LUPA, APAKAH DAPAT DISEMBUHKAN?

 

NET
NET

SETIAP orang pasti pernah mengalami lupa akan sesuatu, tentang apa pun dan bagaimanapun bentuk lupa tersebut. Orang yang mengalami lupa tidak hanya merugikan diri sendiri, namun juga terkadang merugikan orang lain. Umumnya, lupa adalah penyakit klasik yang sering dialami orang tua karena proses penuaan yang mereka alami, namun sekarang ini tak jarang juga lupa dialami oleh anak muda, bahkan anak kecil sekalipun.

Banyak orang khawatir menjadi lebih pelupa saat mereka semakin tua, karena struktur dan fungsi otak kita berubah selayaknya pertambahan usia kita. Terdapat suatu istilah umum yang biasa digunakan untuk menjelaskan lupa atau pikun pada orang dewasa, yaitu dementia. Di bidang kedokteran, dementia merupakan istilah umum yang menunjuk pada kehilangan ingatan dan kemampuan intelektual lainnya yang cukup serius dan mempengaruhi kehidupan orang seseorang sehingga lebih mudah depresi dan sering tidak fokus dalam melakukan aktivitas.

Lupa, pada umumnya dianggap sebagai kondisi alamiah yang pasti terjadi menjelang tua, namun ternyata Alzheimer Association mengungkapkan bahwa lupa merupakan salah satu tanda peringatan dan gejala dari penyakit Alzheimer. Apakah Anda pernah mendengar mengenai penyakit Alzheimer? Ya, penyakit Alzheimer merupakan penyakit yang berkenaan dengan sistem syaraf pada otak dan mengalami perkembangan cukup cepat, bahkan dapat menimbulkan kematian pada penderitanya jika tidak segera ditangani.

Penyakit Alzheimer mulai dikenal pada tahun 1901 dengan pertama kali ditemukan oleh Dr. Alois Alzheimer. Penyakit ini ditandai dengan adanya kehilangan fungsi kognitif pada seseorang seperti gangguan pada ingatan dan dalam berbahasa, antara lain mulai lupa pada beberapa tempat yang biasa dikunjungi ataupun lupa menyimpan barang yang dimiliki. Selain itu, umumnya penderita penyakit Alzheimer juga sulit untuk mengingat kembali apa yang telah dia lupakan, juga sulit untuk mengikuti pembicaraan dengan orang lain. Menurut penelitian terkini, diprediksikan bahwa penyakit ini diderita oleh satu dari delapan orang yang berusia 65 tahun.

Sebenarnya penyakit ini disebabkan oleh faktor genetis, yaitu dengan adanya kelainan pada otak seseorang, berupa kelimpahan dan akumulasi dua macam struktur abnormal pada sistem syaraf di otak. Kedua struktur abnormal itu adalah adanya amyloid plaque dan kekusutan serabut syaraf (neurofibrillary tangles). Faktor genetis penyebab penyakit Alzheimer menyebabkan terjadinya ekspresi genetik yang berbeda dengan yang terjadi pada orang normal, maka dari itu, ekspresi genetik tersebut menyebabkan terjadinya akumulasi dari dua struktur tadi.

Plaques merupakan bentuk akumulasi beta-amyloid yang terjadi di luar sel syaraf. Pada orang normal, struktur amyloid yang terbentuk karena adanya protein prekursor, memang terdapat di dalam otak dalam jumlah yang seimbang antara alfa-amyloid, beta-amyloid, dan gamma-amyloid. Namun, pada penderita Alzheimer, pembentukan beta-amyloid menjadi lebih banyak dibandingkan alfa-amyloid dan gamma-amyloid, sehingga terjadi akumulasi di antara sel syaraf pada otak.

Lain halnya dengan beta-amyloid plaques, faktor akumulasi lainnya adalah adanya neurofibrillary tangles. Akumulasi struktur ini terjadi karena adanya kekusutan serabut syaraf (protein tau) di dalam sel syaraf. Hal tersebut dapat menghalangi pergerakan nutrisi dan molekul lain di dalam sel syaraf, sehingga mengganggu proses koordinasi. Kedua akumulasi struktur tersebut memblokir komunikasi antar sel dan juga mengganggu proses yang terjadi di dalam sel syaraf, sehingga umumnya menyebabkan kematian sel syaraf.

Berlatar belakang hal tersebut, akhirnya para ilmuwan menemukan salah satu cara untuk mengurangi dampak negatif dari penyakit Alzheimer, yaitu dengan melakukan terapi stem cell yang sekarang ini sedang dijadikan pengobatan alternatif selain kemoterapi. Salah satu penelitian Blurton-Jones, M., pada tahun 2014, menyebutkan bahwa dengan melakukan terapi stem cell dalam mengekspresikan neprilysin, berhasil untuk mengurangi patologi pada model organisme transgenik. Model organisme transgenik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih yang telah disisipkan gen Alzheimer, dengan alasan keadaan sel syaraf otak organisme transgenik tersebut serupa dengan keadaan sel syaraf otak manusia.

Terapi stem cell  dalam hal ini merupakan salah satu bentuk pengobatan alternatif dengan menggunakan sel syaraf punca/neural stem cell yang dimodifikasi sehingga dapat menyalurkan zat neprylisin ke sel syaraf sekitar otak untuk mengobati penyakit Alzheimer. Neprilysin adalah zat yang berupa enzim yang berperan dalam mengurangi pembentukan beta-amyloid, sehingga tidak akan terjadi akumulasi beta-amyloid pada jaringan syaraf yang dapat menjadi penyebab terjadinya penyakit Alzheimer.

Betapa mengerikan bukan penyakit Alzheimer ini? Namun, semua penyakit pasti ada obatnya, sekalipun penyakitnya hanya berupa lupa. Alangkah lebih baik jika kita mencegah penyakit ini dengan melakukan pemeriksaan sedini mungkin agar dapat langsung ditangani. (Dela, Dessy, Devi, Puspa, Shelly, Mahasiswa Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI)