Kue Bandros Gurih Khas Bandung

BANDUNG. Budaya jajan di Kota Bandung melekat dalam masyarakat Kota Bandung sejak tahun 1900 an. Ada satu jenis kudapan yang menarik untuk ditelisik adalah Kue Bandros, kue ini bertekstur garing di luar, dan lembut ditengah.  Sensasi semakin meningkat dengan adanya parutan kelapa saat digigit, jangan ditanya aroma harum menggoda yang menyeruak saat kue ini dimakan dalam kondisi hangat.

Asal usul dari kue Bandros dimulai sejak adanya pengaruh pemerintahan Hindia Belanda yang pada tahun 1900-an memperkenalkan penggunaan tepung terigu di Kota Bandung dan di daerah Priangan atau Jawa Barat.  Keberadaan pangan berbahan dasar terigu hanya dapat dikonsumsi oleh para bangsawan dan para masyarakat yang kaya raya.  Gagasan munculnya pembuatan kue Bandros adalah untuk masyarakat kelas bawah dapat menikmati kue dengan harga terjangkau dari bahan baku beras. Bahan baku beras ini adalah sumber utama makanan pokok di masyarakat orang Sunda di Jawa Barat. Upaya meringankan masyarakat dalam mengkonsumsi tepung terigu dan beras yang juga cukup mahal,  memunculkan ide membuat Kue Bandros  dengan ukuran yang kecil-kecil dari bahan dasar tepung berasdan beras ketan dengan penambahan kelapa parut, garam, gula pasir, minyak kelapa terutama untuk sarapan pagi. Hal itu juga mengapa kudapan ini pada jaman dahulu hanya beredar dijual hanya pagi hari, lebih nikmat bila didampingi air minum teh.

Pedagang Kaki Lima Tahun 1920 an

Sumber :Katam, Sudarsono dan Abadi, Lulus : 2006

Keberadaan kue ini melekat di masyarakat dengan keberadaan tukang keliling di sekitar pasar, pusat keramaian, bahkan di sekitar pemukiman masyarakat sejak tahun 1950 an. Para pelopor Asosiasi Kafe dan Restoran (AKAR) Chef R.Wawan G. Martasasmita dan Chef Dedie Soekartin yang juga merupakan dosen senior Program Studi Manajemen Industri Katering Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia memaparkan bahwa pada tahun 1950 an keberadaan penjual kue Bandros sudah memasyarakat di Kota Bandung.  Para praktisi kuliner tersebut yang berusia 72 Tahun saat ini, menyatakan bahwa para penjual menjual dengan menggunakan tanggungan, dan juga sudah ada yang didorong menggunakan gerobak.  Pada masa lalu para penjual bandros tidak memiliki tempat menjual yang tetap, mereka biasa berkeliling saat menjual kue tersebut dari kampung ke kampung dan perumahan warga kota Bandung.  Mereka pun akan berhenti pada titik-titik keramaian seperti alun-alun, terminal, pasar dan lainnya,  jarang sekali ada yang berjualan di satu tempat.

Penjualan kue bandros biasanya dilaksanakan pada dua shift, yaitu dijual sejak subuh hingga siang hari.  Kemudian para penjual pulang untuk istirahat dan menjual kembali dagangannya hingga sore hari.  Bandros bukanlah kudapan yang dijual pada malam hari. Kudapan ini secara otentik menggunakan bahan baku tepung beras, dengan menggunakan campuran parutan kelapa yang memiliki cita rasa gurih.  Cita rasa yang enak ditentukan dari volume campuran parutan kelapanya.  Dahulu pembakaran menggunakan cetakan terbuat dari tembaga dan bahan bakar kayu, dan alat untuk pemoles minyak pada cetakan bandros mempergunakan sabut kelapa tidak seperti sekarang menggunakan kuas.

Proses Wawancara oleh CNN Indonesia

Sumber : Zai, CNN. 2020

Kontroversi Kue Bandros

Terdapat pertanyaan yang bersifat umum dalam masyarakat, apa perbedaan kue Bandros, dengan Kue Pancong (Jakarta), Pukis, Gending (Purwadadi), Rangi (Karawang). Penggunaan cetakan kue yang sama  dari tembaga di masa lalu dan di masa sekarang, tidak membuat kue bandros sama dengan jenis kue di daerah lain.  Pada dasarnya kue bandros yang otentik dari Kota Bandung terbuat dari tepung beras dan memiliki rasa asin, berbeda dengan kue pancong dan pukis yang terbuat dari tepung terigu dan memiliki rasa manis. Juga berbeda dengan Rangi dari Kota Karawang yang bahan bakunya terbuat dari tepung aci (singkong) yang dibubuhi saus dari cairan gula merah yang kental.

Perkembangan dilakukan terhadap kue Bandros di kota Bandung dengan melakukan aneka rasa saat ini.  Inovasi rasa dilakukan dengan penambahan bahan baku oncom, telur, tuna, sosis, kornet, dengan tingkat kepedasan berbeda. Kemudian kacang almond, susu, green tea, coklat tobleron, coklat kit kat, buah pisang, oreo, milo, coklat ovo maltine, coklat silverqueen, keju ceddar dan keju mozarella, mayonaise, saus barbeque. Kue Bandros saat ini dijual harga satuan yaitu Rp. 2.000 – 3.500, sedangkan per porsi/petak dengan harga Rp. 5.000 – Rp. 14.000, dan harga per box Rp.45.000 hingga Rp. 50.000 berisi 10 pcs.

Usaha Kue Bandros di Kota Bandung

Sumber : Dr. Dewi Turgarini, S.S., MM.Par

Penjualan bandros yang original oleh pedagang keliling hingga saat ini masih ada di sekitar pusat keramaian dengan para penjual keliling yang dipikul dan gerobak dorongnya berdasarkan pengamatan penulis di Alun-Alun, Tegalega, di Gedung Olahraga Padjadjaran dan Saparua Jalan Ambon, Jalan Cipaganti. Penjual kue ini pun terdapat di 10 tempat seperti di Bandros Hebab Jalan Japati, Bandros Cowboy Cisangkuy, Bandros Bistro Bandung Jalan Braga, Cihuy Bandros Mang Ade Jalan Citarum, Bandros di Foodcourt Rumah Mode Jalan Setiabudi, Kue Bandros Dago di Jalan Ir. H. Djuanda, Bandros Mang Aban Tea jalan BKM Barat Cieunying, Bandros 88 Jalan Ciung Wanara, Juragan Bandros Jalan Gardujati, Bandros Bandung Jalan Buah Batu. Bagaimana anda ingin mencoba? (Dr. Dewi Turgarini, Ketua Program Studi Manajemen Industri Katering UPI).