Mahasiswa Harus Menjadi Pembelajar Mandiri

inagurasiBANDUNG, (PR).-

Kreativitas menjadi bauran utama sekaligus kunci sukses transformasi dari siswa SMA menjadi mahasiswa di universitas. Mahasiswa kreatif bukan hanya jadi perawi ilmu yang di sampaikan dosennya, tetapi menjadi independent learner atau pembelajar yang mandiri.

Demikin dsampaikan Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS UPI) Bandung Karim Suryadi dalam pembukaan kegiatan Kulian Umum dan Inaugurasi Mahasiswa Baru FPIPS UPI di Gegung BPU Kampus UPI Jalan Setiabudhi Bandung, Senin(5/8/2016). Kuliah umum menghadirkan pembicara praktis peyiar nasional Nurjaman Mochtar dengan tajuk “Seni Menumbuhkan Kretivites”.

Menurut Karim Suryadi, seorang pembelajar mandiri akan menjadikan midal informasi dari dosen sebagai jalan pembuka relung-relung pengetahuan baru yang sesuai dengan kebutuhan akademis dan pengembangan diri mahasiswa bersangkutan.

“Kampus menjadi laboratorium pengembangan inivasi dan kreativitas. Mindset atau pola pikir seperti ini pengting dalam memodrenisasi iklim akademik,” katanya menegaskan.

Ia mengatakan, kretivitas juga dibutuhkan lulusan dari perguruan tinggi. Hanya mereka yang sukses melakukan transformasi dari dunia aktivis menjadi insan kreatiflah yang dapat mencapai keberhasilan dalam karier ataupun jenjang kehidupan setelah kuliah.

“Bila tidak, lulusan hanya akan terkubur dalan kubangan masa lalu. Nilai yang kita perkuat adalah kompetensi ke dalam, yakni memastikan keunggulan seseorang memang di bandingkan dengan kelemahannya. Sementara yang dikembangkan keluar adalah kolaborasi. Jadi kita mendorong mahasiswa membangun jejaring dengan siapa pun, tatapi tetap kritis pada dirinya,” ucapnya.

Semanta itu, dalam paparannya, Nurjaman Mochtar menjelaskan bahwa pada kenyataannya keberhasilan dalam karier ditentukan oleh seberapa kreatif sumber daya manusia dalam mencari sosuli dari setiap maslah. “ Ini yang saya kembangkanselami menukangi beberapa stasiun televisi dari Lativi,Tv One, kemudian menyinergikan SCTV dan Indosiar dalam satu kemudi,” ujarnay.

Nurjaman yang berasal dari Bandung menjelaskan kreativitas dan inovasi muncul ketika harus menyiasati biaya siaran langsung yang sangan tinggi. “Kalau harus nyewa satelit, biaya siaran langsung bisa Rp 7 juta pertujuh menit. Jadi, kalau satu jam bisa mencapai Rp 2 miliar.kita memutar otak dan kemudian dengan kreativitas bisa menyiasati dengan membeli software dari Jepang. Dengan siasat demikian biaya yang tadinya Rp 2 miliar menjadi hanya Rp 10 juta persiaran langsung,” tutur Nurjaman.

Ia menyimpulkan bahwa jiwa kreatif adalah mampu berpikir berbeda dibangingkan denga orang lain (out of the box). “Artinya, kita memang harus berani berbeda agar kreatif. Dengan bersikap kreatif, peluang dari yang tadinya nol bis amenjadi tidak terhingga,” katanya. (Erwin Kustiman)