Kesenian Bangklung Garut di Tengah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Dipandu Host Dr. Yuliawan Kasmahidayat, M. Si (Dosen Prodi Pendidikan Seni Tari & KAPUS EKKIP LPPM UPI), dengan Narasumber Kesenian Bangklung: Ade Sobarna (61 tahun) sebagai pelaku seniman bangklung dan Ahmad Lugiana/Agus (51 tahun) sebagai pewaris kesenian ini. Bincang Seni Budaya Bangklung dalam kajian Pengembangan Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Industri Pariwisata (EKKIP) LPPM UPI, bertempat di rumah kediaman Ahmad Lugiana (Agus) pada hari Sabtu, 13 November 2021. Kegiatan bincang seni budaya ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan pertama Tim EKKIP LPPM UPI di kediaman Ade Sobarna pada hari Minggu, 7 Maret 2021 lalu.

Gambar 1. Bincang Kesenian dengan Seniman Generasi ke-4 (Ade:tengah) dan Pewaris Bangklung (Agus:kanan)

Membuka sejarah Bangklung sebagai karya seni berupa harmonisasi terbangan dan angklung. Berpadu antara tarian pencak silat, musik, dan syair keagamaan sebagai penggambaran rasa bersyukur masyarakat atas hasil pengolahan persawahan. Bahwa sejak zaman penjajahan Belanda, kesenian terbangan dan angklung tersebut menjadi alat untuk penyebaran agama Islam. Namun, baru sejak tanggal 29 Oktober 1979, berdasarkan kesepakatan dari para pengiatnya, kesenian terbangan dan angklung berubah nama menjadi Banglung.

Bincang budaya Bangklung mengupas: sejarah, fungsi, jenis alat musik yang digunakan, jumlah personil dan bagaimana cara menyajikan pertunjukan Bangklung. Ade Sobarna dan Ahmad Lugiana (Agus) memberikan jawaban secara jelas, berdasarkan pengalaman selama ini dalam menggeluti kesenian Bangklung. Bincang yang mengesankan, berbalut canda-serius yang menjadikan cuaca hujan dan dingin mendadak menjadi “hangat”. Hal tersebut dilakukan oleh Ade Sobarna dalam obrolan santai, sambil mengingat pesan yang pernah diajarkan Abah Adjuk, pendiri Padepokan Seni Bangklung Candramaya bahwa berkesenian Bangklung bukan soal memainkan “alat” tetapi lebih pada “perilaku diri”. Beliau adalah sosok inspiratif kesenian Bangklung yang menjadikannya (Ade Sobarna) tetap melestarikan kesenian Bangklung.

Gambar 2. Abah Adjuk (memakai kopiah dan batik) sebagai pelaku kesenian Bangklung sekaligus Kakak dari Ade Sobarna.

Yuliawan Kasmahidayat selaku Kapus EKKIP LPPM UPI, menangkap motif dalam kegiatan bincang budaya untuk mempertahankan kelestarian kesenian Bangklung. Membangun sikap peduli Bangklung ditengah ribuan tontonan di media sosial. Membangun sikap atas begitu banyak peluang pertunjukan di media sosial. Membangun sikap kepedulian masyarakat, pemerintah, akademisi, pengiat seni budaya, dalam merancang strategi untuk mempertahankan kesenian Bangklung dalam 5 atau 10 tahun ke depan di dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Oleh karena itu, selain menjadi hasil dari program kerja pembinaan dan pengembangan desa wisata dan salah satu output atau luaran dari kegiatan ini yaitu berupa publikasi beberapa episode mengenai bincang-bincang kesenian bangklung yang akan di unggah melalui kanal Youtube pribadi dari Yuliawan Kasmahidayat.