Karakter Pekerja Berketerampilan Industri 4.0

Bandung, UPI

Menurut Presiden RI Joko Widodo, digitalisasi, computing power dan data analytic telah melahirkan terobosan-terobosan yang mengejutkan di berbagai bidang, yang men-disrupsi atau mengubah secara fundamental kehidupan kita. Bahkan men-disrupsi peradaban kita, yang mengubah lanskap ekonomi global, nasional, dan daerah serta lanskap politik global, nasional dan daerah. Lanskap interaksi global, nasional, dan daerah. Semuanya akan berubah.

Sementara itu di Jerman ada sedikit pergeseran perubahan pekerja, banyak pekerja yang tidak ditempatkan bahkan tidak dipekerjakan. Hal ini disebabkan karena industri Jerman telah mengganti sebagian pekerja dengan robot. Bahkan di era disruption dari tahun 2015, China sudah mempersiapkan diri dengan program “2025 made in China” jadi mereka punya terobosan dalam hal kreatifitas dan inovasi. sehingga pekerja disana dituntut membuat desain yang bervariasi,  memperoduksi dan menjualnya.

Hal tersebut diungkapkan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dr. Ana, M.Pd., saat memberikan paparannya dalam The 5th  UPI International Conference on Technical and Vocational Education and Training di Main Hall The Trans Luxury Hotel Jalan Jendral Gatot Subroto No. 289 Bandung, Selasa (11/9/2018).

Lebih lanjut dijelaskan,”Setiap perubahan pasti membawa dampak, demikian pula dengan program digitalisasi, selain dampak positif pastinya membawa dampak negatif. Contohnya peran manusia yang diyakini lambat laun bakal tergantikan oleh mesin otomatis. Untuk menyikapi perubahan tersebut, diperlukan keterampilan dalam menghadapi revolusi industri 4.0.”

Keterampilan yang dimaksud adalah pertama, harus memiliki keterampilan informasi, media, dan teknologi. Dengan istilah lain, harus melek teknologi, ungkapnya. Kedua, memiliki keterampilan belajar dan berinovasi. Ketiga, terampil dalam hidup dan belajar seperti memiliki jiwa kepemimpinan dan bertanggung jawab, memiliki nilai etis dan moral, produktivitas dan akuntabilitas, fleksibilitas dan adaptasi, sosial dan lintas budaya, inisiatif dan mengarahkan diri.

“Keempat, harus memiliki kemampuan dalam berkomunikasi yang efektif seperti mampu bekerja dalam tim dan berkolaborasi, memiliki tanggung jawab pribadi dan sosial, dalam berkomunikasi harus interaktif dan memiliki orientasi nasional dan global,” ujarnya.

Dengan demikian, secara umum yang dimaksud dengan karakter pekerja berketerampilan industri 4.0 adalah mereka yang memiliki literasi media, keaksaraan visual, literasi multikultural, kesadaran global, dan literasi teknologi. Selain itu, para pekerja harus kreatif dalam memecahkan masalah dan berani mengambil resiko.

Dikatakannya,”Perubahan di dunia industri senantiasa cepat, mampu menggeser bahkan mengacak-acak pola tatanan lama untuk menciptakan tatanan baru. Kondisi seperti ini disebut disruption. Disruption merupakan inovasi yang menawarkan layanan yang lebih praktis dengan harga yang lebih rendah, dengan demikian persaingan kerja tidak lagi linear.”

Fenomena disruption tidak hanya menyentuh bidang teknologi saja, tapi mengubah banyak bidang termasuk manusia sebagai pekerja, ungkapnya. Peningkatan kapasitas pekerja sebagai komponen penting di dunia industri hukumnya wajib untuk berbenah agar dapat bersaing.

“Industri 4.0 mengharuskan industri untuk siap, memiliki tenaga kerja yang terpercaya, mudah dalam pengaturan sosial budaya, diversifikasi dan penciptaan lapangan kerja. Sementara itu, adapun peluang di industri 4.0 diantaranya ada inovasi ekosistem, basis industri yang kompetitif, investasi pada teknologi dan integrasi Usaha Kecil Menengah (UKM) dan kewirausahaan,” paparnya.

Kunci dalam menghadapi disruption ini adalah inovasi dan transformasi, lanjutnya. Untuk bisa bertahan, suatu produk/perusahaan/organisasi harus tetap relevan dengan terus melakukan inovasi dan ini berlaku juga untuk manusianya. Para pekerja dituntut mampu mengikuti perkembangan teknologi berbasis CPS. (dodiangga)