FPTK UPI Selenggarakan The 5th UPI International Conference on Technical and Vocational Education and Training

Bandung, UPI

Sebanyak 200 dosen dan peneliti ditambah 32 peserta ASEAN Vocational and Engineering Camp (AVEC) mengikuti kegiatan The 5th UPI International Conference on Technical and Vocational Education and Training yang diselenggarakan oleh Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) dan TVET Research Center (TVETRC), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) berkolaborasi dengan Universitas Negeri Padang (UNP), Universitas Palangkaraya (UPR), Universitas Negeri Manado (UNIMA), dan Rajamangala University of Technology Thanyaburi (RMUTT), Thailand, di The Trans Luxury Hotel, Jalan Jendral Gatot Subroto No. 289, Bandung pada tanggal 11 sampai dengan 12 September 2018.

“Penyelenggaraan UPI International Conference on Technical and Vocational Education and Training (UPI ICTVET) merujuk pada isu-isu penting dalam pengembangan guru dan teknologi kejuruan dalam lingkup internasional, oleh karena itu tema yang diusung adalah Globalisasi, Tantangan, dan Gangguan di TVET, bagaimana peran pendidikan kejuruan dalam menghadapi tantangan global yang menimbulkan dampak dan implikasi potensial bagi sistem TVET terutama di era Revolusi Industri 4.0,” ungkap Dekan FPTK UPI Prof. Dr. Mokhammad Syaom Barliana, M. Pd., M.T., saat ditanya terkait UPI ICTVET di Main Hall The Trans Luxury Hotel Jalan Jendral Gatot Subroto No. 289 Bandung, Selasa (11/9/2018).

Lebih lanjut ditegaskan, tujuan utamanya adalah membahas isu-isu yang kritikal mengenai guru dan teknologi vokasi, disamping ada upaya untuk mengembangkan jaringan diantara perguruan tinggi nasional dan internasional, sehingga UPI direcognisi oleh masyarakat internasional sebagai penyelenggara konferensi bereputasi dan dosen UPI diakui kapasitasnya secara internasional.

“Masalah yang berkembang saat ini adalah tantangan besar yang dihadapi guru dan calon guru. Kesempatan mengaktualisasikan diri tidak hanya di bidang Pendidikan saja tetapi dari sisi engineering juga, oleh karena itu kita akan belajar dan berbagi pengalaman dari guru luar negeri. Pendidikan kita harus mampu bersaing, maka dari itu kita harus mau bergaul dalam pergaulan internasional, siap dalam pendidikan dan non kependidikan, karena faktanya lapangan kerja sempit, oleh karena itu kita juga harus mampu untuk bersaing di dunia kerja,” jelasnya.

Menurutnya, kegiatan ini merupakan agenda rutin yang diselenggarakan 2 tahun sekali, untuk tahun ini adalah pnyelenggarakan ICTVET ke-5. ICTVET merupakan sebuah konferensi internasional yang diakui reputasinya serta jurnal internasionalnya terindeks scopus dan thomson reuters. Hal ini diupayakan untuk menghadapi perubahan yang sulit diprediksi dan pembelajaran dimaksudkan untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi, dalam artian banyak program yang hilang dan banyak yang muncul. Oleh karena itu kami mengundang pakar nasional dan internasional.

“Kita juga mengajak perguruan tinggi lain untuk menyelenggarakan joint conference. UPI sebagai host dan UNP sebagai co-host, serta didukung  oleh UPR, UNIMA dan RMUTT, sementara itu 32 peserta AVEC berasal dari Thailand, Philippines, Bangladesh, Zimbabwe, Malaysia, Indonesia (diwakili oleh UNY dan UNM). ICTVET disponsosiri oleh The Regional Association for Vocational Teacher Education in East and Southeast Asia (RAVTE), sebuah asosiasi perguruan tinggi kejuruan di Asia, FPTK UPI dan UNY salah satu angotanya,” jelasnya.

UPI ICTVET kali ini sangat istimewa, ujarnya, karena dihadiri oleh representative information dari Asian Development Bank (ADB) Nigel Carpenter, kehadirannya sebagai salah satu keynote speaker. Nigel Carpenter adalah the Chief Executive Officer of Sustainable Skills, Australia, seorang konsultan ADB yang membantu UPI dalam membangun center of excellence dalam pendidikan guru vokasi. Kehadirannya tentu akan memberikan makna positif bagi UPI karena berkepentingan untuk melihat networking yang dibangun oleh UPI.

Diungkapkannya,”Melalui ADB, FPTK UPI akan membuka 6 prodi baru yang belum ada di perguruan tinggi lain. Dalam kesempatan ini juga kita akan memperoleh masukan dan kajian. Prodi ini tidak konvensional tetapi mampu menghadapi Revolusi Industri 4.0. Adapun prodi yang dimaksud adalah Prodi Automasi Industri, Prodi Pendidikan Otomotif, Prodi Pendidikan Energi Terbarukan, Prodi Teknologi Pangan, Prodi Teknik Kimia, dan Prodi Teknik Logistik. Hal ini sejalan dengan program pemerintah bahwa pendidikan vokasi ada untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap kerja, FPTK UPI akan menyiapkan calon gurunya.”

Dengan demikian, FPTK UPI diharapkan menjadi center of excellence dalam pendidikan guru vokasi sejalan dengan program ADB, sehingga menjadi pusat rujukan di Indonesia dan ASEAN. Penyelenggaraan ICTVET ke-5, merupakan kontribusi FPTK untuk membangun pendidikan vokasi di indonesia. Hal ini juga sejalan dengan visi fakultas yaitu direcognisi di tingkat ASEAN, dampaknya publikasi internasional FPTK meningkat, ke-2 setelah FPMIPA. Adapun upaya lain yang akan dilakukan dalam waktu dekat adalah akan melakukan akreditasi internasional untuk Pendidikan Tata Boga oleh ASEAN University Network-Quality Assurance (AUN-QA) dan Pendidikan Teknik Mesin oleh Accreditation Service for International Schools, Colleges & Universities (ASIC), kemudian melakukan kerja sama insdustri, pengembangan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) sehingga nanti setiap lulusan sudah bersertifikasi.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor Bidang Riset, Kemitraan, dan Usaha Prof. Dr. H. Didi Sukyadi, M.A., menegaskan hal yang sama bahwa UPI akan mendirikan center of excellence dalam pendidikan guru vokasi, sebuah program unggulan pendidikan vokasi yang dibantu oleh ADB, tidak hanya focus pada gedung tapi membangun sumber daya manusianya. Kuncinya ada pada dosen, oleh karena itu, tingkatkan kualitas dengan mendatangkan tenaga ahli, karena mereka akan menyajikan hasil riset untuk berbagai keperluan dalam bidang vokasi. “Untuk membangun center of excellence dalam pendidikan guru vokasi tersebut, kita juga harus membangun jejaring dan menghasilkan publikasi yang diakui oleh pemerintah dan jurnal internasional. (dodiangga/foto:cawal)