KKN Tematik UPI 2021: Dongeng sebagai Stimulus Literasi Edukasi

Sumber: satulingkar.com

BANDUNG, UPI – Banyak diantara kita sering memilih membuka internet ketimbang membaca buku. Tidak ada yang salah dengan hal itu, toh karena banyak informasi yang kita butuhkan ada pada internet, tersebar luas dan mudah diakses hanya dengan telepon genggam, kecepatan mengakses pun hanya butuh waktu sepersekian detik. Tidak ada yang sulit mengakses informasi atau bacaan melalui internet daripada membaca secara ‘konvensional’ dari buku fisik, atau mungkin sekarang lebih lazim membaca bacaan melalui internet.

Menurut data Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando mengungkapkan hasil Kajian Indeks Kegemaran Membaca yang dilakukan Perpusnas pada 2020 memberikan hasil minat baca Indonesia masuk dalam poin 55,74 atau sedang. Jika dilihat singkat, mungkin itu adalah angka yang cukup, namun jika dilihat dengan gambaran besar, banyak data yang menyebutkan bahwa tingkat membaca di Indonesia sangatlah kecil. Seperti yang disebutkan oleh data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia  hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Survey yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019 menunjukan bahwa Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.

Tingkat literasi yang rendah ini tentu menjadi permasalahan bukan hanya di kalangan pendidik, namun seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Maka, sejak tahun 2016 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) sebagai bagian dari implementasi dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Layaknya suatu gerakan, pelaku GLN tidak didominasi oleh jajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi digiatkan oleh banyak pemangku kepentingan, seperti pegiat literasi, akademisi, organisasi profesi, dunia usaha, dan kementerian/ lembaga lain.

Universitas Pendidikan Indonesia sebagai salah satu universitas yang menyumbang banyak prestasi dan pengabdian dalam bidang Pendidikan, turut serta melibatkan mahasiswanya dalam Program KKN Tematik  Literasi dan Rekognisi Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka – Pusat Prestasi Nasional. Adapun yang dilakukan adalah Penguatan pembiasaan literasi Baca Tulis, Numerasi dan Sains di kalangan siswa SD hingga SMP. Salah satunya adalah SMP Indonesia Raya sebagai tempat untuk dilaksanakanya kegiatan KKN Tematik Literasi ini.

Salah satu faktor yang menyebabkan minat baca rendah di kalangan siswa SMP Indonesia Raya ini adalah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Menurunnya minat membaca juga disebabkan oleh antara lain teralihnya perhatian dan luang waktu para siswa pada kegiatan media sosial. Selain itu, untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan, mereka bisa mendapatkan secara instan hanya dengan melalui telepon genggam. maka upaya menstimulasi edukasi literasi harus ditanamkan sejak usia dini. Adapun metode yang dilakukan adalah dengan cara mendongeng.

Dongeng merupakan salah satu bentuk folklor. Folklor sendiri menurut James Danandjaja yaitu sebagai bagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun menurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat seperti tulisan. Folklor menyimpan keragaman sastra daerah yang mendukung proses pembangunan jati diri dan budaya lokal. Dongeng merupakan cerita khayalan atau cerita yang tidak benar-benar terjadi, biasanya bersifat menghibur dan mengandung nilai pendidikan. Cerita yang dikarang dan diceritakan kembali secara berulang-ulang oleh orang- orang.

Dengan memberikan bacaan berupa buku dongeng, para siswa bukan hanya tertarik akan membaca namun juga mendapatkan pemahaman berkenaan cerita keragaman daerah yang ada di Indonesia. Banyak dari buku dongeng yang mencangkup tentang sains, sejarah dan ilmu ilmu yang dapat membantu para siswa meningkatkan pengetahuannya. Selain itu, buku dongeng merupakan buku yang tidak terlalu ‘berat’ untuk dibaca, sehingga dapat mudah dicerna para siswa.

Selain dongeng, penyediaan variasi bacaan untuk para siswa berupa poster sederhana berisi fakta pengetahuan dan stimulus agar siswa bisa mulai menulis berdasarkan dari bahan bacaan yang telah disediakan. Seperti kebanyakan banyak penulis, jika seorang pandai menulis, maka pastilah pintar membaca.

Daftar Rujukan

Danandjaja, James. (2002). Folklor Indonesia: Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain.

Penulis

Alanis R Rayhana, Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Pendidikan Ilmu dan Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia.