Digital Diplomacy Terobosan Baru Berdiplomasi

Bandung, UPI

Sebanyak 100 orang mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa Ilmu Komunikasi UPI, Malaysian Student, dan The Australian Consortium for ‘In-Country’ Indonesian Studies’ (ACICIS) Student mengikuti Kuliah Umum di Gedung Noe’man Soemantri FPIPS UPI Jalan Dr. Setianudhi Nomor 229 Bandung, Rabu (28/9/2017). Kegiatan ini bertema “Managing Embassy Communication: Australian and Indonesian Media”, dan menghadirkan Kepala Bagian Media sekaligus Juru Bicara Kedutaan Besar Australia, Laura Kemp, Wakil Dekan FPIPS UPI Dr. DrMamat Ruhimat, M.Pd, Kepala Australian Studies Centre (ACS) UPI Prof. Ace Suryadi, Ph.D., dan Vidi Sukmayadi,M.Si.

Laura Kemp menjelaskan beberapa hal tentang bagaimana media digunakan untuk kegiatan diplomasi. Salah satu alasan digunakannya media sosial sebagai instrumen diplomasi karena di Indonesia pengguna internet dan media sosial yang begitu banyak jika dibandingkan masyarakat Australia. Hal itu kemudian disebut sebagai Digital Diplomacy. Ia kemudian memaparkan konsumsi media sosial di Indonesia seperti Youtube, Instagram, Twitter, Facebook, dan sebagainya dalam taraf yang cukup banyak.

Berdasarkan data tersebut, Kedutaan Australia melakukan diplomasi melalui 3 cara yaitu Sport Diplomacy, Fashion and Dance Diplomacy, dan Selfie Diplomacy. Dalam bidang fashion sendiri, beberapa waktu lalu Kedutaan Australia mengadakan kegiatan Fashion Week di Jakarta. Busana yang dipamerkan adalah hasil rancangan langsung oleh para perancang dari komunitas muslim yang ada di Australia.

Sementara pada bidang Olahraga, Kemp menunjukkan beberapa dokumentasi Kedutaan Australia saat sedang bermain futsal, permainan tradisional dan bulutangkis bersama para pelajar. Sementara dalam Selfie Diplomacy, Kedutaan Autralia sering mengunggah dokumentasi dan menggunakan hashtag-hashtag tertentu di media sosial saat melakukan sedang kegiatan-kegiatan diplomasi atau kunjungan-kunjungan ke beberapa tempat.

Namun, Kemp juga menjelaskan tentang penggunaan media sosial yang terjadi di Indonesia dan bagaimana secara bijak memanfaatkan media sosial tersebut. Ia berpendapat bahwa di Indonesia sering terjadi penyebaran informasi yang salah dan tidak sesuai fakta yang disebut hoax atau warta dusta, media sosial juga seringkali dijadikan sebagai wadah untuk melakukan hate speech atau berbagai propaganda. Menurutnya seharusnya media sosial dapat digunakan secara bijak sebagai wadah untuk saling berinteraksi dan bertukar informasi.

Dalam kegiatan tersebut, Kemp juga memperkenalkan aplikasi games bernama Next Door Land kolaborasi antara Australia dan Indonesia yang dapat digunakan sebagai media edukasi, informasi, sekaligus hiburan bagi anak usia dini di kedua negara. Kemp juga memberikan hadiah bagi peserta yang aktif bertanya berupa boneka Kangguru dengan motif batik. (pwisnudwiyonoasmoro–ilmukomunikasi–upi)