Dr. Euis Kurniati M. Pd: Bermain Efektif Kembangkan Karakter

Bandung, UPI2

Esensi Pendidikan adalah cinta kepada manusia, dan memiliki karakter kindness, di antaranya murah hati, merawat, peduli, mengasihi, mementingkan kepentingan bersama, dan ramah. Karakter tersebut wajib dimiliki guru Bimbingan dan Konseling. Demikian ungkap Prof. Juntika dalam Ujian Promosi Doktor dengan promovendus Euis Kurniati M. Pd., Senin (26/1/2015) di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Jln. Dr. setiabudhi No. 229 Bandung.

Euis Kurniati merupakan mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling SPs UPI, lulus dengan predikat sangat memuaskan dengan IPK 3,81 dan berhak menyandang gelar Doktor Bidang Kependidikan, setelah berhasil mempetahankan disertasinya yang berjudul “Model Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain untuk Mengembangkan Karakter Kindness Anak Usia Dini” (Penelitian engembangan dan Pengembangan Model Bimbingan pada Siswa Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sukasari Bandung).3

Dalam disertasinya, Euis menyimpulkan bahwa profil karakter kindness siswa TK pada kategori tinggi, artinya lebih dari setengah siswa memerlukan bimbingan untuk dapat mengembangkan karakter Kindness. Ditinjau dari Dimensi Altruistic Love dan Compassion berkategori tinggi, artinya manusia adalah makhluk sosial, selalu membutuhkan orang lain, senang hidup bersama, mementingkan kepentingan bersama, dan menunjukkan perasaan kasih sayang. Sementara dalam Dimensi Care dan Niceness berkategori sedang, artinya menunjukkan peduli dan ramah terhadap orang lain, dan Dimensi Generousty dan Nurturance berkategori rendah, artinya siswa memerlukan bimbingan. Model Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain (BKBB) efektif dalam mengembangkan karakter Kindness yaitu generousty, nurturance, care, compassion, altruistic love, niceness.

1Euis mengatakan,”Kindness adalah karakter yang menggambarkan kecenderungan untuk berbuat baik kepada orang lain, mengasihi, dan memperhatikan kesejahteraan orang lain, membantu mereka yang membutuhkan, menunjukkan kepedulian, dan kepedulian untuk merawat orang lain. Kindness atau kebaikan diharapkan mampu memberikan kebahagiaan bagi orang yang melakukannya. Oleh karena itu diperlukan layanan bimbingan yang dilakukan secara terintegrasi dengan pembelajaran. Bimbingan dilakukan sebagai upaya penanaman nilai dan sikap, bukan pengajaran sehingga memerlukan pola pembelajaran fungsional dan memerlukan keteladanan, berbasis pada kegiatan bermain.”

Jadi dapat disimpulkan Program Bimbingan dan Konseling pada TK memilki posisi mandiri, maksudnya diintegrasikan dengan proses pembelajaran. Program pembelajarannya harus pertimbangkan aspek perkembangan dan kebutuhan anak. Bimbingan harus disusun secara sistematis dalam rencana pembelajaran.

Dijelaskan lebih lanjut, khas Model Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain (BKBB) adalah bermain menjadi pusat kegiatan siswa, proses pengembangan karakter tidak hanya terjadi dalam kelas, namun juga di luar kelas sehingga perlu desain secara komprehensif dalam sebuah kegiatan pembelajaran. Model BKBB membagi tujuh kelompok main, diantaranya kelompok main bebas, kelompok main terpimpin, kelompok main angka dan huruf, kelompok main konstruktif, kelompok main peran, kelompok main hasta karya dan kelompok main membaca.

Sementara Model BKBB memilki delapan tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Berbasis Bermain, yaitu Tahap Pengikatan atau membangun hubungan, Tahap Pembentukan Batasan atau menetapkan batasan untuk melatih keteraturan siswa, Tahap Eksplorasi atau mengeksplorasi gaya hidup anak, Tahap Transisi atau melatih kerjasama dalam kelompok melalui permainan terpimpin, Tahap Relaksasi atau memulihkan energi yang telah digunakan anak setelah bermain, Tahap Aktivitas Kelas atau mengajarkan keterampilan baru untuk membantu anak dalam mengeksplorasi potensi melalui kegiatan yang dilakukan di kelas, Tahap Reedukasi atau menegaskan kembali dan memperkuat apa yg telah dipelajari anak sebelumnya, serta Tahap Refleksi atau melakukan refleksi terhadap aktivitas yg telah dilalui anak.

“Anak tidak hanya bermain ketika ada kesempatan, tetapi guru menciptakan kesempatan agar anak dapat bermain dan mengembangkan berbagai kemampuannya. Dalam BKBB, mengembangkan karakter kindness siswa TK tidak ditentukan oleh pola asuh orangtua, urutan kelahiran, dan jenis kelamin siswa, pungkasnya. (Dodiangga)