IDULFITRI MUNGGARAN

Dinn Wahyudin

Madinah titimangsa 1 Syawal tahun ke-2 Hijriyah. Atau bersamaan dengan tahun 624 Masehi, lebih dari 1399 tahun yang lalu. Itulah perayaan Hari Idul Fitri munggaran (pertama kali) yang dilakukan Rasululloh SAW beserta para sahabat kaum muslimin di Masjid Nabawi Kota Madinah.

Allahhu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. La illaha illallahu akbar. Allahu akbar wa lillahil hamdu. Lafal takbir bergema diucapkan segenap kaum muslimin yang untuk pertama kalinya mengawali Perayaan hari Besar Idul Fitri pada tahun ke 2 Hijriyah.


Perayaan Idul Fitri munggaran ini, merupakan momentum penting bagi perkembangan Islam selanjutnya. Awal mula dilaksanakan hari Raya Idul Fitri 2 Syawal tahun ke- 2 Hijriyah bertepatan dengan kemenangan kaum Muslimin dalam Perang Badar. Kemenangan ini menjadi tonggak sejarah awal kebangkitan kaum Muslimin untuk terus menjayakan Islam. Perayaan Idul Fitri pertama ini dilaksanakan hanya berselang sebelas hari setelah Perang Badar usai. Perang besar yang berlangsung tanggal 17 Ramadan tahun ke 2 Hijriyah itu dimenangkan secara telak oleh Kaum muslimin dalam melawan kaum jahiliyah. Dalam konteks perayaan Idul Fitri pertama ini, umat Islam merayakan hari kemenangan dengan penuh rasa syukur.

Bukan hanya karena kemenangan dalam perang Badar yang baru saja dilalui. Tetapi juga kemenangan kaum muslimin telah berpuasa sebulan penuh pada bulan Ramadan yang baru saja dilalui.
Dalam suatu hadist shahih, Rasululloh merayakan hari Idul Fitri yang pertama ini dalam kondisi letih dan kelelahan luar biasa. Begitu letih dan kondisi fisiknya belum pulih, Kanjeng Rasululloh SAW menyampaikan khutbahnya sambil bersandar pada Bilal bin Rabah. Sahabat Nabi kepercayaan Rosululloh yang menyandang Muadzin ar Rasul.

Dalam khutbahnya, Rosululloh SAW bersabda bahwa Idul Fitri adalah hari Kemenangan. Kemenangan kaum muslimin setelah berpuasa sebulan penuh. Melawan godaan yang bisa menggoyahkan iman. Rasululloh bersabda bahwa umat Islam baru saja kembali dari perang kecil yaitu melaksanakan ibadah shaum di bulan Ramadan. Umat Islam harus bersiap menghadapi perang besar yang lebih dahsyat. Yaitu perang melawan hawa nafsu, di luar waktu bulan Ramadan.

Dua Hari Raya

Jauh sebelum Islam datang, masyarakat jahiliyah Arab telah memiliki dua hari Raya. Yaitu hari Raya Nairuz dan Mahrajan. Pada kedua hari Raya tersebut, masyarakat Jahiliyah merayakannya dengan minum minum, bermabuk- mabukan dan bermain.

Dari Anas bin Malik, Rasululloh SAW bersabda, Kaum jahiliyah dalam setiap tahunnya memiliki dua hari untuk bermain. Sesungguhnya Allah SWT telah mengganti dua hari itu dengan hari yang lebih baik. Yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.

Pengertian Idul Fitri sejatinya bermakna kembali ke fitrah. Yaitu kembali ke kondisi awal penciptaan manusia oleh Sang Kholik. Dalam Al Quran surah Ar Ruum ayat 30, Allah SWT berfirman yang artinya, Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah. (Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Berbagai amal ibadah di bulan suci Ramadan, semuanya mengarahkan dan mengantarkan mereka yang beriman untuk kembali ke kondisi fitrah ini.

Spirit Badar

Perayaan Hari Raya Idul Fitri yang pertama kali dilaksanakan pada tahun ke-2 Hijriyah, sampai sekarang Idul Fitri 1444 Hijriyah, in sya Allah akan terus berlangsung dilaksanakan oleh umat Islam di berbagai belahan Dunia. Secara matematis, sampai saat ini Hari Raya Idul Fitri telah dilaksanakan sebanyak 1442 kali.
Spirit Badar yang menjadi penciri Idul Fitri pertama lebih dari 14 abad lalu, tampaknya masih relevan untuk terus dipompakan pada masa kini. Ada tiga hal penting mengapa spirit Badar masih relevan untuk terus ditumbuhkembangkan.
Pertama, spirit Badar merupakan komitmen diri sebagai hamba Allah untuk terus berupaya kembali ke fitrah. Berhamba secara sungguh sungguh kepada Sang Kholik guna melaksanakan semua yang diperintahkanNya dan menjauhi semua yang dilarangNya.
Kedua, spirit Badar _ adalah makna untuk terus meningkatkan semangat _fiisabilillah (berkhidmat di jalan Allah) dan menguatkan prilaku mujahid. (berjuang di jalan Allah). Dalam konteks saat ini, bermakna menebar semangat untuk siap “berperang” melawan kebodohan dan keterbelakangan. Berprilaku mujahid dengan berupaya keras mempertahankan tauhid, kebenaran dan konsisten melawan kebathilan.
Ketiga, spirit Badar adalah refleksi berserah diri kepada Sang Kholik disertai dengan bekerja keras dan belajar keras (hard learners). Dalam konteks kekinian, diperlukan pribadi yang beriman, bertakwa dan berbudi luhur dengan bercirikan pribadi yang mandiri, kreatif dan bernalar kritis untuk kemaslahatan bangsa. Spirit badar kekinian merupakan komitmen untuk maju bersama dan memberi kemaslahatan bersama.
Spirit Badar adalah komitmen diri menjadi pembelajar sejati. A long live learner yang memberi maslahat untuk umat.


Selamat merayakan Idul Fitri 1444 H. Taqabalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum.