Harga Diri NKRI Dibalik Citarum Harum

Oleh:

Lina Nurlatifah

Peserta KKN Citarum Harum Desa Sukapura Kabupaten Bandung

Air memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Materi ini telah kita dapatkan dari mulai pendidikan dasar kemudian berkembang dewasa ini. Adanya sumber air dijadikan salah satu karakteristik oleh ilmuan sebagai bukti adanya kehidupan di planet Mars. Sumber daya air yang tidak sesuai untuk mengimbangi tantangan ledakan penduduk, dipandang sebagai pemicu kerusakan lingkungan yang tidak dapat terlepas dari pandangan hidup dan pandangan dunia (wolrd view) dari manusia modern dengan ambisi untuk memenuhi kebutuhannya dengan terus mengekploitasi alam.

Manusia adalah makhluk berakal sekaligus makhluk sosial yang memiliki peranan sebagai pengelola lingkungan yang baik, saling membantu menempatkan diri dalam pemanfaatan lingkungan dengan makhluk hidup yang lain. Tetapi, akibat kepentingan pribadi kerusakan tidak dapat dihindari. Saat ini sungai berkurang fungsi dan perannya sebagai sumber dari air, karena korban dari keegoisan manusia dalam pengelolaan lingkungan yang tidak sesuai aturan. Sumber daya air tidak layak karena kotor dan sumber penyakit serta dapat menimbulkan bencana seperti banjir dan longsor.

Stigma tentang Sungai Citarum sebagai sungai terkotor di dunia dari data World Bank meluluhkan harga diri bangsa Indonesia. Secara geografis, sungai Citarum mengalir dari hulu di Gunung Wayang, Bandung Selatan mengalir ke Utara dan bermuara di Laut Jawa. Citarum mengaliri 12 wilayah administrasi Kabupaten/Kota dan menyuplai kehidupan masyarakat seperti sawah, aktivitas rumah tangga serta memutar turbin listrik di tiga bendungan. Sampah dari rumah tangga, ternak, limbah industri membuat aliran 300 meter sungai Citarum menjadi potret yang tidak enak dipandang.

Fakta di atas mendorong pemerintah turun tangan langsung untuk menangani permasalahan. Peraturan Presiden RI Nomor 15 tahun 2018 tentang percepatan pengendalian pencemaran dan kerusakan daerah aliran sungai Citarum. Inti dari peraturan presiden menyegerakan seluruh elemen untuk ikut memelihara dan betanggung jawab  menjaga kelestarian lingkungan di DAS Citarum. Dibuatlah program Citarum Harum yang menjadi upaya melestarikan kembali Citarum, melibatkan semua elemen masyarakat. Pemerintah menargetkan Citarum Harum dapat selesai kurun waktu 7 tahun dengan berdampak baik terhadap pendidikan dan ekonomi masyarakat meningkat.

Menjaga kelestarian alam khususnya DAS Citarum bukanlah tugas dari perorangan maupun perwilayah, melainkan tugas nasional yang memerlukan peran dari semua elemen bangsa. Peran pemerintah sebagai  political action yang memiliki otoritas dan anggaran dalam terlaksananya program Citarum Harum. Dibentuklah Satuan Tugas (Satgas) yang dipimpin langsung oleh gubernur Jawa Barat dan Kodam III/Siliwangi sebagai pelaksana program. TNI dari Kodam III/Siliwangi, personel yang disebar di 22 sektor di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS). Terjun langsung ke lapangan, membantu dalam merehabitasi ekosistem Citarum. Peran TNI membantu dalam merubah aspek kultural dan psikologis menjadi hal tersulit karena terkendala kurangnya perilaku budaya tertib dan bersih dari masyarakat, perilaku oknum dunia industri yang menjadi penyumbang masalah besar pencemaran Citarum. Peran pemerintah dan pendidik setempat di tiap wilayah juga membantu dalam merubah pola pikir masyarakat secara psikologis dan sosiologis untuk bersama memperbaiki pencemaran di Citarum. Akademisi dari tingkat mahasiswa juga dilibatkan dalam program Citarum Harum, sekitar 12 Perguruan Tinggi di Jawa Barat dan DKI Jakarta termasuk Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dalam program Kuliah Kerja Nayata (KKN) Tematik Citarum Harum  yang dibagi menjadi di tiga wilayah hulu, tengah dan hilir.

Setiap wilayah mempunyai permasalahan yang berbeda, salah satu daerah hulu sungai, yaitu Desa Sukapura yang berada di wilayah Sektor 2 Kodam III/Siliwangi. Pada umumnya permasalahan mengenai pengelolaan sampah yang belum optimal karena kesulitan mencari tempat pembuangan akhir, sehingga anak sungai menjadi alternatif pembuangan sampah rumah tangga dan sampah kotoran ternak. Setelah dibantu oleh TNI Kodam Sektor 2 Kodam  III/Siliwangi sejak Februari 2018 lalu, program Citarum Harum di desa Sukapura direalisasikan dengan pembersihan sampah di sekitar anak sungai di DAS Citarum, penegasan pembuangan kotoran ternak dan manusia, pengalihan fungsi lahan dari perkebunan sayur ke perkebunan kopi, serta sosialisaai yang terus dilaksanakan upaya penyadaran kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian sungai Citarum.

Sinergitas yang ada di desa Sukapura melibatkan berbagai elemen, slogan 2019 Sukapura bebas sampah, menjadi motivasi masyarakat dalam pelaksanaan program Citarum Harum. Desa juga memfasilitasi adanya Bank sampah, sebagai upaya dalam pengelolaan sampah yang bernilai ekonomis yang sudah ada sejak 2014. Tetapi masih belum optimal sehingga dalam pelaksanaan KKN Tematik Citarum Harum mahasiswa UPI membantu dalam pengelolaan Bank Sampah Desa Sukapura yaitu Bank sampah Warisan alam menggunakan sistem “menjemput bola”. Bank sampah mempermudah nasabah dengan mendatangi ke rumah-rumah dan menambah nasabah, mengajak keterlibatan siswa SD dan SMP. Langkah ini berdampak positif bagi kedua belah pihak, siswa mendapatkan tambah uang saku dan bank sampah menambah profit yang berdampak positif bagi lingkungan meralisasikan slogan “Dulu sampah sekarang berkah”.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mewujudkan Citarum dalam kurun waktu tujuh bulan terakhir. Dalam Perpres dijelaskan upaya yang ditargetkan selama 7 tahun diharapkan dapat berpengaruh positif terhadap perubahan Citarum. Dari awal Pemerintah telah Mengeluarkan Undang Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), yang mencakup perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum. Aturan lingkungan hidup sudah ada, tetapi belum ada pembagian aparatur penegak hukum untuk mengimplementasikan aturan tersebut. Karena yang menilai bentuk pelanggaran yaitu kesadaran diri sendiri dalam wujud komitmen masyarakat untuk melestarikan lingkungan dengan tidak membuang sampah dan limbah. Apa yang diperbuat manusia, akan dirasakan kembali baik itu manis ataupun pahit. Semua elemen perlu bersinergi bahu membahu untuk menyukseskan program Citarum Harum untuk hari ini dan hari esok yang akan datang.