Faradj Martak dan Madu Sidr Baghiyah

Al kisah, pada tahun 1940, dua keluarga saudagar keturunan Arab asal Kota Hadhramaut  Yaman, datang ke Indonesia. Mereka keluarga Faradj  Martak dan keluarga Badjened yang memilih bermukim di Indonesia. Mereka bersepakat untuk merintis usaha dagang ekspor impor dengan nama perusahaan N.V. Alegemeene Inport Export en Handel Martak Badjened atau disingkat NV MARBA.

Dalam perkembangannya, keluarga Faradj Martak yang nama lengkapnya Faradj bin Said bin Awadh Martak  sukses dalam mengelola bisnis dibawah bendera  perusahaan NV Marba. Faradj Martak tampil menjadi pengusaha besar di masanya. Ia  pemilik saham perusahaan Marban, sejumlah tanah dang bangunan dan pemilik Hotel Garuda yang bersejarah di Jogyakarta.

Keluarga Faradj Martak beserta keturunan Arab Indonesia lainnya, dan juga seluruh komponen bangsa para pejuang kemerdekaan, bahu membahu  dan  telah banyak memberikan konstribusi pada upaya persiapan kemerdekaan.

Sebagai pengusaha keturunan Arab yang sukses,  Faradj sering membantu para tokoh pergerakan dalam mewujudkan kedaulatan dan kemerdekaan RI.  Salah satu konstribusi keluarga Faradj Martak adalah menghibahkan rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, untuk digunakan Bung Karno, Bung Hatta dan para pejuang kemerdekaan dalam menyiapkan peristiwa penting perjuangan untuk meraih kemerdekaan. Puncaknya, yaitu peristiwa bersejarah Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan, pada pukul 10.00 tanggal 17 Agustus 1945 yang dikumandangkan di Jalan Pegangsaan Timur no 56 Jakarta.

Sejarah mencatat bahwa raihan kemerdekaan RI adalah perjuangan semua komponen bangsa. Salah satunya, keluarga Faradj Martak yang telah merelakan dan menghibahkan rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur no 56 untuk ditinggali  Bung Karno dan keluarga. Kemudian rumah itu menjadi saksi bisu sebagai tempat dibacakannya teks proklamasi kemeredekaan RI.

Sidr Baghiyah

Wisesa (2020) menyebutkan  beberapa hari sebelum proklamasi kemerdekaan dibacakan, Bung Karno jatuh sakit karena terserang penyakit malaria dan beri beri. Kala itu, sosok yang dikenal sebagai singa podium (lion podium) ini hanya bisa berbaring lemas dengan kondisi badan demam dan menggigil. Mengetahui sahabatnya sedang terbaring sakit, Faradj Martak memberi obat tradisional madu Arab Hadramaut Yaman, yaitu Sidr Baghiyah atau madu Arab. Madu ini sangat terkenal memiliki khasiat tinggi dan sudah teruji selama ratusan tahun sebagai obat antibiotik dan antiseptik. Melalui madu sidr baghiyah itulah, kesehatan Bung Karno berangsur pulih.

Faradj juga merupakan sahabat yang telaten. Bung Karno secara rutin mendapat pasokan satu dus madu sidr bahiyah setiap bulan.

Dalam literatur lain, Batarfie (2016) meyakini efek madu Arab yang diberikan sahabat Faradj,  memulihkan daya tahan tubuh Bung Karno.

Tengah malam tanggal 16 Agustus 1945, sepulang dari Rengasdengklok dan rumah Laksamana Maeda, tempat menyusun naskah proklamasi, Bung Karno meminum jamu Arab kiriman sahabatnya. Paginya, Bung Karno mengulangi minum madu sidr baghiyah.

Pada 17 Agustus 1945, pukul 08.00, dua jam sebelum pembacaan teks proklamasi kemerdekaan, Bung Karno masih tertidur lemas. Badannya masih tergolek dan sangat kelelahan. Ia telah begadang semalaman,  bersama sahabat para pejuang kemerdekaan dalam menyusun konsep teks proklamasi. Pagi itu, dokter pribadi Bung Karno, yaitu Dokter  Soeharto lalu menyuntik Bung Karno dengan chinine urethan intramusculer dan memberi tablet broom chinine, seraya bertanya kepada Bung Karno yang memiliki daya tahan tubuh yang cukup bagus. Sambil tersenyum Bung Karno menjawab, “Rahasianya saya telah minum madu sidr baghiyah. Hadiah kiriman sahabatnya Faradj Martak.

Dan tepat pukul 10.00 tanggal 17 Agustus 1945, atas Karunia Allah SWT,  Sang Proklamator telah telah tampil prima membaca teks proklamasi kemerdekaan dengan sangat khidmat.

Itulah penggalan sisi lain sejarah pembacaan teks proklamasi kemerdekaan. Sosok Faradj Martak dengan ikhlas menghibahkan rumah di Jalan Pegangsaan Timur no. 56. Ia juga secara telaten mengirimkan madu Arab Sidr baghiyah secara rutin kepada Bung Karno.

Rumah di  jln Pegangsaan Timur no.56 inilah merupakan saksi bisu dalam pembacaan teks proklamasi kemerdekaan.

Ikhwal madu Arab yang secara rutin dikonsumsi Bung Karno,  kiriman dari sahabatnya Faradj.

Dalam pandangan Islam, kaitan dengan manfaat madu, Allah SWT telah berfirman  dalam Al Quran (Surah An Nahl 68,69), yaitu : Wa auha rabbuka ilan nahli anittakhizi minal zibali buyutaw wa minasy syajari wa mimma yarisyun. Summa kuli ming kullis samarati fasluki subala rabbiki zulula, yakhruju mim butuniha syarabun mikhtalifun alwanuhu  fihi syifa ul lin nas, inna fi zalika la ayatal liqaumiy yatafakkarun.

Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah: Buatlah sarang di bukit bukit, di pohon pohon kayu, dan di tempat yang dibikin manusia. Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam macam warnanya. Didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar benar terdapat kebesaran Tuhan bagi orang yang memikirkan.(Dinn Wahyudin)