Kolaborasi Riset Dosen UPI Jawab Tantangan Lingkungan

Cianjur, UPI

Lahirnya Incinerator ini tergerak dari betapa banyaknya tumpukan sampah yang menjadi masalah di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Bersama tim dosen dan mahasiswa tingkat akhir Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), khususnya di lingkungan Departemen Pendidikan Teknik Elektro dan Departemen Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK), berdiskusi untuk menyepakati merancang mesin pembakar sampah yang ramah lingkungan dan ekonomis.

Demikian ungkap dosen Departemen Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI yang juga pembimbing KKN Tematik Citarum Harum Sriyono, S.Pd., M.Pd., usai memberikan Pelatihan Penggunaan dan Perawatan Mesin Incinerator bagi pengelola sampah di Desa Cikidang Bayabang, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Minggu (17/3/2019).

Lebih lanjut dijelaskan,”Mesin yang kami rancang, memperhatikan berbagai sudut pandang, seperti dari sudut pandang ekonomi, mesinnya lebih ekonomis dari aspek harga, dimensi lebih besar, kualitas material menggunakan bahan yang tahan terhadap korosi. Kami melibatkan mahasiswa, karena menurut pertimbangan kami, mereka merupakan generasi penerus. Diharapkan melalui pengalaman ini dapat men-triggered para mahasiswa untuk bisa menciptakan alternatif teknologi lain, yang jauh lebih hebat dari rancangan yang sudah dibuat ini. Tanpa partisipasi mereka kita tidak bisa berbuat banyak.”

UPI diamanahi untuk membuat 3 Incinerator, ungkapnya lagi. Mesin-mesin tersebut untuk ditempatkan di Desa Cikidang Bayabang, Kabupaten Cianjur, di Desa Kayu Ambon, Lembang Kabupaten Bandung Barat yang termasuk di Sektor 22 Satgas Citarum dan di Desa Mekar Rahayu, Kabupaten Bandung.

“Periset UPI terus berupaya mengembangkan incinerator atau mesin pembakar sampah yang didasari oleh riset berkelanjutan, karena sesungguhnya kesempurnaan dari sebuah riset terletak pada riset selanjutnya. Mesin yang berada di hadapan kita saat ini adalah incinerator generasi ke-3 atau Hawu Runtah Incinerator Seri Ke-3 yang merupakan pengembangan dari generasi sebelumnya. Mesin ini sudah mengalami banyak perubahan, contohnya pada aspek desain,” tegasnya.

Awalnya auxiliary chamber atau second chamber dimensinya tidak terlalu besar, jelasnya, namun sekarang kita perbesar, kemudian berikutnya kita sempurnakan pembakaran. Kelaziman pembakaran pada incinerator yang ada di pasaran menggunakan bahan bakar cair, tetapi kita pergunakan bahan bakar gas atau Liquid Petroleum Gas (LPG), pertimbangannya BBG merupakan sumber energi yang bahan bakarnya relatif lebih sedikit menghasilkan kadar polutan dibandingkan dengan bahan bakar cair.

Dikatakannya,”Temperature service BBG ini jauh bisa melampaui temperature service-nya bahan bakar cair, termasuk dari segi pemilihan pembakarnya atau burner. Burner yang kita pilih, temperature service-nya bisa mencapai angka 1200 °C.”

Terkait dengan alasan penempatan mesin Hawu Runtah Incinerator Seri Ke-3 di Desa Cikidang Bayabang, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, ungkapnya, didasari oleh hasil kolaborasi program KKN Citarum Harum Pentahelix antara UPI dengan Universitas SuryaKancana (Unsur), Cianjur. Di dalam kolaborasi ini, Unsur melakukan identifikasi terhadap Desa Cikidang Bayabang, hasilnya ditemukan sebuah kebutuhan yang sangat mendesak untuk menangani sampah yang tidak berguna.

“Kami menyadari bahwa penggunaan Incinerator memiliki resistensi dari aspek kekhawatiran masalah keamanan lingkungan seperti polusi, namun hal tersebut sudah kami upayakan melalui reduksi kadar asap atau kadar polutan dari gas buang melalui tahapan pembakaran di auxiliary chamber atau second chamber kemudian kita juga menggunakan wet scrubber untuk menangkap kadar polutan melalui penyemprotan air dalam bentuk water vapor atau uap air, harapannya dengan demikian kadar polutan yang keluar itu adalah betul-betul kadar polutan yang aman bagi lingkungan,” yakinnya.

Dari data yang kita peroleh sekarang, kami akan mengembangkan untuk melakukan riset tentang kadar polutan yang dihasilkan oleh mesin Hawu Runtah Incinerator Seri Ke-3 ini, berdasarkan hal tersebut kita akan melihat seberapa besar sebenarnya kandungan-kandungan unsur maupun senyawa yang dihasilkan dari pembakaran tersebut.

Berikutnya, katanya lagi, kami juga akan melakukan pengembangan melalui rekayasa mekanisme sistem pembuangannya, jika selama ini membuang secara vertikal, kita akan coba melalui rekayasa lain setelah kita tahu kadar polutan yang dihasilkan secara vertikal ini.

Dijelaskannya,”Di dalam prosesnya (pembakaran), kita sangat menyayangkan adanya energi panas yang terbuang begitu saja, di riset selanjutnya, bersama tim dosen kami merancang, menganalisa dan memanfaatkan energi panas untuk dikonversi menjadi energi listrik. Kita tahu bahwa panas yang terjadi di dalam ini memang relatif tinggi dikisaran angka 300 °C, 400 °C bahkan 500 °C. Oleh karena itu kami akan membuat mesin konversi energi dari energi panas ke energi listrik.”

Adapun nilai ekonomis atas hadirnya mesin Hawu Runtah Incinerator Seri Ke-3 di tengah-tengah masyarakat adalah terkelolanya sampah dengan baik yang memunculkan peluang ekonomi baru dari pengelolaan sampah yang dikelola oleh BUMDES. Dari hasil pembakaran ini, abunya bisa dimanfaatkan untuk pembuatan material bangunan seperti pembuatan bata. Air dari hasil sirkulasi wet scrubber bisa dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk cair, namun sebelumnya kita analisis dulu kandungan zat atau senyawa yang terdapat di dalam air tersebut sehingga bisa bermanfaat bagi lingkungan. (dodiangga)