Kepala Staf TNI AU: Bahasa Penting dalam Membangun Karakter Bangsa

1-5Bandung, UPI

Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriatna mengemukakan, peran bahasa begitu penting dalam pembangunan karakter bangsa. Sebab, bahasa menjadi salah satu modal utama bangsa Indonesia dalam membangun persatuan dan kesatuan yang pada akhirnya bermuara kepada keutuhan bangsa.

“Bahasa yang baik dan benar mencerminkan kepribadian seseorang. Jadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa utama dalam setiap kegiatan sehingga tidak tergeser nilai dan keberadaannya,” katanya saat menjadi pembicara kunci pada Forum Ilmiah XI Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastera, di Gedung Achmad Sanusi Kampus Universitas Pendidikan Indonesia, Jalan Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung, Kamis (18/11/2015).1-3

Seminar internasional bertema “Patriotisme Bahasa dalam Tataran Kebangsaan” ini mennghadirkan dua pembicara kunci, yaitu Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal TNI Agus Supriatna, dan Prof. Raphael Fingkel yang didatangkan dari University of Kentucky. Dalam kesempatan yang sama hadir pula penggagas Forum Ilmiah FPBS UPI Prof. Dr. Hj. Nenden Sri Lengkanawati, M.Pd. Forum ilmiah XI FPBS ini dibuka Rektor UPI Prof. H. Furqon, Ph.D., ditandai dengan membunyikan alat musik angklung.

Dalam sambutannya Rektor UPI menyampaikan pentingnya bahasa dalam kelangsungan kehidupan sehari-hari dan kehidupan bernegara sebagai penggelora semangat patriotisme dan cinta tanah air yang juga merupakan salah satu bagian penting dalam kurikulum nasional.1-1

“Hanya bahasalah media yang dapat meluluhkan hati yang keras, dapat menggelorakan semangat, dan dapat membentuk karakter seseorang,” ujarnya.

Dekan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra UPI, Prof. Dr. H. Didi Suherdi, M. Ed., juga dalam pidato pembuka dari Forum Ilmiah XI ini berpesan untuk dapat menyimak dengan khidmat karena menurutnya tema yang diangkat dalam seminar ini sangat sentral serta mengajak para peserta seminar untuk menguasai minimal tiga bahasa dalam memperkokoh jati diri bangsa.1-2

“Kuasai tiga bahasa yang pertama adalah bahasa daerah, agar dapat berimajinasi dengan seluas yang kita inginkan karena itulah yang membesarkan kita; Yang kedua kuasai bahasa Indonesia karena itu merupakan bahasa jati diri kita. Dan kuasai bahasa asing agar dapat berdiri tegak di hadapan mereka dan duduk sejajar dengan bangsa lain,” ujar Prof. Didi.

Sementara Prof. Raphael Fingkel menyampaikan pemaparannya dalam kacamata teknologi modern. Pembicara kunci ini disandingkan dengan para pembicara pendamping yaitu para dosen, akademisi, dan peneliti bidang bahasa dan sastra FPBS UPI, seperti; Gin Gin Gustine, Ph.D., dengan judul makalah “Developing a critical literacy-oriented EFL classroom to nourish a critical social awareness”; Isti Siti Soleha Gandana, Ph.D., dengan Judul makalah “ELT and professional identity: An inquiry into teachers’ thinking”; Wawan Gunawan,Ph.D., dengan Judul makalah: “Teaching language, building character: SFL in practice”; Dr. Herniwati, M.Hum., dengan Judul Makalah: ”Kurikulum Berbasis Kompetensi Komunikatif Bahasa Jepang Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Di SMP”; dan Nuria Haristiani, Ph.D., dengan Judul makalah: ”Analisis perbandingan tindak tutur ‘meminta maaf’ dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jepang” (A Cross-cultural Study of Apology Speech Acts in Indonesian and Japanese)”.1-4

Panitia Forum Ilmiah XI FPBS ini berharap, seminar internasional bahasa, sastra, dan pembelajarannya dengan mengusung tema “Patriotisme Bahasa dalam Tataran Kebangsaan” ini dapat memunculkan gagasan dan pandangan tentang pendidikan bahasa dan sastra dalam kaitannya dengan pembangunan jati diri bangsa terkait patriotisme, serta beberapa peluang yang dapat dilakukan oleh para pendidik bahasa dan sastra dalam membangun kesadaran patriotisme melalui pendidikan dan kegiatan bahasa dan sastra, dan peranan institusi pendidikan bahasa dan sastra dalam memperkokoh jati diri bangsa. (ay)1-6