ISOLA_F1, Tim Debutan Dari KOMPOR UPI Untuk KRSBI-Beroda KRI 2021

Bandung, UPI

Kontes Robot Indonesia (KRI) tahun ini diselenggarakan dari tanggal 22 – 24 September 2021 untuk Tingkat Wilayah Regional 1. Kontes robot ini mempertandingkan enam divisi yaitu Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI), Kontes Robot SAR Indonesia (KRSRI), Kontes Robot Tematik Indonesia (KRTMI), Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI), Kontes Robot Sepak Bola Indonesia Beroda (KRSBI-Beroda), dan Kontes Robot Sepak Bola Indonesia Humanoid (KRSBI-Humanoid), serta diikuti 58 tim dari 140 perguruan tinggi yang berada di wilayah I meliputi wilayah Sumatera dan sebagian wilayah Jawa.

Tim ISOLA mengirimkan satu delegasi untuk KRSBI Beroda ini yang dinamakan ISOLA_F1 yang beranggotakan empat orang, yakni Mochamad Rizky Darmawan (Ilmu Komputer 2018) sebagai Ketua, dan tiga anggota lainnya, Asep Setia Mulyana (Pendidikan Teknik Elektro 2018), Taqiyudin Yazid Zaidan (Teknik Elektro 2018), dan Rafi Jatnika (Teknik Elektro 2019).

Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) adalah ajang kompetisi dalam bidang robotika untuk menciptakan robot yang dapat bermain sepak bola sebagaimana namanya. KRSBI sendiri terbagi menjadi dua jenis kontes, yaitu KRSBI-Beroda dan KRSBI Humanoid. KOMPOR UPI sendiri tahun ini mengikuti KRSBI-Beroda yang diwakili oleh tim ISOLA_F1. Kehadiran KOMPOR UPI sendiri dalam cabang kontes ini terhitung baru, karena terakhir kali mengirimkan perwakilan pada cabang ini adalah pada KRI 2018 silam.

Untuk tahun 2021 ini KRSBI-Beroda dilakukan secara daring, sehingga aturan-aturan terkait KRSBI itu sendiri berubah. Jika dahulu setiap tim akan dipertandingkan dalam satu lapang penuh dengan tiga robot pada masing-masing tim, kini tiap tim memerlukan dua robot untuk memasukkan bola ke gawang dengan berbagai rintangan. Mulai dari bentuk lapangan yang hanya format setengah lapang. Ditambah adanya tiga dummy yang digunakan sebagai rintangan (penghalang) yang posisinya akan diundi pada hari pelaksanaan. Selain itu KRSBI-Beroda ini memiliki goal utama untuk memasukkan bola ke gawang dalam tiga mode yang telah ditentukan oleh pihak penyelenggara.

KOMPOR UPI hiatus dari KRSBI beroda sejak 2018, menjadikan Tim Robot KRSBI beroda tahun 2021 harus melakukan riset robot dari nol. Terhitung sejak Desember 2020, Tim robot KRSBI beroda melakukan riset. Menggunakan hasil riset dari Tim KRSBI pada tahun 2017 dan referensi dari berbagai tim robot pada kontes robot sepak bola beroda di tahun-tahun sebelumnya, mejadikan hal tersebut sebagai basis bagi TIM KRSBI tahun ini untuk kembali mengembangkan dua buah robot yg akan bertanding di Kontes Robot Sepak Bola Indonesia Beroda tahun 2021.

Kompor UPI meriset tentang robot KRSBI dari awal atau bisa disebut dari nol khususnya pada bagai pemograman atau software, hal ini dikarenakan Kompor UPI  sudah lama tidak mengikuti perlombaan KRSBI , terakhir Kompor UPI mengikuti pada tahun 2017. Sehingga diperlukan penilitian dari awal lagi pada KRSBI ini.

Dalam melakukan riset tim KOMPOR UPI dimulai dari bagaimana cara agar robot dapat bergerak lurus, kemudian pergerakan maping pada lapangan sampai robot dapat mengoper bola satu sama lain dan bisa mencetak gol. Kemudian dalam penelitiannya tim Kompor UPI selalu menguji coba robot KRSBI ketika sudah diberikan program baru dan tim Kompor UPI selalu mencatat hasil – hasil pada saat uji coba. Hal ini sangat berguna dalam penelitian karena tim KOMPOR UPI dapat meminalisir/mengurangi kesalahan/error pada robot KRSBI.

Cara Kerja Robot Sepak Bola ISOLA F1

Sebelum kita mengenal cara kerja dari robot ini kita pahami dulu aturan mainnya, jadi setiap tim terdiri dari dua robot yang akan melakukan tiga mode, mode pertama yaitu bola diletakan di tengah sisi lapang yang memiliki luas area 6 meter x 4.5 meter, dan dua robot diletakan di samping kan dan kiri dari lapang.

Aturan dari mode satu adalah dimana robot harus mengambil bola dan melakukan passing ke robot lainnya, kedua robot mendekat ke gawang dan melakukan passing kembali, lalu robot menendang bola ke arah gawang. Tidak hanya itu saja lapangan juga akan diletakan beberapa dummy sebagai penghalang. Tidak jauh seperti mode satu, mode dua juga seperti demikian, yang membedakan hanyalah giliran antara robot satu atau dua yang mengambil bola ke tengah lapang. Dan yang terakir adalah mode tiga, berbeda dengan mode dua dan satu, dimode tiga ini bola berapa di ujung lapang dengan posisi corner kick, dimana robot satu akan melakukan passing ke robot dua, lalu bergerak menemukan area yang pas untuk melakukan passing kembali dan melakukan shooting ke gawang

Cara kerja dari robot ini cukup canggih dimana robot satu dan robot dua harus bisa mendeteksi keberadaan bola, robot yang mengambil bola akan mendeteksi bola dan mendekati hingga menangkapnya secara otomatis, hal tersebut dibutuhkan kamera sebagai pendeteksi dan sensor sebagai penanda bahwa robot sudah memegang bola atau belum. Dibutuhkan motor yang dilengkapi roda kecil untuk memutar bola yang sudah di tangkap agar bisa digiring, setelah itu robot juga diprogram untuk bisa melakukan shooting dan passing menggunakan kaki, kaki robot ini terbuat dari alumunium berbentuk batang yang dirakit menyerupai huruf T, kaki ini bisa digerakan menggunakan sistem pneumatik bertekanan tinggi. Karena cara kerja robot ini adalah otomatis, yaitu dengan sekali tekan tombol lalu melakukan misi hingga akhir atau gol, maka untuk membangun robot ini harus dibutuhkan programmer yang handal

Latihan Menuju KRI

Tim ISOLA_F1 telah melakukan proses yang sangat panjang hingga bisa megikuti Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) setelah beberapa tahun tidak berkontribusi dalam Kontes Robot Indonesia (KRI) khususnya dibidang ini. Namun semangat dari tim utama yang beranggotakan empat orang terdiri dari Mochamad Rizky Darmawan (Ilmu Komputer 2018) sebagai Ketua, dan tiga anggota lainnya, Asep Setia Mulyana (Pendidikan Teknik Elektro 2018), Taqiyudin Yazid Zaidan (Teknik Elektro 2018), dan Rafi Jatnika (Teknik Elektro 2019) tim sangatlah tinggi sehingga tim ISOLA_F1 bisa berjuang dan bertanding di KRI – KRSBI (Beroda) tahun 2021.

Hari demi hari menjelang kontes mereka habiskan untuk berlatih di Gd. Tenis Indoor UPI, segala aktivitas sehari-hari mereka lakukan disana, mulai dari kegiatan perkuliahan, riset, makan bahkan istirahat. Bagi mereka untuk mendapatkan hasil yang diinginkan pasti perlu adanya pengorbanan baik waktu, tenaga dan pikiran ikut terkuras. Setelah kurang lebih 1 tahun mereka melakukan riset dan memulai membangun kontruksi robot akhirnya proses latihan pun bisa dimulai, dalam hal ini para Anggota Muda pun diikutsertakan membantu tim dalam kegiatan Magang Kontes Robot agar para tim utama bisa lebih efektif dan fokus dalam mengembangkan robot tanpa perlu bingung mencari orang jika perlu bantuan daalm hal nonteknis seperti mengambilkan handtool membantu proses running test hingga membantu menyiapkan makan jika pada saat mereka tidak bisa diganggu karena terjadi trouble yang cukup berat.

Hingga pada saat latihan terakhir menjelang kontes mereka telah mempersiapkan segalanya mulai dari sisi software, hardware, dan mekanik robot untuk menerima hasil yang akan didapat esok hari, karena mereka sudah bertawakal kepada Allah dan menyerahkan semua hasil yang terbaik. Dilihat dari proses latihan, sangat banyak sekali hal yang terjadi mulai dari error pada saat retry atau pada saat robot menganalisis bola yang tidak terbaca hingga pada saat robot ingin menendang karena sistem pneumatik nya terjadi kebocoran, namun hal tersebut bisa diatasi dengan baik karena diselesaikan secara bersama-sama baik oleh tim utama dan para anggota muda.

ISOLA F1 Terhenti di Tingkat Wilayah Regional 1

Sangat disayangkan bagi tim ISOLA_F1 (nama tim KRSBI UPI) masih belum dapat menjadi juara untuk tingkat regional. Hal ini mungkin menjadi titik berat yang harus diterima oleh para peserta yang berpartisipasi. Pasalnya, riset yang dilakukan tidaklah sebentar. Perlu sekitar 6 bulan bagi tim untuk bisa mengejar ketertinggalan. Para tim utama menghabiskan waktu mereka di lapangan tenis untuk latihan disana sambil menginap selama kurang lebih 4 bulan. Jerih payah mereka dibalaskan dengan hasil skor yang mungkin kurang memuaskan. Beberapa dari mereka kecewa dan sedih dalam menghadapi fakta ini.

Terlebih dari itu ada yang perlu diingat, tidak ada usaha yang sia-sia. Hasil yang diterima mungkin mengecewakan, tetapi tidak pada usahanya. Hasil yang diterima bukan ditentukan dari menang atau kalahnya. Hasil ditentukan dari apa yang sudah diperjuangkan. Mungkin memang benar mereka tidak bisa mendapat juara pada kesempatan kali ini, tetapi dengan latihan yang cukup ketat dan menyita waktu, ilmu yang mereka dapatkan pun bisa dipastikan tidak sedikit. Ilmu itulah yang nantinya akan berguna bagi para anggota tim di masa yang akan datang. Dan hasilnya pun mungkin juga akan didapatkan di masa mendatang. Demikian, perjuangan dan harapan dari Tim ISOLA_F1 pada ajang Kontes Robot Indonesia (KRI) 2021. (DN)