FPOK UPI Bahas Aktifitas Fisik dalam ICSSHPE 2019

Bandung, UPI

Isu penting yang diangkat dalam Konferensi Internasional ini adalah the low physical activity of the Indonesian people atau rendahnya aktifitas fisik Bangsa Indonesia, karena berdasarkan laporan WHO, Indonesia tidak ditemukan datanya. Sementara itu pada tahun 2013, ditemukan data tentang physical activities bangsa Indonesia yang sangat rendah.  Dampaknya, angka terjangkitnya masyarakat Indonesia oleh non communicable diseases seperti darah tinggi, jantung, diabetes dan sebagainya itu di setiap tahunnya meningkat. Data ini bisa diperoleh di Rikesdas atau Riset Kesehatan Dasar, sebaliknya penyakit yang sifatnya infeksi itu, sudah bisa diatasi. Penyebab masyarakat Indonesia terjangkit non communicable diseases dikarenakan kemampuan fisik yang rendah.

Pernyataan tersebut disampaikan Dekan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. Dr. Adang Suherman, MA., saat ditemui disela-sela kegiatan The 4th  International Conference On Sport Science, Health, And Physical Education (ICSSHPE) 2019 yang dinisiasi oleh FPOK UPI. Konferensi berlangsung di Banana Inn Hotel Jalan Dr. Setiabudi No. 191 Bandung, Selasa (8/10/2019).

Menurut Dekan FPOK,”Physical activity ini memiliki peran yang sangat penting. Bagi anak-anak, itu tidak bisa digantikan perannya oleh subjek apapun. Meningkatkan kemampuan fisik lebih baik daripada mereka yang tidak melakukan aktifitas fisik sama sekali. Anak-anak memiliki space waktu yang lebih panjang untuk meningkatkan aktifitas fisiknya, sedangan pada masa dewasa, aktifitas fisik yang dilakukan itu akan memberikan kontribusi terhadap bertahannya kemampuan fisik dan terhindarnya dari penyakit non infeksi apabila aktifitas fisik yang dilakukannya minimal 3 metabolic expenditure sesuai dengan rekomendasi WHO. 3 metabolic expenditure setara dengan 1 detik 2 langkah, rekomendiasi WHO adalah per hari 30 menit, bisa dibayangkan permenit terdapat 120 langkah karena perdetiknya 2 langkah, ini adalah moderate activities. Jika sudah melakukan hal tersebut maka kemungkinan besarnya kita akan terhindar dari penyakit non infeksi.

“Berdasarkan hal tersebut, kami mengundang Stephen Heung-sang WONG, Ph.D. dari Chinese University of Hongkong, Assoc. Selina Khoo, dari Universitas Malaya, Malaysia, dan Dr. Wendy Yajun HUANG, Ph.D. dari Hongkong Baptist University, Hongkong. Kehadirannya diharapkan dapat mengungkapkan berbagai evidence tentang fenomena physical activity, keuntungan dan kerugiannya bagi anak-anak maupun bagi orang dewasa. Adapun capaian dari kegiatan ini adalah munculnya publikasi terkait hasil peneitian yang dituangkan dalam artikel dan dimuat dalam proceeding. Diharapkan, 120 artikel terpublikasi, lebih dari itu ingin terbagunnya kolaborasi pemuatan artikel dari para peneliti dan dosen di bidang keolahragaan agar dimuat di jurnal bereputasi. Tetu saja kita ingin menguatkan IPAG yaitu Indonesian Physical Activity Research Group menjadi salah satu anggota HALO atau Healthy Active Lifestyle Organization yang bermarkas di Kanada. HALO diikuti 49 negara.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Staf Ahli Gubernur bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Daerah Provinsi Jawa Barat Dr. Ir. H. Ahmad Hadadi, M.Si., hadir mewakili Gubernur Jawa Barat H. Mochamad Ridwan Kamil, S.T., M.U.D. Dikatakan Dr. Hadadi,”Pemerintah Provinsi Jawa Barat sangat mengapresiasi kegiatan The 4th International Conference On Sport Science, Health, And Physical Education (ICSSHPE) 2019 yang diinisiasi oleh FPOK UPI, karena nantinya kegiatan olahraga yang baik untuk masyarakat akan disajikan beradasarkan ilmu bukan hanya sekedar menampilkan gerakan-gerakan saja tetapi ada landasan ilmiahnya sehingga dengan demikian olahraga itu bisa menyehatkan dan diharapkan menjadi kebiasaan serta menjadi budaya dan terwujud masyarakat Jawa Barat yang sehat lahir batin.”

Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam menjalankan pemerintahan itu berdasarkan pentahelix, ungkapnya lagi. Pentahelix yang dimaksud adalah akademisi, birokrat, media dan civil society serta pelaku bisnis. Diharapkan, dari sisi akademisi bisa intens, dan keduanya proaktif.

“Kami juga sangat mengapresiasi keberadaan FOPK UPI di Jawa Barat, karena dari sanalah lahir sumber daya manusia unggulan, yaitu guru, dosen dan mahasiswa. Kami mendorong FPOK UPI tidak hanya menghasilkan atlet-atlet berprestasi tapi utamanya adalah masyarakat Jawa Barat yang menggerakan olahraga menjadi bagian dari hidup bermasyarakat,” harapnya.

Visi dan misi Pemerintah Provinsi Jawa Barat yaitu ingin menjadikan Jawa Barat juara lahir batin, tegasnya. Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat fokus menjalankan roda pemerintahannya untuk mengembangkan SDM Jabar unggulan yang mampu menjadi penerus bangsa. Kaitannya dengan penyelenggaraan ICSSHPE 2019 ini, sejalan dengan visi misi tersebut yaitu SDM Jabar Unggul Sehat Lahir Batin. Oleh karena itu, kami harapkan dukungannya dari FPOK UPI agar bisa mengolahragakan masyarakat Jabar termasuk olahraga prestasi.

Lebih lanjut ditegaskan,”Kehadiran UPI sangat membantu program pemerintah karena melalui SDM-nya lahir atlet-atlet yang tidak hanya  berotot tetapi memiliki intelektual atau memiliki nilai akademis yang sangat mumpuni. Oleh karenanya, kehadiran FPOK di UPI diharapkan tidak ada lagi masyarakat yang sakit, karena banyak melakukan aktifitas olahraga. Kami juga berharap FPOK UPI melakukan sosialisasi dan menyelengarakan berbagai event olahraga yang baik dan bermanfaat, karena faktanya banyak warga Jabar yang tiba-tiba meninggal dalam usia muda akibat penyakit. Disinilah pentingnya kita memiliki gaya hidup sehat, maka olahraga menjadi sesuatu yang sangat penting.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor Bidang Riset, Kemitraan, dan Usaha Prof. Dr. H. Didi Sukyadi, M.A., mengatakan,”Konferensi Internasional sangat penting bagi sebuah universitas karena kita dituntut dalam pemeringkatan nasional maupun internasional seperti QS Ranking, QS Ranking by Subject atau World Class University Ranking, semuanya menuntut publikasi. Jika hanya mengandalkan publikasi di jurnal itu akan sangat lambat dan sedikit, salah satu upaya untuk memacunya adalah melalui proceeding.

“Proceeding ini merupakan sarana belajar sebelum kita publikasi di jurnal yang lebih baik. Konferensi ini akan mengumpulkan para penulis, lalu menyajikan hasil tulisan, pikiran dan risetnya, kemudian menuangkannya dalam bentuk artilkel setelah melalui proses workshop, coaching clinic dan lainnya. Dengan demikian, mereka akan punya pengalaman menulis, berinteraksi dengan para reviewer dan berinteraksi dengan para editor,” ungkapnya.

Diharapkan, ujarnya, kemampuan menulisnya semakin naik, setelah itu mereka bisa menulis di jurnal yang lebih baik, sehingga publikasi UPI juga ikut naik. Dampaknya, pemeringkatan di tingkat nasional dan internasional merangkak naik. (dodiangga)