Le Musèe National De I’ Èducation

Suatu pagi awal Februari 2013.   Tilpon berdering di ruang kantor Rektor UPI.  Salah seorang staf  rektor   memberi tahu kepada pak Rektor (Prof Sunaryo Kartadinata) bahwa Gubernur Jawa Barat (Ahmad Heryawan) ingin bicara. Pembicaraan via tilpon pun berlangsung cepat. Intinya Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat mengapresiasi dan mendukung penuh  inisiatif UPI untuk membangun Museum pendidikan .   Itulah cikal bakal pembangunan  Museum Pendidikan Nasional (diknas) UPI.

Seperti dikemukakan Prof Sunaryo Kartadinata pada awal pembukaan- soft launching museum ini (2 Mei 2015) bahwa Museum Diknas UPI tak hanya bercirikan conservating. Yaitu menyimpan artefak yang berkaitan dengan pendidikan masa lampau. Tetapi museum ini juga  menyajikan  situasi masa kini dan masa depan. Museum sepatutnya memiliki  fungsi forcasting. Yaitu melakukan ramalan masa depan melalui edukasi dan riset berkaitan dengan pendidikan masa depan.

Musèe du Education

Judul tulisan ini sengaja menggunakan kata Musèe dalam bahasa Perancis. Untuk menginspirasi agar  ke depan Museum berkembang menjadi museum kebanggaaan nasional dan dunia. Seperti hal nya Musèe du Louvre di Paris Perancis. Museum ini tampil sebagai magnet yang mampu menyihir warga dunia untuk berkunjung ke sana. Tempat ini menjadi museum seni terbesar dan paling banyak dikunjungi sepanjang tahun. Hampir 35.000 koleksi artefak dari zaman prasejarah sampai abad 20 dari berbagai penjuru dunia dipamerkan di museum ini.

Bagi UPI, hadirnya Museum Diknas UPI tak hanya salah satu kebanggaan  civitas akademika.Tetapi  juga bukti bahwa UPI berkomitmen  untuk melestarikan warisan budaya bangsa khususnya di bidang pendidikan. Melalui layanan Museum UPI dapat divisualisasikan perjalanan sejarah sistem pendidikan dari masa ke masa. Museum ini juga diharapkan mampu memberi konstribusi forcasting untuk meramal dan melakukan ikhtiar pendidikan masa depan.

Di Indonesia saat ini, tidak banyak universitas yang melengkapi layanan Tri dharma PT melalui layanan museum. Beberapa di antara museum pendidikan, yaitu Museum Pendidikan Indonesia (MPI) Universitas Negeri Jogyakarta.   

Universitas Negeri Malang yang melabeli museum pendidikan ini dengan nama Museum Pembelajaran Universitas Negeri Malang.

IPB University melengkapi layanan Tri Dharma PT dengan membuka Museum Tanah dan Pertanian. Selain itu, terdapat juga Museum Serangga IPB, yang memfokuskan pada layanan koleksi dan pelatihan  tentang biodiversitas serangga.

University Museum

Dalam catatan  sejarah, museum universitas pertama di dunia, yaitu museum hortus medicus di Pisa Itali pada tahun 1540. Museum ini lebih merupakan koleksi bahan ajar untuk mahasiswa pendidikan medis.

The Ashmolean  merupakan nama museum berkelas dunia bidang seni  Arkeologi di Oxford University di Inggris. Museum ini didirikan pada tahun 1683.

Dalam perkembangan selanjutnya. Seiring dengan perkembangan pendidikan tinggi di tiap negara. Banyak universitas di dunia yang melengkapi layanan pendidikan dan risetnya dengan membuka museum universitas. Harvard University di Cambridge Massachusset USA, sejak tahun 1859 telah membuka 3 museum yaitu  Harvard Museum of Natural History, Peabody Museum of Archeology and Ethnography, dan  Museum of   Comparative Zoology.

Di Asia, Jepang pada tahun 1966  telah membuka  The University museum  of the University of Tokyo. Museum  ini berkembang sangat cepat dan telah memberi andil dalam riset peradaban manusia pada Abad 21.

Negeri China juga telah mempelopori  museum di beberapa universitasnya. Salah satunya The Beijing Air and Space Museum sebagai salah satu layanan di Beihang University di Beijing.

Di Egypt Mesir, Cairo University  pada tahun 2008 telaah merintis pembangunan Cairo University Museum. Museum ini memberi sumbangsih dalam bentuk layanan informasi dan artefak sejak zaman peradaban Mesir seribu tahun lalu sampai peradaban Mesir saat ini.

Kaitannya dengan fungsi museum universitas, Wikipedia (2021) menulis bahwa  a university museum is repository of collections run by a university, typically founded to aid teaching and reseach  within  the institution of higher learning.  Museum universitas adalah kumpulan koleksi repositori yang dikelola universitas yang disusun mendorong sistem pembelajaran dan riset pada lembaga pendidikan tinggi.

Sedangkan ICOM UNESCO (2017) memaknakan bahwa museum is a non profit, permanent institution in the service of society and its development, open to the public, which acquires, conserves, reaches, communicate and exhibit tangible or intangible heritage of humanity and environment for the purpose of education and enjoyment. Museum adalah lembaga permanen non profit yang memberikan pelayanan kepada masyarakat dan terbuka untuk umum melalui akuisisi, konservasi, riset, komunikasi dan  ekshibisi warisan  berwujud dan tidak berwujud dari kemanusiaan dan lingkungannya untuk tujuan pendidikan, studi, dan rekreasi.

Museum Diknas UPI

Lima tahun pertama Museum UPI (2015-2020), fondasi manajemen museum telah dibangun dengan sangat baik. Museum dipimpin oleh Dr.Erlina Wiyanarti,M.Pd., salah seorang dosen senior di prodi Pendidikan Sejarah FPIPS UPI. Menurutnya, Museum UPI berfungsi sebagai lembaga yang menghadirkan karakter dan citra museum yang menopang kepentingan pendidikan, kebudayaan dan rekreasi. Museum ini juga mengubah image kuno dan antik menjadi museum sebagai tempat yang menyenangkan,interaktif, dan menggairahkan untuk belajar. Museum diarahkan menjadi pusat riset, pusat multi media, dan pusat pendidikan dalam melestarikan dan sumber informasi untuk kemajuan pendidikan Indonesia.

Kini tonggak manajemen Museum Diknas (2020) dipercayakan kepada Dosen muda potensial, Dr.Leli Yulifar, M.Pd. Seperti ditegaskan oleh Dr.Leli Yulifar,  Museum UPI tetap konsisten sebagai lembaga konservasi, edukasi dan riset tentang perkembangan pendidikan serta tempat rekreasi yang edukatif. Salah satu andalan lainnya,  menjadikan Museum diknas UPI sebagai museum yang mengembangkan   koleksi dinamis dan koleksi statis dengan berbasis Edupreneurship dan Eduwisata.

Mengutip pendapat Martin Filler, seorang penulis  (1948)  bahwa  the most basic task of any museum must be the protection of works of cultural significance entrusted to its cares for the edification and pleasure of future generation. Tugas paling mendasar dari museum dimanapun, museum harus melindungi karya penting budaya dan mempercayakan pengelolaannya  untuk pembangunan dan kebahagiaan generasi mendatang.

Tampaknya ikhtiar ini lah yang sedang diupayakan Museum Diknas UPI kini dan beberapa tahun mendatang (Dinn Wahyudin)