Guru Profesional di Era Teknologi

Bandung, UPI

Sejumlah tokoh pendidikan nasional mengikuti Seminar Internasional terkait Guru Profesional di Era Teknologi dengan judul Proffesional Teacher Development in Digital Era for Making Indonesia 4.0. Seminar dibagi menjadi dua sesi. Diharapkan, dengan adanya seminar internasional ini membawa sebuah semangat dan motivasi yang lebih besar dalam mengembangkan pendidikan Indonesia khususnya dalam era digitalisasi dan revolusi 4.0 demi masa depan bangsa yang lebih baik. Kegiatan diselenggarakan di The Trans Luxury Hotel, Jum’at (19/7/2019).

Menurut Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Prof. Dr. Ismunandar, Ph.D., dalam sambutannya mengatakan bahwa tantangan bangsa Indonesia adalah cepatnya perubahan yang kita alami pada revolusi 4.0 ini, di satu sisi ini merupakan sebuah tantangan tapi di sisi lain pula merupakan sebuah peluang. Karena otomatisasi, banyak pekerjaan hilang dan banyak orang yang akan kehilangan pekerjaannya. Tetapi ada studi yang menunjukkan bahwa untuk Indonesia dari 15 negara di Asia Pasifik, Indonesia di proyeksikan mendapat keuntungan dari revolusi industri 4.0 jika produktifitas kita baik juga.

Sementara itu, Rektor Universitas Negeri Medan Prof. Syawal Gultom, M.Pd., yang mengawali sesi pertama menjelaskan bahwa jika sampai hari ini LPTK belum siap dalam menhadapi tantangan tersebut. Ditegaskannya,”Yang harus dilakukan adalah melakukan revitalisasi LPTK, tetapi belum optimal, sebab biaya revitalisasi itu mencapai 8 triliyun. Yang kedua adalah tentang siapakah yang menjadi guru itu, tanpa melekatkan kata profesional adalah mereka yang berbakat, mereka yang berminat, mereka yang memiliki panggilan jiwa. Pertanyaannya apakah seleksi calon mahasiswa yang menjadi guru di tes bakat?”

Pada kesempatan yang sama Prof. Dr. Ainun Na’im membahas tentang Kebijakan Pengembangan Sumber Daya LPTK untuk menyiapkan Guru Era RI 4.0. Dikatakannya, bertambahnya pekerjaan rumah untuk menjawab masalah penyediaan guru-guru produktif di SMK. Selain kurangnya guru, permasalahan lainnya adalah terlalu banyak jumlah SMK yang ada.

Di akhir sesi pertama, pengembang aplikasi Novo Learning Maarten Dirks menutup sesi pertama diskusi tentang Development Blended Learning models in Teacher Profesional Education for making Indonesia teacher 4.0.

Pada kesempatan berikutnya di sesi kedua, Prof. Dr. Rina Indiastuti memaparkan Kebijakan Revitalisasi LPTK. Berikutnya, Prof. Christine C.M. Goh, Ph.D., dari NIE, NTU Singapore membahasa tentang Enhancing Communication Skill for Making Indonesia Teacher 4.0. Sementara itu, Regional Director Asia D2L Nick Hutton memaparkan Blended Learning in Teacher Professional Education. (cm/dodiangga)