Film, Pemersatu Bangsa Yang Terlupakan

1SEBAGAI salah satu bentuk komunikasi massa, film menjadi salah satu yang paling digemari masyarakat karena menggunakan audio-visual yang menjadikan tampilannya lebih menarik dibandingkan dengan media  lainnya. Selain itu, alur cerita, para pemain, setting, serta durasi waktu yang sudah ditetapkan membuat bentuk komunikasi ini banyak dijadikan pilihan sebagai hiburan pelepas penat atau untuk menyalurkan hobi.

Di Indonesia, industri perfilman saat ini terus menerus mengalami pasang surut seperti tengah mencari jati diri untuk bangkit kembali dari keterpurukannya. Mengingat pada tahun 80-an film-film buatan anak negeri pernah sangat berjaya. Salah satunya yang populer adalah “Catatan Si Boy”. Pada saat itu, film-film lokal masih sangat digemari dan disenangi oleh masyarakat. Namun di era berikutnya, film-film dari luar lebih berhasil mencuri perhatian dan menggantikan keberadaan film lokal di tengah masyarakat kita.

Apa penyebabnya? Tidak bisa dimungkiri bahwa kualitas perfilman Indonesia yang merosot turun menjadi penyebab utama keengganan masyarakat untuk menonton karya-karya film lokal. Banyaknya bermunculan film-film “murah” yang kemudian latah diikuti oleh para pekerja film membuat masyarakat bosan dan akhirnya mulai memiliki sikap anti terhadap film-film lokal. Film horor atau komedi berbau porno pernah sangat banyak diliris dalam sekali waktu oleh industri perfilman kita. Hal ini menunjukkan bahwa para sineas/pekerja dalam industri film lebih mengutamakan produk mereka sebagai produk komersil ketimbang membuat produk yang memiliki nilai mendidik serta menjadi media hiburan yang sehat.

Di bidang komunikasi sendiri, keberadaan film masih lebih jarang disinggung dalam kaitannya sebagai salah satu media massa dibandingkan dengan media-media lainnya. Padahal sebagai salah satu media massa, film dapat merefleksikan realitas yang ada ataupun membentuk realitas yang baru. Hal ini yang harus lebih diperhatikan oleh masyarakat. Jika pesan yang disampaikan bersifat positif tentu tidak masalah. Namun bagaimana jika pesan yang diterima oleh masyarakat adalah hal-hal yang negatif?

Nilai yang terdapat dalam sebuah film sebenarnya berperan cukup penting dalam membina kesatuan dan solidaritas, baik dalam suatu bangsa maupun antar-bangsa. Sebab, film juga dapat menjadi suatu representasi dari budaya. Film digunakan sebagai cermin untuk berkaca atau untuk melihat bagaimana budaya bekerja di dalam suatu masyarakat. Jika sebuah film menampilkan sisi buruk dari satu budaya, secara otomatis opini baru akan terbentuk dalam pikiran masyarakat bahwa budaya tersebut memang buruk.

Untuk itu, adanya kesadaran antara pekerja film dan penikmat film harus mulai dipupuk dan dikembangkan. Keduanya bagaikan tim yang harus bekerja sama untuk dapat membuat industri perfilman menjadi lebih baik lagi terutama dalam hal mempersatukan serta memperkuat solidaritas antar masyarakat. Sebab film yang baik akan menghasilkan komunikasi yang baik. Film yang beradab akan menghasilkan komunikasi yang beradab pula. (Florida Purba, Mahasiswa Ilmu Komunikasi, FPIPS UPI)