Fintech, Peluang dan Risiko

Bandung, UPI

Munculnya fenomena financial dan technology atau fintech di dunia, sebagai akibat dari revolusi industri fase ke-4. Kehadirannya telah memberikan dampak terhadap kehidupan manusia, salah satunya terhadap sektor bisnis. Berdasarkan fakta tersebut, berkembang isu tentang terjadinya pergeseran peran profesi, contohnya seorang akuntan.

Demikian keterangan yang diungkapkan oleh Ketua Pelaksana Dr. Aristanti Widyaningsih, S.Pd., M.Si., ketika ditemui dalam kegiatan Seminar Nasional dan Call for Papers Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia yang mengusung tema When Fintech Meets Accounting: Opportunity and Risk di Banana Inn Hotel Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 191 Bandung, Kamis (7/12/2017).

Dikatakannya,”Profesi yang berkembang nantinya akan bergeser seiring kehadiran fintech, selanjutnya apakah kehadirannya tersebut akan memberikan peluang atau justru beresiko menggeser profesi akuntan. Bila kita melihat ini sebagai ancaman, maka yang terjadi adalah ada beberapa pekerjaan seorang akuntan yang bisa dilakukan dengan menggunakan aplikasi sistem, artinya dulu pekerjaan tersebut dikerjakan melalui pencatatan atau pembukuan tetapi sekarang sudah langsung jadi melalui bantuan aplikasi.”

Sekarag kita memasuki era keterbukaan informasi dan ini sangat berpengaruh dalam perkembangan bisnis, ujarnya, contohnya para pelaku bisnis ritel saat ini tidak memerlukan store atau toko, mereka akan melakukan jual beli secara online atau e-commerce. Bisnis saat ini sudah mengarah kesana.

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melalui program studi Akuntansi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis mencoba mencermati fenomena tersebut, dan kegiatan ini bertujuan untuk mempertemukan para pemegang regulasi, praktisi pendidikan dan pelaku usaha, kira-kira seperti apa jalan keluarnya untuk menjembatani permasalahan ini.

“Saat ini dengan bantuan fintech, semua orang bisa membuat laporan keuangan, tetapi ketika berbicara strategi dan apa makna dari angka-angka akuntansi, maka orang-orang yang mempunyai kompetensi, yang berlatar belakang akuntasi lah yang bisa membacanya. Ke depan, memang para akuntan sebaiknya dibekali ilmu terkait perkembangan TIK. Aktifitas di dalam akuntansi lebih pada suatu proses, konsepnya akan terus berkembang. Akuntansi adalah sistem informasi sebagai bagian dari tahapan proses pengambilan keputusan. ” tegasnya.

UPI memandang bahwa fenomena ini memberikan peluang untuk membuat penelitian berbasis e-learning, juga dalam Pengabdian Pada Masyarakat (P2M), UPI dapat membuat aplikasi sederhana untuk pengembangan Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM di sekitaran UPI. Ke depan, kehadiran fintech dapat menjadi pelengkap bukan ancanman, walaupun resiko tetap ada namun bisa diminimalakan, dan ini menjado opportunity bagi akuntansi.

Ditegaskannya, jika dilihat dari segi strategi melalui analisis SWAT, maka opportunity ini posisinya adalah peluang yang berasal dari lingkungan eksternal dan harus kita ditangkap, dengan demikian bisa kita isi peluang tersebut.

“Kegiatan seminar ini merupakan ajang pertemuan para akademisi berkolaborasi dengan para praktisi dan pemangku kewenangan, dimana nantinya hasil kajian ini dapat dikembangkan menjadi sebuah jurnal. Dari pemakalah yang tampil 95%-nya adalah dari pihak eksternal, karena tujuannya setiap artikel menjadi data base untuk ditampilkan dalam jurnal 1 tahun ke depan, dan sebagai proses akreditasi, oleh karena itu kami sangat mengharapkan dukungan lebih dari pihak universitas,” harapnya.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Kepala divisi pendidikan dan pelatihan IAI Wilayah Jawa Barat Syafrizal Ikram, SE., M.Si., Ak., yang mewakili Ketua IAI menyampaikan apresiasinya kepada Prodi Akuntansi FPEB UPI atas kerja sama yang dibangun selama ini, dan diharapkan dapat berlanjut di masa yang akan datang.

Menurutnya,”Tema yang diangkat cukup menarik karena berkaitan dengan fintech. Fintech membuat layanan keuangan saat ini dialihkan menggunakan teknologi yang berdampak pada profesi akuntan dalam proses penyusunan keuangan dan aktifitas lain yang terkait, khususnya bidang pendidikan harus sudah mulai mengkolaborasi berbagai disiplin ilmu yang berkaitan teknologi yang telah merambah dan mengikis pekerjaan profesi. Melek teknologi menjadi suatu keharusan untuk menghadapi masa yang akan datang.”

Hal-hal yang terkait penyusunan keuangan sekarang dapat diselesaikan oleh teknologi, ujarnya, namun pengolahan keuangan yang sesuai standar belum bisa dilakukan sekalipun menggunakan teknologi. Kami dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) selalu melakukan kerja sama dengan berbagai universitas di Jawa Barat terkait perkembangan keilmuan, karena semua disiplin ilmu mempengaruhi akuntan.

Hal yang sama diungkapkan pula oleh Wakil Rektor Bidang Keuangan, Sumber Daya dan Administrasi Umum Dr. H. Edi Suryadi, M.Si., dalam sambutannya. Dijelaskannya,”Kehadiran Prodi Akuntansi akan memperkuat jati diri UPI, karena secara kelembagaan tetap berada dalam satu fakultas dengan Prodi Pendidikan Akuntansi, diharapkan dalam interaksinya terjadi cross fertilization. Cross fertilization tidak hanya terjadi pada dosen tetapi dalam pendidikan dan dalam pembelajaran, sehingga dosen Prosi Akuntansi itu diberikan kewenangan untuk mengajar di Prodi Pendidikan Akuntansi demikian pula sebaliknya sehingga terjadi cross fertilization ilmu kedua belah pihak.”

Diharapkan, proses cross fertilization dibawa oleh masing-masing dosen, maka jiwa kependidikan dalam semua bidang ilmu tetap melekat. Ada semboyan di FPEB yaitu keluaran dari FPEB jika berasal dari sarjana non kependidikan mempunyai kemampuan kependidikan dan begitupun sebaliknya, para sarjana Pendidikan diharapkan memiliki keilmuan yang sama dari universitas non kependidikan. Inilah yang dinamakan cross fertilization, inilah mengapa UPI tidak mau menghilangkan jati dirinya.

“Jika sekarang dilihat dari fase perkembangan industri, maka sudah masuk dalam fase revolusi industri 4.0, dimana yang pertama adalah revolusi yang berkaitan dengan mesin, kedua elektonika, ketiga komputer, dan keempat era digital. Apapun namanya itu, proses perubahan tersebut pastinya membawa implikasi, contohnya saat kita melakukan transfer uang, sekarang dapat dilakukan melalui smartphone. Revolusi ini juga tidak hanya terjadi pada kehidupan saja tapi pada bidang keilmuan, contohnya akuntansi, perkembangannya harus dapat diikuti oleh para auditor dan akuntan. Mereka harus menguasai, jika tidak maka akan menjadi resiko tersendiri. Tema dalam seminar ini harus memaknai resiko yang dijadikan peluang,” ujarnya. (dodiangga/Riza)