Isola Menari 12 Jam: Kritik Sosial dalam Tari Tumenggung

1-1Bandung, UPI

Mengawali hari pada bulan Desember 2015, mahasiswa Seni Tari UPI sibuk menyiapkan acara Isola Menari 12 Jam. Acara ini selalu digelar dalam rangka memperingati Hari Tari Dunia. Isola Menari 12 Jam tahun ini mengusung tema Gime Me Five. Menurut Utami Sukma Diantika Pertiwi, Ketua Pelaksana kegiatan, maksud tema ini adalah semua kegiatan berasal dari sentuhan tangan. Setiap kegiatan yang dilakukan dengan kerja sama dan gotong royong akan mudah dan cepat dilakukan.

Isola Menari 12 Jam digelar di kampus Universitas Pendidikan Indonesia tanggal 2 Desember 2015. Acara ini dimulai dengan pembukaan di samping Museum UPI, kemudian dilanjut ke Gedung Amphiteater. Selain itu, ada juga yang menari di samping Museum, Heritage, Isola, dan Amphiteater. Para penari ini terus menari selama 12 jam dan berpindah tempat.

Menurut Usman, penggagas acara Isola Menari 12 Jam, awalnya acara ini digelar untuk memperingati Hari Tari Dunia. Isola Menari 12 Jam berkiblat ke Solo yang lebih dulu menyelenggarakan menari selama 24 jam. Usman yang kala itu menjabat sebagai Ketua Kafe Ide Gila (KIG) merasa gelisah karena tidak ada ruang yang sama seperti di Solo. Berawal dari kegelisahan itulah akhirnya Usman dan kawan-kawan yang lain mengadakan acara Isola Menari 12 Jam. Penamaaan acara itu berdasarkan pada ikon UPI yaitu Gedung Isola. Sedangkan Menari 12 Jam merupakan sebuah keharusan seorang penari menggerakkan tubuhnya. Alasan lain juga karena birokrasi yang sulit dan pihak kampus waktu itu hanya menyediakan waktu yang terbatas untuk pelaksanaan acara ini.1-2

Isola Menari 12 Jam pertama digelar tahun 2011 untuk mewadahi para penari se-Indonesia. Acara ini diadakan karena acara-acara yang bisa mempertemukan para penari se-Indonesia kala itu sangat minim. Meskipun acara ini berkiblat pada acara menari yng diselenggarakan di Solo tetap saja memiliki keunikan sendiri. Acara ini lebih menonjolkan tarian khas Bandung, Jawa Barat. Tema yang diangkat pun berdasarkan anatomi tubuh. Konsepnya agar tubuh dapat menyatu dengan alam. Menari tidak harus di panggung dan disaksikan para penonton. Menari pun dapat dilakukan di alam dengan setting yang alami.

Gatot Gunawan dari Kelompok Anak Rakyat (LOKRA) merupakan salah seorang penari 12 jam dalam acara tersebut. Ia merasa senang dapat berpartisipasi dalam acara Isola Menari 12 jam. Ia menari dengan memakai topeng tumenggung. Topeng tumenggung sebenarnya berwarna putih namun ia mengecat topeng tersebut jadi warna hitam. Dalam tarian tumenggung mengisahkan tentang pemimpin yang bijaksana dan mempunyai karisma. Tarian yang dilakukan pun cenderung menggambarkan keseharian dan disampaikan melalui ekspresi. Dengan dicatnya topeng tumenggung menjadi berwarna hitam Gatot ingin menyampaikan bahwa itu adalah cerminan pemimpin yang tidak bijaksana dan tidak membela rakyat.1-3

Tarian yang dibawakannya sebagai kritik melihat banyaknya pemimpin sekarang yang tidak bjaksana, tidak pro rakyat, menyalahgunakan kekuasaan demi kepentingan pribadi. Selain topeng tumenggung yang berwarna hitam, ia juga mengenakan kostum berwarna hitam. Meskipun sebenarnya ia harus mengenakan empat kostum berwarna hitam, oranye, baju adat, dan putih yang telah disediakan panitia. Namun, pada saat menarikan tarian tumenggung ia mengenakan pakaian warna hitam.

Menurut Gatot, acara Isola Menari 12 Jam sangat bagus sekali. Para penari diberi kebebasan menari dimana saja, tanpa harus di panggung dan disaksikan banyak penonton. Menari tidak harus selalu diiringi musik gamelan. Para penari bisa mengekspresikan pikiran liarnya. Suara hujan, suara bising kendaraan, suara burung merupakan musik dalam tariannya. Semua ruang bisa menjadi panggung. Pohon, kolam, tempat sampah bisa menjadi panggung. Gatot tidak berharap tariannya ditonton oleh orang banyak, karena ketika ia menari, pohon dan burung menjadi penonton. Itu merupakan bentuk penghormatannya pada alam.

Dalam menari 12 jam itu diakui Gatot memerlukan energi yang besar. Mental dan fisik harus disiapkan dengan baik karena tidak semua orang mampu menari 12 jam. Olah tubuh harus rutin dilakukan, ekspresi penjiwaan dan pengolahan emosi agar dapat diekspresikan. Tidak boleh ada jeda menari kecuali ketika melakukan Solat. Penari harus bisa mengeksplor, mengasah kepekaan, rasa dan pemikiran. Setiap suara burung, lalu lalang kendaraan harus menjadi inspirasi gerak dalam tubuh.

Ia berharap acara ini bisa terus dilaksanakan setiap tahunnya. Sosialisasi acara perlu dilakukan bertahap agar acara ini bisa mengundang seluruh penari Indonesia dan luar negeri. Ia mengusulkan menari tidak hanya di dalam kampus tapi juga bisa di jalan-jalan untuk menarik partisipasi masyarakat. Semoga ke depannya acara Isola Menari 12 Jam dapat terus ada dengan mengusung tema yang lebih inovatif. (Kamil Mubarok, Ketua Teater Lakon UPI Bandung)