Faqihudin, Presiden Penubuhan Persatuan Mahasiswa Malaysia-Indonesia

Selangor, UPI3 (3)

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Republik Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (BEM Rema UPI) Achmad Faqihudin didaulat sebagai Presiden Penubuhan Persatuan Mahasiswa Malaysia-Indonesia dalam Konvensyen Kepemimpinan Mahasiswa Malaysia-Indonesia, Sabtu-Senin (6-8/12/2014), di Kampus Universiti Kebangsaan Malaysia, Bangi, Selangor, Malaysia.

Direktur Pembinaan Kemahasiswaan UPI Dr. H. Syahidin, M.Pd., saat ditemui belum lama ini mengungkapkan,”Kami sangat mengapresiasi atas prestasi yang ditorehkan Achmad Faqihudin. Dia terpilih sebagai ketua Forum Persatuan Pelajar Malaysia-Indonesia atas dasar kompetensi yang dimilikinya, dengan demikian BEM REMA UPI telah berhasil membangun jejaring dalam skala internasional.”1 (3)

Menurutnya, prestasi muncul karena ada kesempatan, dan terpilihnya Faqih didasarkan atas sikap santun dalam bersikap dan bertutur kata yang ditunjukan para mahasiswa UPI sebagai calon pendidik, hal ini dibentuk oleh lingkungan kampus yang kondusif. Untuk berprestasi, ada cara yang lebih efektif untuk mendapatkan hasil yang optimal yaitu melalui komunikasi yang dibangun atas dasar kesadaran saling memiliki. Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan dengan sepenuh hati memfasilitasi, mengakomodir, membina, dan mengarahkan keinginan mahasiswa.

“Sebagai ketua, Faqih diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan melalui pendekatan intelektual dalam kapasitasnya sebagai mahasiswa, bukan tidak mungkin dia bisa memperjuangkan nasib anak bangsa dengan mengedepankan wawasan atau berpikir dulu baru berkata/berbuat,” paparnya.

Lebih lanjut dikatakan,”Tujuan dari kegiatan ini adalah memperkuat silaturahmi antara mahasiswa Indonesia-Malaysia beserta para pimpinan universitas, untuk meningkatkan kerjasama bidang pendidikan tinggi kedua negara. Kegiatan ini sejatinya ingin mencari solusi terbaik untuk setiap permasalahan mahasiswa serumpun serta sharing program. Maka tema yang diusung ialah “Kesepaduan Malaysia-Indonesia dalam Menangani Isu Mahasiswa Serumpun”. Harapan untuk yang akan datang, adanya peningkatan komunikasi dan koordinasi antar stake holder, sekecil apapun kegiatan harus ada koordinasi.4

Kegiatan yang berlangsung setahun sekali ini menghadirkan para pemimpin mahasiswa dari 20 universitas negeri dari kedua negara, dan didampingi para Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan. Kehadiran UPI diwakili oleh Direktur Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan Dr. H. Syahidin, M.Pd., Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Achmad Faqihudin, dan Sekjen Forum Komunikasi Unit Kegiatan Mahasiswa, atas undangan Kedutaan Besar Republik Indonesia Kuala Lumpur.

Adapun bahasan pembicaraan dalam kegiatan tersebut diantaranya tentang masalah pengurusan visa pelajar, penyetaraan ijazah mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di Malaysia yang menempuh jalur akselerasi, kemudian minimnya keterlibatan mahasiswa Indonesia dalam kegiatan-kegiatan kampus di Malaysia karena kebijakan setempat, sementara di UPI mahasiswa asing diberikan keleluasaan, jadi lebih fleksibel. Adanya kesulitan beradaptasi mahasiswa Malaysia terhadap bahasa dan budaya Indonesia (untuk di UPI tersedia kelas adaptasi, mereka ditempatkan di Balai Bahasa),  hal lainnya mahasiswa Indonesia kesulitan mengkases buku-buku Indonesia di Malaysia oleh karena itu  pihak KBRI diharapkan dapat mendirikan perpustakaan, lalu adanya kesulitan pada penempatan (tempat tinggal) sementara bagi mahasiswa baru di Malaysia, yang terakhir adalah penggunaan media untuk menjernihkan hubungan Indonesia-Malaysia dengan membuat forum komunikasi di medsos, saat ini hanya sebatas di Facebook dan Whatsapp.

Menurut Faqih, untuk mengukir prestasi diperlukan kualitas, adanya kesempatan, dan ada yang mendukung. Terkait dengan apa yang telah kami lakukan, semoga pihak universitas dapat melaksanakan apa yang sudah direkomendasikan dalam konvensi tersebut. (Dodiangga)