Dr. Didin Saripudin: Nilai Pancasila harus Diaplikasikan dalam Kehidupan

1-1Bandung, UPI

Tanggal 1 Juni merupakan hari jadi Pancasila. Dalam perkembangannya, Pancasila bukan murni lahir karena satu golongan, tetapi lahir atas dorongan semua golongan, baik Islam, komunis, dan kaum nasionalis. Pancasila lahir sebagai penengah dari berbagai paham yang berkembang pada waktu itu (Islam,komunis, nasionalis).

“Pancasila itu posisinya di tengah-tengah, bukan komunis bukan juga kapitalis,” kata Dr. Didin Saripudin, M.Si. dosen Pendidikan Sejarah, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia (FPIPS UPI), dalam acara Sosialisasi Pemahaman Nilai Pancasila dengan tema, “Eksistensi Pancasila dalam Membendung Radikalisme”, Jumat (27/11/2015) di University Centre Kampus UPI, Jln. Setiabudhi No. 229 Bandung.

Kegiatan yang diselenggarakan Lembaga Studi Pancasila UPI itu, Dr. Didin Saripudin mengemukakan, nilai Pancasila harus diaplikasikan dalam kehidupan guna memunculkan eksistensi Pancasila itu sendiri. Bukan hanya sebagai jargon dan dihafalkan, melainkan harus diaplikasikan.1-2

“Pancasila bersifat paternalistik, maka dalam memunculkan nilai Pancasila harus diberikan oleh pemimpin yang menjadi teladan. Para guru, ketua adat, public figure dsb harus memberikan harus bisa menjadi panutan praktik ber-Pancasila,” katanya.

Dikemukakan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai Pancasila harus diturunkan dalam kehidupan sehari-hari, bisa mulai dari pendidikan dasar dalam upaya membendung paham radikal. Pelatihan nilai Pancasila harus disesuaikan dengan kondisi sosial masyarakat saat ini.

“Oleh karena itu, Pancasila dalam membendung radikalisme perlu membenahi pemahaman, penghayatan dan pengamalannya. Kalau masyarakat Indonesia memahami, menghayati dan mengamalkan nilai Pancasila, maka pemikiran radikalisme itu tidak akan muncul. (M. Donny Al Qindy)