Le Café Sur Le Mur

Café des Psalms rue des Rosiers Paris, Oktober 2019. Sore itu, dua wisatawan masing-masing asyik menikmati secangkir kopi, sepotong croissant , dan sepotong kue éclair kesukaan mereka. Tak lama berselang, seorang paruh baya, duduk di pojok café dan memesan “dua cangkir, yang satu untuk di dinding”.

Kemudian,  sang pria disuguhi secangkir kopi, namun dia membayar untuk 2 cangkir. Sang pramusaji segera menempel secarik kertas kecil bertulisan “secangkir kopi” di dinding, pada setiap ada pemesanan untuk di dinding, dan begitulah seterusnya. Setiap ada tamu pesan minuman atau kue, bila ada yang memesan tambahan untuk disimpan di dinding, tamu tersebut membayar semua yang dipesan, padahal dia hanya mengonsumsi sebagian. Lalu sang pramusaji menempel secarik kertas bertuliskan “secangkir kopi” atau “sepotong kue” pada dinding khusus sesuai dengan pesanan tamu.

Beberapa menit berselang, datang seorang pria tua berpakaian lusuh. Dia berbicara kepada pelayan, “pesan  segelas kopi di dinding” sambil tangannya menunjuk ke arah dinding. Pramusaji segera menyiapkan segelas kopi yang dipesan. Tamu yang berpakaian lusuh tadi menghabiskan kopi yang dipesan tanpa membayar. Lalu pramusaji menarik secarik kertas dari dinding sesuai pesanan.

Begitulah seterusnya. Itulah transaksi pesanan yang disebut Le café sur Le Mur atau Secangkir kopi di dinding.   Akhirnya tanda tanya dua wisatawan yang tadinya merasa aneh dengan cara yang tak lazim di café tersebut, dapat terjawab. Beginilah cara warga kota dapat saling menolong terhadap sesama. Orang yang kurang beruntung dapat menikmati secangkir kopi atau sepotong kue, tanpa perlu untuk mengemis. Orang yang berdonasi, dapat dengan mudah melaksanakan donasinya, walau hanya segelas kopi. Dia pun tak perlu tahu siapa orang miskin yang akan menikmati donasinya tersebut.

Pesan Moral

Pesan moral apa yang bisa kita petik dari fenomena “secangkir kopi di dinding” yang terjadi di sebuah café di atas ?  Berbagilah kepada sesama tanpa harus menyombongkan diri yang dapat berujung ria. Saling tolong satu satu sama lain adalah perilaku terpuji dan sangat dianjurkan oleh agama manapun. Cara bersedekah dengan “Secangkir kopi di dinding” dapat dikembangkan di mana saja : di restoran, kafe, atau di kantin kampus sekalipun.

Di Kantin Kampus UPI misalnya, atau di kantin Fakultas. Atau di Cafe Laboga Prodi Pendidikan Tata Boga bisa saja hal ini mulai dilakukan. Pengelola kantin menyiapkan dinding khusus  sebagai papan informasi donasi : Sedekah kantin, atau apapun namanya. Para tamu yang datang (dosen, mahasiswa, atau tamu lain) dapat memesan makanan dan menyedekahkan sebagian menu yang dipesan, dan pengunjung lain atau sivitas akademika yang merasa perlu, dapat melihat  dinding informasi. Bila tersedia donasi, mereka dapat mengonsumsi makanan/minuman dari hasil sedekah tamu lain. Konsumen yang memerlukan tak perlu meminta -minta, sehingga harga dirinya tak merasa direndahkan.

Bila pola sedekah ini akan diterapkan di ruang publik, diperlukan manajemen kafe, kantin, atau restoran yang tepat.   Paling tidak ada tiga pihak yang perlu menjadi perhatian. Pertama, tamu kantin/kafetaria yang siap dan mau bersedekah. Mereka menyisihkan rezekinya dengan tak hanya mengonsumsi semua yang dipesan, tetapi mereka menyisihkan sejumlah makanan yang dipesan untuk ditempel di papan informasi  dinding sedekah.

Kedua, tamu lain  yang kurang beruntung, memiliki kesempatan untuk dapat menikmati menu kantin/kafetaria melalui titipan tamu lain yang bersedekah. Mereka tak perlu malu, dan dipermalukan. Itulah semangat gotong royong dan kebersamaan untuk saling berbagi. Ketiga, ini sangat penting, yaitu kejujuran pengelola kantin/kafetaria dalam mencatat semua transaksi titipan sedekah dengan menempelkan pesanan di dinding dan mencabut kertas, bila sudah digunakan oleh konsumen lain.

Makna Sedekah

Dalam perspektif Islam, sedekah dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan memberikan pertolongan kepada orang lain, baik berupa harta, tenaga, maupun pikiran.  Hal lainnya yaitu berzikir dan menafkahi keluarga. Bahkan aktivitas yang paling sedeharna sekalipun misalnya dengan menyingkirkan kulit pisang yang tercecer, agar orang lain tak terpeleset ketika berjalan. Inipun kategori sedekah apabila dilakukan dengan ikhlas.   Pahala sedekah  tak hanya datang dari Allah tetapi juga akan diperoleh manfaat untuk meningkatkan hubungan antarmanusia.

Seperti ditulis dalam hadis riwayat Tirmidzi, Rosulullah bersabda, Bersedekah kepada orang miskin adalah satu sedekah dan kepada kerabat dua kebaikan, yaitu sedekah dan silaturahmi. Hal lain, seperti  difirmankan Allah SWT dalam QS Al Baqarah 264, bahwa Hai orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan  pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima) seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Sedekah dimaksudkan untuk menyucikan harta, membantu sesama serta bekal pahala di akhirat kelak. Insyaallah. Semoga bermanfaat (Dinn Wahyudin)