KKN Citarum Harum: Relasi Manusia dengan Alam Sebagai Sebuah Eksistensi

Oleh: Fenti Khoerunnisa

Mahasiswi Prodi PIPS FPIPS UPI/ Mahasiswi KKN Tematik Citarum Harum

Perubahan senantiasa terus berlangsung selama manusia itu hidup, baik perubahan yang terjadi pada setiap manusia ataupun perubahan yang terjadi dalam lingkungan sebagai pijakannya. Manusia dan lingkungan memiliki hubungan dan saling memengaruhi. Seperti kata pepatah Manusia mengalami perubahan dipengaruhi oleh lingkungan. Begitu juga sebaliknya, sejatinya lingkungan berubah dilatarbelakangi oleh perilaku manusia, Bagaimana manusia memperlakukan, memelihara, dan melestarikan lingkungan yang ada di sekitarnya.

Perubahan yang terjadi pada lingkungan tidak selalu memberikan hal yang bernilai positif, tetapi juga menciptakan hal yang bernilai negatif. Seperti lingkungan hidup yang mengalami perubahan karena perilaku manusia yang sudah tidak peduli terhadap kelestarian lingkungan hidupnya, sehingga terjadilah suatu bencana yang disebabkan oleh manusia itu sendiri, terlihat dari nilai kelebihan yang dimiliki oleh lingkungan hidup mengalami penurunan karena perilaku masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut.

Eksistensi lingkungan hidup tempat tinggal manusia semakin memprihatinkan, salah satunya kondisi sungai sebagai tempat mengalirnya air yang bersifat vital dalam kehidupan telah mengalami penurunan. Salah satu faktor penyebabnya ialah perilaku manusia yang sudah tidak ingin melestarikan kebersihan sungai sebagai sumber kehidupan. Faktanya, saat ini sungai-sungai di Indonesia kondisinya sudah sangat memprihatinkan, satu di antaranya ialah Sungai Citarum yang merupakan sungai terpanjang di Jawa Barat, yang sudah tercemar dan menjadi sungai terkotor sedunia.

Kondisi Sungai Citarum pada zaman dulu dengan zaman sekarang sangat berbeda. Saat ini Sungai Citarum telah memegang julukkan sebagai sungai terkotor sedunia. Akankah kita nyaman jika julukan tersebut melekat untuk Sungai Citarum? Untuk masyarakat yang tinggal jauh dari aliran Sungai Citarum mungkin tidak bermasalah, tetapi bagaimana dengan masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Citarum dan tinggal sekitar waduk yang menampung aliran Sungai Citarum?

Sungai Citarum menjadi kotor disebabkan karena di bagian hulu sungai banyak hutan yang gundul karena penebangan liar dan DAS yang berada di bagian hulu pun mengalami kerusakan parah. Selain kedua faktor tersebut, di daerah bantaran Sungai Citarum pun banyak ditemukan sampah organik dan anorganik yang menyebabkan sedimentasi. Walhasil, aliran sungai tidak mengalir sebagaimana mestinya. Akibat dari permasalahan sampah, Sungai Citarum menjadi tercemar dan tidak lagi bersih serta jernih.

Sungai Citarum dinilai sangat vital dan strategis karena 80% penduduk DKI Jakarta mengkonsumsi air Citarum, digunakan cuci kakus oleh masyarakat sepanjang DAS, menjadi tempat budi daya ikan air tawar, sebagai irigasi sawah (Karawang, Purwakarta, Subang, dan Indramayu), serta sebagai pemasok listrik jaringan interkoneksi Jawa-Bali.

Lingkungan hidup mengalami perubahan disebabkan karena perilaku kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sudah mengalami penurunan. Enggan melestarikan sungai dan tidak peduli terhadap konsekuensi yang akan diterima ketika sungai sudah tercemar, selain itu belum sampainya berpikir kepada Siapa saja yang akan dirugikan ketika tidak melestarikan lingkungan hidup sekitar dan bagaimana dampaknya jika tidak mematuhi aturan untuk membuang jenis sampah pada tempatnya?

Bukan hanya perilaku sadar saja yang dibutuhkan untuk mengembalikan kebersihan sungai yang sudah tercemar, tetapi dibutuhkan kepedulian untuk memperlakukan, memelihara, dan melestarikan lingkungan hidup yang ada di sekitar. Selain itu, bertanggung jawab untuk tidak mencemari sungai dengan tidak membuang sampah sembarang ke aliran sungai atau waduk tempat menampung aliran Sungai Citarum.

Dibutuhkan sinergitas dari berbagai lapisan masyarakat untuk meningkatkan sikap kepedulian terhadap eksistensi Sungai Citarum. Bukan hanya pemerintah saja yang mencanangkan agar Sungai Citarum kembali bersih dan jernih. Namun, diperlukan penyadaran dari setiap lapisan masyarakat untuk memiliki kesadaran dan kepedulian untuk merawat kebersihan lingkungan hidup. Program Citarum Harum telah digulirkan kembali oleh pemerintah, sebagai upaya memulihkan kejayaan Sungai Citarum.

Program ini perlu mendapatkan dukungan dari berbagai lapisan masyarakat, selain perlu adanya penyadaran dari masyarakat, dibutuhkan juga subjek pengantar untuk menyampaikan, mengajak, dan mempraktikkan secara bersama-sama agar tercipta kultur masyarakat yang peduli dengan lingkungan hidup. Perlunya agen yang mengubah perilaku masyarakat yang tidak peduli menjadi peduli dan memiliki kemauan untuk melestarikan Sungai Citarum.

Mahasiswa sebagai agen perubahan bisa mengimplementasikan perannya terhadap bangsa melalui pengabdian yang diadakan oleh lembaga atau universitasnya. KKN (Kuliah Kerja Nyata) ialah salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai wujud dari tridarma perguruan tinggi. Bersatunya program Citarum Harum dengan KKN yang sedang dilaksanakan oleh beberapa mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia, yang dilakukan secara interdisipliner, institusional, dan kemitraan. Pemetaan lokasi untuk memulihkan Sungai Citarum ditempatkan sesuai wilayah aliran Sungai Citarum yang memang sudah tercemar dan perlu pemulihan untuk lokasi tersebut.

Melalui pengabdian ini, mahasiswa mampu mendukung program pelestarian lingkungan hidup di wilayah Jawa Barat terutama di bantaran dan waduk tempat penampungan aliran Sungai Citarum. Menciptakan kultur peduli lingkungan hidup kepada masyarakat melalui berbagai jenis sosialisasi yang bersifat formal dan non formal. Memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai lingkungan hidup, menyampaikan berbagai fakta dan data kondisi serta permasalahan Sungai Citarum yang sudah memprihatinkan melalui sosialisasi kepada masyarakat dan lembaga pendidikan.

Selain itu, menanamkan kesadaran dan kepedulian untuk merawat dan melestarikan Sungai Citarum, memberikan pemahaman pentingnya membuang sampah pada tempatnya berdasarkan jenisnya dan memberikan berbagai keterampilan untuk mengolah sampah yang masih bisa didaur ulang, serta mengajak masyarakat untuk selalu memelihara, merawat, menjaga, dan melestarikan lingkungan hidup khususnya dalam membuang sampah pada tempatnya. Walhasil kepedulian masyarakat terhadap eksistensi lingkungan hidup di sekitar akan meningkat dan kultur sadar lingkungan pun lambat laun akan tercipta di masyarakat.

Memberikan pemahaman tidak akan cukup untuk mengubah perilaku masyarakat yang tidak peduli menjadi peduli terhadap lingkungan hidup. Kegiatan berupa kerja bakti dan gerakan 100 tangan memungut sampah bisa menjadi salah satu ajakan secara langsung untuk mengubah perilaku masyarakat agar peduli terhadap lingkungan hidup, khususnya peduli terhadap eksistensi Sungai Citarum agar kembali bersih.

Jika setiap lapisan masyarakat telah paham terhadap pentingnya merawat kebersihan Sungai Citarum, maka perilaku tidak peduli lambat laun akan menghilang dan kesadaran serta kepedulian terhadap lingkungan hidup akan terwujud. Lingkungan hidup menjadi lestari, program Citarum Harum tercapai, dan Sungai Citarum menjadi harum dengan pulihnya kejayaan Sungai Citarum yang bersih, jernih, dan lestari.