Krontjong Lapis Legit UPI untuk Waldjinah

Bandung,UPI

Mahasiswa Pendidikan Seni Musik berbondong-bondong memasuki gedung pertunjukan Amphiteater untuk menyaksikan “ Workshop Krontjong Pendidikan”, yang menghadirkan penyanyi keroncong legendaris yaitu Waldjinah. Rabu, 21/11/2018. Kegiatan tersebut merupakan upaya untuk menghadapi revolusi industri musik yang makin pesat, pengenalan musik tradisi bagi generasi muda dirasa perlu supaya mereka tahu akan budaya yang menjadi identitas suatu bangsa.

Dalam kesempatan tersebut, aksi grup kroncong Lapis Legit menjadi pembuka acara yang dihadiri oleh seniman musik kroncong Universitas Pendidikan Indonesia. Tampil dalam formsi Yusinar (vokal), Moh Ersyad (Flute), Nizar(Bass), Irgi( Cello), Ari dan dua personil lain sebagai pemain cak cuk dan gitar. Sesuai namanya, grup tersebut berhasil membawa penonton dengan suasana syahdu dari alunan musik flute yang mengiringi lagu-lagu kroncong nusantara tersebut.

Dengan riasan sederhana Yusniar sang vokalis melangkah menuju pentas yang beralaskan karpet biru. Batik coklat sengaja dikenakan penyanyi berparas cantik ini untuk menyelaraskan tampilan dengan lagu yang akan dibawakan. Sesekali ia melirik kearah penonton untuk ikut bernyanyi bersamanya.

Bengawan Solo menjadi lagu pertama yang dibawakan orkes kroncong yang dibentuk tahun 1998 dan sudah melahirkan beberapa generasi. Lagu yang sudah familiar dan akrab di telinga pendengar tersebut seakan menjadi hal yang baru karena dibawakan dalam permainan musik yang epik dan menghibur.

Waldjinah dalam acara tesebut menuturkan bahwa memang musik kroncong memiliki pakem yang baku. Artinya musik tersebut memiliki aturan yang menjadi patokan bagi seniman untuk menciptakan sebuah suguhan musik yang sesuai dengan ketentuan yang telah ada. Diantara ketentuan tersebut yaitu jumlah bait dan interlude dari sebuah lagu. Tetapi Ratu Kroncong tersebut berpendapat bahwa untuk menjadi sebuah karya yang segar dan dapat diterima oleh berbagai kalangan dari berbagai daerah maka tidak salah jika seorang seniman menyisipkan unsur identitas daerahnya masing-masing. Musik kroncong yang diiringi oleh alat-alat musik barat bisa secara fleksibel disandingkan dengan unsur-unsur musik lain. Misalnya unsur Sunda, Jawa, Bali dan musik daerah lain di nusantara.

Sorot lampu mengarah kepada pentas yang diisi oleh seniman-seniman yang namanya telah dikenal disebagian penggiat musik kroncong. Busana yang dikenakan oleh mereka pada acara tersebut dibuat kompak dengan balutan pakaian tradisional batik mencerminkan penampilan yang erat dengan tampilan musik kroncong pada umumnya.

Tampil di depan Ratu musik kroncong adalah suatu tantangan tersendiri bagi grup orkes kroncong Lapis Legit untuk menampilkan sebuah suguhan musik kroncong bagi sang legenda. betapa tidak sudah beratus-ratus lagu yang telah ia bawakan setelah selama 63 tahun berkecimpung di industri musik kroncong.

Tetapi memang bukan suatu hal yang baru bagi Ibu Waldjinah saat mendengarkan karya dari seniman-seniman yang berasal dari jurusan Pendidikan Seni musik Universitas Pendidikan Indonesia, mengingat bahwa sudah beberapa generasi dari tahun ke tahhun, jurusan Seni Musik UPI tampil dalam festival musik kroncong di Solo. Diantaranya yang paling diingat oleh Ibu Waldjinah adalah grup kroncong “Ranisinar”, yang menyebabkan grup tersebut berbeda yaitu semua personil yang mengisi grup tersebut adalah perempuan. Dan karya yang dibawakan oleh sebagian besar msuisi pendidikan Seni Musik UPI selalu membawa unsur khas daerahnya yaitu Jawa Barat. Hal tersebut tentu menjadi ciri bahwa jurusan seni musik UPI tidak main-main dan sangat serius dalam upaya mengembangkan dan mebudayakan musik kroncong bagi generasi muda

Lagu “Kemuning” menjadi lagu kedua yang dibawakan gadis berusara emas tersebut. Lagu yang memuat interpretasi suasana diantara bunga-bunga yang harum berada di puncak bukit dengan gairah cinta asmara seseorang yang sedang jatuh hati kepada sang pujaan, membawa hati dari setiap pendengar kepada suasana damai nan indah.

Memang penyanyi orkes kroncong yang satu ini sudah tidak diragukan lagi kualitas dan kekhasanya dalam membawakan sebuah karya musik kroncong. Suara yang lembut seakan cocok dengan karakter musik kroncong yang mendayu-dayu menggiring para pendengar untuk ikut hanyut dalam lirik lagu yang bermakna asmara. Maka dengan kualitas vokal yang sudah mumpuni, tidak heran jika Yusniar mendapat pujian sebagai penghargaan dari Ibu Waldjinah sang legenda musik kroncong.

Sudah menjadi sebuah keharusan bagi generasi muda untuk tetap menjaga budaya yang menjadi ientitas bangsa diantaranya musik kroncong. dengan adanya pengenalan musik tradisi tersbut khusunnya di ranah pendidikan adalah langkah awal bagi para pendidik untuk menanamkan rasa cinta terhadap keragaman budaya musik di Indonesia. langkah tersebut sudah dimulai di Jurusan Pendidikan Seni Musik Universitas Indonesia. (Dini Ramdania Damara)