Karim: Media Seperti Karbohidrat

Karis-SuryadiBandung, UPI

Media memiliki kekuatan yang sangat besar dalam memengaruhi sikap dan perilaku masyarakat. Kehadirannya bagai pedang bermata dua. Di satu sisi sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan informasi. Namun, di sisi yang lain dapat membuat kita keracunan akan informasi. Kita hidup dan tumbuh berdampingan dengan media.

“Media menjadi kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan. Media itu seperti karbohidrat.”, kata Karim Suryadi, Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UPI saat memberi sambutan dalam acara Akademi Indoesiar, Kamis (4/12/2014).

Kenapa seperti karbohidrat? Karbohidrat adalah nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Namun akan berefek buruk bila kita mengkonsumsinya secara berlebihan, sama halnya seperti media. Media merupakan kebutuhan. Namun, berefek buruk apabila kita menggunakannya secara berlebihan. Apalagi jika kita menelan apa yang diberikan media bulat-bulat tidak melalui filter terlebih dahulu.

NET
NET

Dalam kajian media ada yang dinamakan analisis framing. Analisis framing digunakan untuk mengetahui bagaimana suatu realitas dibingkai dan dikonstruksi oleh media. Berbagai informasi yang disajikan dalam media tidak hadir begitu saja sebagai fakta sebenarnya. Namun informasi itu adalah hasil interaksi antara realitas sesuangguhnya yang terjadi di lapangan dengan wartawan yang pada saat memburu informasi dilatarbelakangi oleh nilai-nilai yang dianut perusahaan media tempatnya bekerja. Fakta yang disajikan dalam informasi bergantung dari sudut pandang mana wartawan itu melihat.

Seorang wartawan sejatinya dituntut untuk berada dalam posisi yang netral ketika melihat dan membingkai peristiwa yang akan disajikan kepada publik. Namun saat ini perusahaan media tempat wartawan bekerja banyak dimiliki oleh mereka para pemangku kepentingan terutama dalam kancah politik. Sehingga apabila ditelisik informasi yang disajikan berbagai media saat ini memiliki agenda-agenda tersembunyi. Dalam suatu pemberitaan sering tersirat maksud tertentu yang ingin disampaikan oleh perusahaan media tersebut untuk mempengaruhi sikap dan perilaku publik.1

Sebagai konsumen informasi yang disajikan media, hendaknya kita pandai memfilter informasi yang kita terima. Jangan sampai kita keracunan informasi karena menelannya bulat-bulat tanpa memfilter terlebih dahulu. (Miyanti, Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, FPIPS UPI)