barat pun pernah datang ke rumah ini dan menginap, hanya untuk lebih tahu tentang alat musik suling ini,” ujar Endang Toto. (Moch. Ramdani/Putrie Kemala K/Sofiani Wulandari/Mahasiswa Ilmu Komunikasi FPIPS UPI)