IKA UPI SELENGGARAKAN GELAR WICARA KEBANGKITAN PENDIDIKAN NASIONAL UNTUK EKSPLORASI PERKEMBANGAN ARTIFICIAL INTELLIGENCE 

Ikatan Alumni (IKA) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menyelenggarakan TalkShow Kebangkitan Pendidikan Nasional dengan tema “Kecerdasan buatan dan Disrupsi Pendidikan” pada hari Sabtu, 27 Mei 2022 secara luring di Auditorium FPMIPA UPI. Kegiatan ini merespons Hari Pendidikan Nasional (2 Mei) dan hari Kebangkitan Nasional (20 Mei). Seminar nasional tersebut berupaya mempertemukan praktisi pendidikan, kajian ahli, industri, dan content creator pendidikan untuk kemudian bersama-sama merumuskan apa yang harus dilakukan lembaga pendidikan dan praktisi dalam menyikapi perkembangan terkini teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) serta pemanfaatannya dalam membangun dunia pendidikan.

Seminar Nasional ini dipandu langsung oleh Ketua IKA UPI sekaligus Menteri Perdagangan RI 2016-2019 Dr. Enggartiasto Lukita, dan menghadirkan empat narasumber pakar yakni Meidy Fitranto (CEO Nodeflux, AI Industry), Herbert Siregar (Pakar Ilmu Komputer), Guru Gembul (Guru sekaligus Youtuber dengan nama channel guru gembul ), dan Denny Darko (Youtuber serta Mentalis). Kegiatan tersebut di moderatori oleh seorang filsuf milenial dan dosen filsafat yaitu Syarif Maulana (bagian dari kelas isolasi). Sebelum dimulai terdapat penampilan dari Hi.Jo.

Ketua IKA UPI Dr. Enggartiasto Lukita dalam pengantar Seminar menyampaikan bahwa esensi dari pendidikan harus ada komitmen disiplin dan pendidikan moral seperti empati harus tetap ditanamkan karena jika tidak ada mau dibawa ke mana arah bangsa ini. Kelebihan dari perkembangan AI ini nantinya lebih cepat dalam akses dan peluang usaha di bidang lainnya. Hanya saja, memang pada akhirnya akan banyak profesi yang hilang dan bermunculan pekerjaan pada bidang lain. Oleh karena itu, sangat penting untuk meningkatkan kemampuan diri tidak berfokus pada satu.

Sementara itu dalam sambutannya, Prof. Dr. Bunyamin Maftuh, M.Pd., M.A. sebagai Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Organisasi, dan Sistem Informasi menyampaikan “semoga ada harapan-harapan bapak ibu kepada IKA. Setiap tahun UPI itu mewisuda ribuan mahasiswa, tetapi memang belum ada sistem yang dapat membantu para lulusan untuk akhirnya mendapatkan pekerjaan. Termasuk misalnya untuk menjadi guru di setiap kabupaten atau provinsi. Belum adanya pendekatan khusus yang dilakukan oleh pimpinan dengan dinas terkait. Harapannya anggota IKA hari ini bisa menjadi jembatan pekerjaan bagi lulusan UPI ke depan hari. Semua bisa dimulai dengan program MBKM bagi mahasiswa di tempat alumni karena alumni UPI itu tersebar di berbagai bidang dan berbagai kementerian.”

Guru Gembul saat pemaparan menyampaikan tiga kengerian berkaitan dengan pendidikan. Pertama, guru-guru di Indonesia adalah jajaran guru-guru terburuk di dunia. Kedua, siswa-siswa di Indonesia adalah siswa terburuk di dunia. Kemudian yang ketiga,  Artificial intelligence akan menjadi perubahan besar di dunia setidaknya 7 juta orang akan kehilangan pekerjaan dan akan muncul 9 juta pekerjaan baru. Kemudian Guru Gembul mengkritisi kualitas guru hari ini berdasarkan data PISA, “Hanya sebanyak ⅓ guru di Indonesia yang lulus ujian tertulis. Lantas bagaimana jika harus berhadapan dengan dunia digital ke depan? Hari ini di sekolah ketika berhadapan dengan digital saja hanya sebanyak 46% guru yang berada di level 1. Artinya, dunia digital baru digunakan sebagai sumber bacaan belum menjadi sumber atau bahan pembelajaran. Belum digunakan sebagai media pengajaran. Selain itu, bahkan belum mencapai guru menjadi trainer dalam pembelajaran elektronik. Sesuatu yang memprihatinkan dan masih sangat jauh.”  dalam pandangannya permasalahan atau kengerian ini seharusnya mampu menjadi pemantik keresahan. Dengan demikian, terbentuk semangat menuju perubahan yang lebih baik dan kita juga tidak diam saja dengan kondisi yang ada.

“Dampak minimalnya dari perkembangan Artificial intelligence adalah revolusi yang tidak bisa kita hindari. Jika dikaitkan dengan pendidikan ke depan itu ngeri. Gelar doktor di Indonesia terdapat sekitar 30-35rb. Akan tetapi 80% di antaranya adalah dari agama, hukum, dan ekonomi. Kalangan akademisi sekarang dihadapkan masa lalu dan masa sekarang. Tidak terbiasa dengan hal berkaitan dengan masa depan. Oleh karena itu, seharusnya terdapat perubahan dari bahan ajar yang didapatkan dibangku perkuliahan khususnya pendidikan. Misalnya, saat ini kita terlalu sering belajar bagaimana membuat RPP dan silabus yang pada akhirnya setelah lulus sudah berubah kurikulumnya dan tidak berguna lagi. Lebih baik materi yang didapatkan itu berkaitan dengan kemungkinan yang ada di masa depan dan adanya PPG ini juga merupakan suatu masalah. Kemampuan dalam menerima dan menyampaikan pesan juga menjadi hal penting dalam bahasa karena menjadi inti dari peradaban atau pengajaran.”

Selanjutnya, Meidy Fitranto selaku CEO Nodeflux menyampaikan perkembangan pesat dari AI Industry. Peran industri dalam mendukung pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan untuk pendidikan. Pembuatan video AI sekarang bisa dilakukan dengan singkat dengan tools yang sederhana. Perkembangan AI juga sudah sangat pesat hingga lebih detail dalam segi kerutan yang sangat menakjubkan. Kemampuan aplikasi GPT atau lainnya yang bisa membantu membuat slide atau mencari topik bahasan. Sekarang juga dalam editing photoshop sudah lebih mudah dengan perkembangan ini. Kemampuan yang sudah dicapai AI ini tentu bisa menunjang penerapan pendidikan baik dalam pengajaran maupun pembelajaran.

Terakhir, Herbert Siregar menyoroti perihal data perkembangan ilmu komputer dan juga berbagai kemudahan yang akhirnya sangat menunjang. Hanya saja, perkembangan tersebut tetap tidak bisa lepas dari kemampuan manusia karena kecerdasan buatan tentu masih banyak memiliki kelemahan. Selain itu, disampaikan bahwa Elon Musk meminta pengembangan AI skala besar dihentikan sementara karena sudah mencapai tahap yang membahayakan peradaban manusia bila tidak ada pengawasan dan pengendalian publik. Petisi tersebut kini sudah ditandatangani oleh lebih dari 2800 tokoh penting.

Di akhir acara, Denny Darko memberikan pertunjukan sulap sebagai gambaran keterkaitan mentalis yang hanya dimiliki oleh manusia dan dirasa tidak akan bisa oleh AI. Selain itu, kegiatan ditutup dengan Pengesahan Hasil Rapat Kerja Nasional (Rakernas).

(Iqssyzia Syahfitri)