KEPEMIMPINAN BAGI DOSEN & MAHASISWA

oleh Prof. Dr. H. Suwatno, M.Si.

“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah SWT. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah SWT akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (Qs Shad: 26).

“Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya, seorang pemimpin umat manusia adalah pemimpin bagi mereka dan ia bertanggung jawab dengan kepemimpinannya atas mereka” (Al Hadits).

KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN

Ada banyak definisi tentang kepemimpinan. Berikut adalah beberapa definisi konsep kepemimpinan (Rajan, 2019):

  1. Koontz dan O’ Donnel: Kepemimpinan adalah kemampuan seorang manajer untuk mendorong bawahan untuk bekerja dengan percaya diri dan semangat.
  2. Chester I Bernard: Kepemimpinan mengacu pada kualitas perilaku individu dimana mereka membimbing orang dalam kegiatan mereka dalam upaya terorganisir.
  3. Luis A. Allen: Seorang pemimpin adalah orang yang membimbing dan mengarahkan orang lain. Dia memberikan upaya kepada pengikutnya arah dan tujuan dengan mempengaruhi perilaku mereka.

Dari beberapa definisi tersebut, kita dapat mengambil beberapa poin kunci (key points) tentang makna kepemimpinan antara lain:

  1. Kepemimpinan adalah sebuah proses
  2. Kepemimpinan melibatkan aktivitas mempengaruhi orang lain
  3. Kepemimpinan terjadi dalam konteks kelompok
  4. Kepemimpinan melibatkan pencapaian tujuan
  5. Tujuan tersebut dimiliki oleh para pemimpin dan pengikutnya.

Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau pun jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya. Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah proses pembentukan dalam diri seseorang (Wibawa, tanpa tahun).

Seorang pemimpin harus memiliki komitmen. Komitmen yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin mencakup (Purwanto, 2015):

  1. Komitmen afektif (affective commitment), yaitu: keterlibatan emosional seseorang pada organisasinya berupa perasan cinta pada organisasi
  2. Komitmen kontinyu (continuance commitment), yaitu: persepsi seseorang atas biaya dan resiko dengan meninggalkan organisasi saat ini dimana terdapat dua aspek pada komitmen kontinyu, yaitu: melibatkan pengorbanan pribadi apabila meninggalkan organisasi dan ketiadaan alternatif yang tersedia bagi orang tersebut.
  3. Komitmen normatif (normative commitment) yaitu: sebuah dimensi moral yang didasarkan pada perasaan wajib dan tanggungjawab pada organisasi yang mempekerjakannya.

GAYA KEPEMIMPINAN

Ada beberapa tipe kepemimpinan yang populer dalam praktik penyelenggaraan organisasi. Diantaranya sebagai berikut (Otieno, 2020):

  1. Kepemimpinan transaksional

Tipe kepemimpinan ini berfokus pada tindakan memotivasi bawahan dengan cara membujuk (persuasi) untuk periode jangka pendek. Penghargaan (reward) diberikan hanya untuk perilaku dan keberhasilan yang baik, di sisi lain, hukuman (punishment) diberikan untuk perilaku sebaliknya. Untuk jangka panjang, kepemimpinan transaksional kurang dianjurkan.

  • Kepemimpinan Transformatif/Transformasional

Kepemimpinan transformatif/transformasional berorientasi memberdayakan dan memengaruhi bawahan untuk bekerja lebih ekstra di luar ekspektasi. Tipe kepemimpinan ini cenderung mengembangkan kebiasaan mempercayai bawahan sepenuhnya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Pemimpin mendorong inovasi, kreativitas dan implementasi ide-ide dan inisiatif baru. Pemimpin menghargai sistem yang mengintegrasikan kemandirian individu, kepemilikan proses, dan budaya kerjasama dalam suatu organisasi.

Pemimpin transformasional meningkatkan motivasi dan moralitas baik pengikutnya maupun diri pemimpin sendiri. Pemimpin transformasional terlibat dalam interaksi dengan pengikut berdasarkan nilai, keyakinan, dan tujuan bersama. Hal ini berdampak pada kinerja yang mengarah pada pencapaian tujuan. Pemimpin transformasional berusaha mendorong pengikutnya untuk menyusun ulang kebutuhan mereka dengan melampaui kepentingan diri sendiri dan berjuang untuk kebutuhan tingkat yang lebih tinggi.

Tipe pemimpin transformasional ini memperlakukan bawahan secara individual dan berusaha mengembangkan kesadaran, moral, dan keterampilan mereka dengan memberikan arti penting bagi pekerjaan dan tantangan mereka. Para pemimpin ini menghasilkan tampilan visi masa depan yang meyakinkan dan mendorong. Mereka adalah tipe pemimpin visioner yang berusaha untuk menarik para pengikutnya dengan sifat yang lebih baik dan menggerakkan mereka menuju kebutuhan dan tujuan yang lebih tinggi dan lebih universal.

Tabel: Perbedaan Kepemimpinan Transaksional dan Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan TransaksionalKepemimpinan Transformasional
Dibangun di atas kebutuhan manusia untuk menyelesaikan pekerjaan dan mencari nafkahDisibukkan dengan kekuasaan dan posisi, politik dan fasilitasTerperosok dalam urusan sehari-hariBerorientasi pada data jangka pendek dan kerasBerfokus pada masalah taktisMengandalkan hubungan manusia untuk melumasi interaksi manusiaMengikuti dan memenuhi harapan peran dengan berusaha bekerja secara efektif dalam sistem saat iniMendukung struktur dan sistem yang memperkuat laba, memaksimalkan efisiensi, dan menjamin keuntungan jangka pendek.Dibangun di atas kebutuhan manusia akan maknaDisibukkan dengan tujuan dan nilai, moral, dan etikaMelampaui urusan sehari-hariBerorientasi pada tujuan jangka panjang tanpa mengorbankan nilai dan prinsip kemanusiaanLebih fokus pada misi dan strategiMelepaskan potensi manusia (mengidentifikasi dan mengembangkan bakat baru)Merancang dan mendesain ulang pekerjaan untuk membuatnya bermakna dan menantangMenyelaraskan struktur dan sistem internal untuk memperkuat nilai dan tujuan yang menyeluruh.

Sumber: Covey (1992)

  • Kepemimpinan Demokratis

Dalam kepemimpinan demokratis, pemimpin terlibat dalam pengambilan keputusan berdasarkan masukan anggota tim tentang arah yang harus diambil, meskipun dialah yang memberikan keputusan akhir. Bawahan di tingkat manajemen yang lebih rendah dapat menjalankan dan mengekspresikan otoritas yang mereka perlukan untuk pekerjaan di masa depan.

Kelebihan dari gaya kepemimpinan demokratis (Yahya dkk, 2022):

  1. Hubungan antara pemimpin dan bawahan harmonis dan tidak kaku.
  2. Keputusan dan kebijaksanaan diambil melalui diskusi sehingga bawahan akan merasa dihargai dan dibutuhkan perannya.
  3. Mengembangkan daya kreatif dari bawahan karena dapat mengajukan pendapat dan saran.
  4. Bawahan akan merasa percaya diri dan nyaman sehingga bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk menyelesaikan tugasnya.
  5. Bawahan akan merasa bersemangat Karena merasa diperhatikan.

Kekurangan dari gaya kepemimpinan demokratis (Yahya dkk, 2022):

  1. Proses pengambilan keputusan akan berlangsung lama karena diambil secara musyawarah.
  2. Sulitnya dalam pencapaian mufakat karena pendapat setiap orang berbeda-beda.
  3. Akan memicu konflik apabila keputusan yang diambil tidak sesuai dan apabila ego masing-masing anggota tinggi.
  • Kepemimpinan Otokratis

Ini adalah kebalikan dari kepemimpinan demokratis. Pemimpin tipe ini tidak mempertimbangkan masukan dari bawahan. Masukan bawahan tidak dipertimbangkan, dan hanya dimintai kepatuhan terhadap keputusan yang dibuat. Pemimpin model ini sangat agresif dan tetap populer melalui penggunaan kekuatan dan kontrol. Tidak ada ruang untuk inovasi dan kreativitas, kecuali fokus pada hasil kerja dan timeline untuk target yang ditetapkan. Tipe ini cocok untuk organsasi militer dan perusahaan manufaktur.

Kelebihan dari gaya Otokratis (Yahya dkk, 2022):

  1. Keputusan akan dapat diambil dengan cepat karena hak pemimpin, tidak ada bantahan dari bawahan
  2. Pemimpin yang bersifat otoriter pasti bersifat tegas, sehingga apabila terjadi kesalahan dari bawahan maka pemimpin tak segan untuk menegur
  3. Mudah dilakukan pengawasan.

Kekurangan dari gaya Otokratis (Yahya dkk, 2022):

  1. Suasana kaku, mencekam dan menakutkan karena sifat keras dari pemimpin
  2. Menimbulkan permusuhan, keluhan dan rawan terjadi perpindahan karena bawahan merasa tidak nyaman
  3. Bawahan akan merasa tertekan karena apabila terjadi perbedaan pendapat, pemimpin akan menganggapnya sebagai pembangkan dan kelicikan.
  4. Kreativitas dari anggota sangat minim karena tidak diberi kesempatan untuk mengajukan pendapat.
  5. Disiplin yang terjadi seakan-akan karena ketakutan akan hukuman bahkan pemecatan dari atasan
  6. Pengawasan dari pimpinan hanya bersifat mengontrol apakah perintah yang diberikan sudah dijalankan dengan baik oleh anggotanya.
  • Kepemimpinan Laissez-Faire

Tipe kepemimpinan ini memberi bawahan wewenang dan kebebasan. Gaya kepemimpinan ini cocok untuk organisasi kreatif. Pemimpin melibatkan tim yang terdiri dari berbagai ahli, dan memberi mereka otonomi untuk merencanakan, menerapkan, meninjau, dan membuat keputusan untuk bidang pekerjaan mereka.

Gambar: Perbedaan Kepemimpinan Otokratis, Laissez-Faire & Demokratis

Sumber gambar: https://beebole.com/blog/why-democratic-leadership-is-the-best-style-to-boost-productivity/

  • Kepemimpinan Gaya Pelatih

Tipe ini mirip dengan pelatih tim olahraga, yang berfokus pada perekrutan bakat dan memelihara kekuatan, keterampilan, dan kemampuan individu. Gaya kepemimpinan ini menekankan pada pelatihan, pengembangan, dan keberhasilan akhir setiap pekerja.

  • Kepemimpinan Birokrasi

Tipe kepemimpinan birokrasi adalah tipe kepemimpinan yang berdasar aturan organisasi dan lebih berorientasi menjaga keteraturan dan kondisivitas kerja. Tidak seperti pemimpin otokratis, tipe pemimpin ini dapat mempertimbangkan masukan bawahan, tetapi jika masukan tersebut bertentangan dengan aturan/kebijakan organisasi atau praktik masa lalu, pemimpin birokratis biasanya menolaknya.

Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin dalam menjalankan serta mengarahkan para anggotanya agar melakukan sesuatu yang terarah dan mendukung pencapaian tujuan. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin adalah kepribadian dari pemimpin itu sendiri.

KARAKTER PEMIMPIN

Dalam era globalisasi yang penuh dengan daya saing dan tantangan perubahan lingkungan, pemimpin yang ideal seyogyanya memiliki tiga bentuk keterampilan (Katz, 1955, dalam Istiningsih, 2018) yaitu:

  1. Ketrampilan teknis (technical skill), pengetahuan dan ketrampilan seseorang dalam salah satu jenis proses atau teknik.
  2. Ketrampilan manusiawi (human skill), kemampuan bekerja secara efektif dengan orang-orang dan membina kerjasama tim
  3. Ketrampilan konseptual (conceptual skill), kemampuan untuk berpikir dalam kaitannya dengan model, kerangka, hubungan yang luas dan rencana jangka panjang (visioner).

Menurut Powley & Edwards (2012), beberapa ciri utama dari seorang pemimpin yang efektif antara lain:

  1. Visioner

Pemimpin yang efektif harus memiliki visi dan berwawasan ke depan. Mereka mampu menetapkan tujuan dan target yang jelas yang membantu mereka bergerak menuju visi masa depan. Mereka mampu mengkomunikasikan visi kepada rekan kerja dan bawahan. Mereka mampu mempengaruhi orang lain untuk bergerak menuju visi. Mereka dapat mempengaruhi orang lain untuk membuat visi mereka sendiri.

  • Motivator

Setelah menjual visi kepada pengikut, pemimpin yang efektif menyediakan sumber daya yang memungkinkan karyawan mencapai tujuan yang ditetapkan. Mereka menunjukkan semangat dan menginspirasi karyawan untuk melakukan hal yang sama dalam tugas mereka. Mereka mampu menentukan waktu yang tepat untuk menjanjikan imbalan yang terkait dengan kinerja. Mereka mengambil alih bila diperlukan. Mereka dapat memotivasi orang lain untuk merangkul dan menyelesaikan pekerjaan.

  • Pemikir Kreatif

Pemimpin yang efektif adalah pemikir kreatif yang sangat inovatif dan imajinatif. Mereka mampu mempengaruhi perubahan yang tepat waktu dan tepat dalam pemikiran, rencana, dan metode Anda. Mereka bagaimana kreativitas dan inovasi dengan memikirkan tujuan, ide, dan solusi baru dan lebih baik untuk masalah

  • Pelatih

Seorang pemimpin yang efektif adalah pelatih dan mentor. Mereka secara aktif membimbing bawahan dan membantu mereka mencapai potensi penuh mereka.

  • Agen Perubahan

Pemimpin yang efektif sebagai mereka yang memiliki visi untuk melihat kapan harus berubah dan kemauan untuk menerimanya. Mereka mampu meruntuhkan ketakutan yang mungkin mempengaruhi pengikut mereka mengenai perubahan yang diusulkan. Mereka mampu membantu bawahan dan orang lain mengatasi keengganan mereka untuk berubah. Pemimpin yang efektif mampu melihat manfaat dari perubahan dan mengkomunikasikannya kepada pengikutnya.

  • Pengambil Risiko

Mengawali perubahan membuat seorang pemimpin menjadi pengambil risiko. Orang-orang seperti itu optimis akan sukses dalam jangka panjang. Mereka tegas dan percaya masa depan baik. Pemimpin mampu menghitung risiko dan apa yang akan diperoleh dari mengambilnya. Mereka berbagi dengan pengikut dan memulai rencana baru. Mereka memanfaatkan kepercayaan diri mereka pada kemampuan mereka dan menunjukkan kompetensi di saat krisis; mereka tidak takut dengan tantangan baru.

  • Komunikator

Seorang pemimpin yang efektif harus seorang komunikator yang efektif. Mereka harus mampu menyusun pesan mereka sehingga semua dapat dengan mudah memahaminya. Mereka harus memberikan informasi yang jelas, tepat waktu dan ringkas yang dapat digunakan bawahan untuk bertindak.

  • Kolaborator yang Kompeten

Kompetensi diinginkan dan baik untuk seorang pemimpin dan dalam kerja tim, seorang pemimpin yang efektif harus sadar untuk mencapai keseimbangan yang halus antara tidak meningkatkan kompetensinya dan bahaya meminimalkan kontribusi anggota tim dan tampak mengambil semua pujian untuk pekerjaan. Cara yang aman untuk mencapai ini adalah dengan merayakan dan memberikan perhatian pada pencapaian tim dan mendorong kerja kooperatif sementara secara tidak langsung Anda dapat menunjukkan kompetensi Anda. Dalam kebanyakan kasus keputusan didasarkan pada alasan dan prinsip-prinsip moral bukan pada emosi dan perasaan.

Tabel: Perbedaan pemimpin dan bos

BossLeader
Mendorong karyawanTergantung otoritasMenimbulkan rasa takutMengatakan, “Aku”Tahu bagaimana melakukan sesuatuMemanfaatkan orangMengambil manfaatMemerintahMengatakan, “Pergi!”Melatih karyawanTergantung niat baikMembangkitkan antusiasmeMengatakan “Kami”Menunjukkan bagaimana melakukan sesuatuMengembangkan orangMemberikan manfaatBertanyaMengatakan, “Ayo kita pergi”

Sumber: Anderson (2013, dalam Muteswa, 2016)

Selain itu, keterampilan bekomunikasi bagi seorang pemimpin sangatlah penting. Seorang pemimpin setidaknya perlu memiliki lima prinsip komunikasi efektif yang disingkat REACH yang terdiri dari: Respect (menghormati), Empathy (empati), Audible (dapat didengar), Clarity (jelas), dan Humble (rendah hati).

  1. Respect (menghormati)

Menurut Bonaraja Purba, dkk dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi (2021), prinsip respect merupakan bentuk perasaan positif atau penghormatan diri kepada lawan bicara. Komunikator harus menghargai dan menghormati komunikan, sebagaimana komunikator ingin dihargai pula oleh lawan bicaranya. Prinsip menghormati harus selalu menjadi acuan utama dalam berkomunikasi. Karena setiap manusia ingin dihargai serta dihormati oleh orang lain.

  • Empathy (berempati)

Prinsip komunikasi efektif ini merupakan penempatan diri individu pada situasi atau kondisi yang sedang dihadapi orang lain. Kata lainnya, seseorang memiliki kemampuan untuk bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain. Saat menerapkan prinsip empati dalam berkomunikasi, individu harus bisa menempatkan diri sebagai pendengar yang baik.

  • Audible (dapat didengar)

Pesan yang disampaikan dalam komunikasi harus mampu didengarkan dan dimengerti dengan mudah. Caranya, yakni membuat pesan yang mudah dipahami lawan bicara, gunakan bahasa yang mudah dimengerti, sampaikan hal penting langsung pada inti persoalan, gunakan bentuk komunikasi nonverbal yang mudah dibaca lawan bicara, serta gunakan contoh untuk mempermudah pemahaman pesan.

  • Clarity (jelas)

Artinya pesan yang disampaikan harus jelas, supaya tidak menimbulkan kesalahpahaman antara komunikator dan komunikan. Supaya mencapai kesamaan makna dalam komunikasi efektif, ada baiknya untuk menanyakan dan memastikan tujuan serta pesan yang jelas.

  • Humble (rendah hati)

Prinsip komunikasi efektif ini berupa pemberian kesempatan kepada orang lain untuk berbicara terlebih dahulu serta menjadi pendengar yang baik. Sikap rendah hati tidak hanya menimbulkan rasa hormat, namun juga memberi kesan yang positif dalam menciptakan proses komunikasi efektif.

DOSEN SEBAGAI PEMIMPIN

Dosen adalah profesi yang mulia. Sebagai pendidik dan pengajar, dosen memiliki tanggungjawab untuk mengkader generasi baru yang akan menjadi calon pemimpin di masa depan. Dalam menjalankan tridharma perguruan tinggi (pembelajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat), dibutuhkan karakter dan jiwa kepemimpinan yang efektif untuk dapat menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dengan sukses di dunia pendidikan.

Di dunia pendidikan, peran kepemimpinan sangatlah penting. Kepemimpinan pendidikan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh dosen untuk mengelola kurikulum, mengalokasikan waktu, mengorganisasikan mahasiswa, mengawasi proses belajar-mengajar, menyediakan iklim pembelajaran yang kondusif, melakukan pemantauan kemajuan/evaluasi mahasiswa, memberikan refleksi, dan melaksanakan tindak lanjut guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Enoh, 2006).

Di level organisasional, dosen sangat menentukan keberhasilan dalam mewujudkan visi dan misi perguruan tinggi. Hal ini karena dosen merupakan pelaksana teknis operasional lembaga pendidikan tinggi yang melaksanakan tugas mengajar mahasiswa, tentunya dibantu oleh tenaga administrasi akademik dan tenaga administrasi umum. Peningkatan kualitas dosen dan kualitas layanan akademik dan kualitas layanan administratif merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa dihindari, dalam melayani masyarakat/pelanggannya baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal.

Bachtiar (2013, dalam Purwanto, 2015) mengemukakan bahwa banyak faktor penentu daya saing perguruan tinggi, namun yang paling menentukan adalah kepemimpinan yang cakap dan bertanggung jawap, baik pada tingkat universitas maupun pada tingkat fakultas dan program studi.

Beberapa alasan pentingnya kepemimpinan perguruan tinggi adalah:

  1. Pemimpin yang berperan mempromosikan kompetensi institusi pada masayarakat,
  2. Pemimpin yang mendesain sistem recruitment staf akademik dan mahasiswa baru,
  3. Pemimpin yang memberikan motivasi dan kewenangan pada ketua program studi untuk mengembangkan program studinya
  4. Pemimpin yang memperbaiki atmosfir akademik dan kondisi kerja,
  5. Pemimpin yang menyatukan kepentingan dan minat yang beragam dalam proses belajar mengajar.

Menurut Andy-Wali & Wali (2018), setiap dosen di perguruan tinggi sejatinya adalah seorang pemimpin. Setidaknya ada beberapa alasan menjadikan seorang dosen sebagai pemimpin. Pertama, dosen bekerja dengan mahasiswa untuk meningkatkan motivasi dan mendorong mahasiswa yang lemah menjadi lebih baik bagi diri mereka sendiri dan keluarga mereka. Kedua, dosen juga berperan membantu mengubah keyakinan mahasiswa dari persepsi yang tidak benar bahwa kecerdasan itu statis menjadi percaya bahwa jika mereka bekerja keras, mereka akan dapat berprestasi dengan baik.

Frayudha (2018) menjelaskan bahwa kepemimpinan dosen pada dasarnya merupakan suatu proses untuk mempengaruhi orang lain yang didalamnya berisi serangkaiantindakan atau perilaku tertentu terhadap invididu yang dipengaruhinya. KepemimpinanDosen tidak hanya sebatas pada peran Dosen dalam konteks kelas pada saatberinteraksi dengan mahasiswanya tetapi menjangkau pula peran Dosen dalamberinteraksi dengan Rektor dan rekan sejawat, dengan tetap mengacu pada tujuan akhiryang sama yaitu terjadinya peningkatan proses dan hasil pembelajaran mahasiswa.

Kepemimpinan dosen memfokuskan pada 3 dimensi pengembangan, yaitu (Frayudha, 2018):

  1. Dimensi pengembangan individu: merupakan dimensi utama yang berkaitan denganperan dan tugas Dosen dalam memanfaatkan waktu di kelas bersama mahasiswa. DisiniDosen dituntut untuk menunjukkan keterampilan kepemimpinannya dalam membantu mahasiswa agar dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya, sejalandengan tahapan dan tugas-tugas perkembangannya. Melalui keterampilankepemimpinan yang dimilkinya, diharapkan dapat menghasilkan berbagai inovasipembelajaran, sehingga pada gilirannya dapat tercipta peningkatan kualitas prestasibelajar mahasiswa.
  2. Dimensi pengembangan tim: menunjuk pada upaya kolaboratif untuk membanturekan sejawat dalam mengeksplorasi dan mencobakan gagasan-gagasan baru dalamrangka meningkatkan mutu pembelajaran, melalui kegiatan mentoring, coaching, pengamatan, diskusi, dan pemberian umpan balik yang konstruktif. Dimensi yangkedua ini berkaitan upaya pengembangan profesi Dosen.
  3. Dimensi organisasi: menunjuk pada peran Dosen untuk mendukungkebijakan dan program pendidikan di Universitas (dinas pendidikan), mendukungkepemimpinan Rektor (administrative leadership) dalam melakukan reformasipendidikan di Universitas serta bagian dari peran serta Dosen dalam upayamempertahankan keberlanjutan (sustanability) Universitas.

Ketiga dimensi di atas memberikan gambaran tentang:

  1. Peran dosen dalam memimpin mahasiswanya,
  2. Peran Dosen dalam memimpin rekan sejawatnya
  3. Peran Dosen dalam memimpin komunitas pendidikan yang lebih luas.

Oleh karena itu, untuk menumbuhkan kepemimpinan dosen memerlukan hal-hal berikut (Frayudha, 2018):

  1. Pemberdayaan dan dorongan kepada Dosen untuk menjadi pemimpin dan mengembangkan keterampilan kepemimpinannya.
  2. Penyediaan waktu dan kesempatan bagi Dosen agar dapat bekerja menjalankankepemimpinannya, baik untuk kepentingan pengembangan profesi, kerja kolaboratif,perencanaan bersama, dan membangun jaringan Dosen

MAHASISWA SEBAGAI PEMIMPIN

Mahasiswa bisa menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungan di sekitarnya. Setidaknya ada 4 lingkungan hidup mahasiswa yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk menempa karakter dan keterampilan kepemimpinan mereka:

  1. Lingkungan perkuliahan

Di lingkungan perkuliahan, mahasiswa bersosialisasi dengan teman seangkatannya, teman lintas angkatan, dosen dan para pegawai kampus. Tugas-tugas kuliah yang berorientasi pada kerja kelompok dapat menjadi wahana untuk melatih karakter dan keterampilan kepemimpinan mereka.

  • Lingkungan organisasi kemahasiswaan

Di lingkungan organisasi intra kampus, mahasiswa bisa aktif berorganisasi di BEM, DPM, HIMA, UKM dan lain-lain. Ini adalah wadah-wadah yang selama ini dipandang paling efektif dalam mengembangkan jiwa kepemimpinan mahasiswa. Banyak pemimpin di berbagai sektor yang lahir dari organisasi mahasiswa.

  • Lingkungan organisasi kemasyarakatan (di luar kampus)

Selain di dalam kampus, mahasiswa juga dapat aktif di organisasi yang lebih luas, seperti organisasi masyarakat (ormas), organisasi keagamaan, organisasi kepemudaan (seperti karangtaruna, KNPI dll), organisasi pengusaha muda, dan masih banyak lagi. Organisasi-organisasi tersebut memberi ruang yang lebih luas bagi mahasiswa untuk menjadi pengurus hingga tingkat nasional.

  • Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga adalah lingkunga terkecil yang juga dapat melatih kepemimpinan mahasiswa. Baik pria maupun wanita, mereka bisa menjadi pemimpin bagi adik-adik mereka, keponakan atau saudara-saudara mereka lainnya.

Peluang untuk meningkatkan skill kepemimpinan bagi mahasiswa hari ini semakin terbuka lebar. Menurut saya, ada banyak kekuatan yang dimiliki oleh mahasiswa dan faktor eksternal yang mendukung pengembangan karakter kepemimpinan mereka:

  1. Mahasiswa masih memiliki idealisme dan semangat belajar yang tinggi, apalagi didukung oleh literasi informasi digital yang kuat.
  2. Memiliki pergaulan sosial yang lebih luas (tidak kuper), apalagi dengan maraknya penggunaan media sosial.
  3. Pilihan berorganisasi bagi anak muda saat ini semakin beragam. Tidak seperti dulu yang pilihannya relatif terbatas.
  4. Mahasiswa era kini memiliki obsesi untuk “eksis” (ngetop), yang jika diarahkan dengan tepat akan mendukung pengembangan kepemimpinan mereka.

Untuk itu, berdasarkan pengalaman yang ada, berikut adalah beberapa strategi untuk mengembangkan karakter dan keterampilan kepemimpinan mahasiswa di Perguruan Tinggi:

  1. Proses pembelajaran atau perkuliahan yang menekankan pada kerja kelompok, untuk memantik munculnya bakat-bakat kepemimpinan.
  2. Melibatkan mahasiswa dalam proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan tridharma perguruan tinggi, dari mulai pembelajaran, penelitian hingga pengabdian kepada masyarakat.
  3. Menghidupkan organisasi mahasiswa di berbagai tingkatan (dari mulai level program studi hingga universitas). Selain itu juga perlu mendorong tumbuh kembangnya organisasi-organisasi berbasis hobi dan bakat yang lebih fleksibel untuk memunculkan daya tarik.
  4. Melibatkan mahasiswa dalam berbagai kegiatan promosi institusi, sehingga memungkinkan interaksi yang lebih luas dengan pihak luar kampus.
  5. Mendorong mahasiswa mengikuti berbagai forum atau asosiasi tingkat nasional, bahkan internasional.
  6. Memberikan pelatihan kepemimpinan kepada mahasiswa. Misalnya di semester pertama mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti training motivasi dan kepemimpinan dasar yang diselenggarakan oleh kampus.

REFERENSI:

Andy-Wali, H. A. & Wali, A. F. (2018). Lecturers’ Leadership Practices and Their Impact On Students’ Experiences of Participation with Implications for Marketing Higher Education Services. Higher Education for the Future 5(1) 40–60

Covey, S. (1992). Principle-Centered Leadership. Simon and Schuster.

Enoh, M. (2006). Pengaruh Kepemimpinan Dosen, Kualitas Layanan Akademik terhadap Kepuasan Mahasiswa. Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 13, Nomor 2, Juni, hlm. 113-121

Frayudha, A. D. (2018). Kepemimpinan Dosen (Lecture Leadership). Diakses dari https://www.academia.edu/29775481/Kepemimpinan_Dosen_Lecture_Leadership

Istiningsih (2018). Kepemimpinan Pendidikan; Seri Bahan Ajar. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga

Muteswa, R. P. T. (2016). Qualities of a Good Leader and the Benefits of Good Leadership to an Organization: A Conceptual Study. European Journal of Business and Management. Vol. 8, No. 24

Powley, R. & Edwards, C. (2012). Principles of Management. Canada: Commonwealth of Learning.

Purwanto. (2015). Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Dosen di Perguruan Tinggi. Jurnal Manajemen/Volume XIX, No. 01, Februari: 47-58

Rajan. (2019). BUSINESS MANAGEMENT STUDY MATERIAL. University of Calicut

Thoha, M. (2010). Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT Rajagrafindo

Wibawa, S. (tanpa tahun). Kepemimpinan. Yogyakarta: UNY. Diakses dari http://staffnew.uny.ac.id/upload/131570315/lainlain/KEPEMIMPINAN-MAHASISWA.pdf

Yahya, M., Nursinta, Annisa, N. & Sahrul. (2022). GAYA KEPEMIMPINAN MAHASISWA (Studi kasus Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar). Educational Leadership Volume 2, Nomor 1 Februari-Juli

https://www.kompas.com/skola/read/2021/12/29/110000169/5-prinsip-komunikasi-efektif-berdasarkan-reach?page=all

PENILAIAN EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN

Petunjuk:

Untuk menilai efektivitas kepemimpinan diri anda sendiri, anda diminta untuk melakukan self-evaluation (evaluasi diri) terhadap karakter-karakter yang anda miliki dengan cara memberikan skor dari 1-10, dimana skor 1 adalah yang terendah dan skor 10 adalah yang tertinggi. Semakin tinggi skor anda, semakin tinggi pula efektivitas kepemimpinan anda.

Karakter Kepemimpinan Efektif:

(Lingkari skor anda)

  1. PROAKTIF                                                                              (1 2 3 4 5 6 7 8 9 10)
  2. FLEKSIBEL/ADAPTIF                                                           (1 2 3 4 5 6 7 8 9 10)
  3. MAMPU BERKOMUNIKASI EFEKTIF                                   (1 2 3 4 5 6 7 8 9 10)
  4. MENGHARGAI ORANG LAIN                                                (1 2 3 4 5 6 7 8 9 10)
  5. PERCAYA DIRI                                                                       (1 2 3 4 5 6 7 8 9 10)
  6. ANTUSIAS                                                                              (1 2 3 4 5 6 7 8 9 10)
  7. BERPIKIRAN TERBUKA                                                        (1 2 3 4 5 6 7 8 9 10)
  8. KAYA AKAN SUMBER DAYA                                                (1 2 3 4 5 6 7 8 9 10)
  9. MENGAKUI USAHA ORANG LAIN                                        (1 2 3 4 5 6 7 8 9 10)
  10. BERWAWASAN LUAS                                                           (1 2 3 4 5 6 7 8 9 10)
  11. TERBUKA TERHADAP PERUBAHAN                                   (1 2 3 4 5 6 7 8 9 10)
  12. TERBUKA TERHADAP UMPAN BALIK                                (1 2 3 4 5 6 7 8 9 10)
  13. MAMPU MENGEVALUASI                                                     (1 2 3 4 5 6 7 8 9 10)
  14. MAMPU MEMBERIKAN SOLUSI                                           (1 2 3 4 5 6 7 8 9 10)
  15. MAMPU MENGORGANISIR SECARA SISTIMATIS               (1 2 3 4 5 6 7 8 9 10)
  16. KONSISTEN                                                                           (1 2 3 4 5 6 7 8 9 10)
  17. MAMPU MENDELEGASIKAN PEKERJAAN                          (1 2 3 4 5 6 7 8 9 10)

Diadaptasi dari: https://www.knox.edu/documents/StudentDev/StudentActivities/Resources_Leaders.pdf

Rumus menghitung skor:

(Total Skor : 170) x 100% = ?

Penilaian:

Di atas 70%               = Efektifitas kepemimpinan tinggi

40 % – 70%                = Efektivitas kepemimpinan moderat

Di bawah 40%           = Efektivitas kepemimpinan rendah