Mahasiswa IPAI Raih Juara 3 Lomba Artikel Tingkat Nasional

Bandung, UPI1

Mahasiswa Semester 6 Departemen Ilmu Pendidikan Agama Islam, FPIPS, Universitas Pendidikan Indonesia, Muhammad Irfan, berprestasi di bidang karya tulis berbentuk artikel. Pemuda asli Tasikmalaya ini menyabet juara 3 pada lomba artikel yang diselenggarakan Generasi Mahasiswa Ilmiah (Gemail) UMN Al-Washliyah Medan.

Juara 1 dan 2 masing-masing diraih Sri Oktapiani dari Universitas Negeri Medan dan Navia Fathona Handayani dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Lomba ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Guru pada 25 November 2014 lalu. Lomba ini diikuti sebanyak 38 peserta dari berbagai kampus swasta maupun negeri di pulau Jawa dan Sumatra. Beberapa di antaranya USU, Unimed, UMN Al-Washliyah, UPI, UNY, Unnes dan lainnya.

Tema lomba artikel ini adalah “Peran Guru dalam Membentuk Karakter Bangsa” dengan tenggat waktu pengiriman karya hingga tanggal 21 Desember 2014. Dia pun sebenarnya belum menyelesaikan artikelnya di hari terakhir pengiriman karya. Ketika itu, tinggal beberapa jam lagi penerimaan artikel ditutup. Akhirnya artikel itu selesai juga dan siap untuk dikirimkan ke email panitia.

Irfan mengawali keikutsertaannya dalam berbagai lomba menulis sejak bergabung dengan UKM Kepenulisan Islam Al-Qolam UPI. Dia memulai menulis cerpen sebagai syarat untuk bergabung dengan UKM tersebut. Pada mulanya memang dirasakan kesulitan dalam menulis. Namun, lama kelamaan dengan berbagai macam kegagalan yang dialaminya ketika mengikuti lomba akhirnya kini ia bisa memetik hasil dari perjalanannya menulis itu.

Menulis menjadi semacam candu yang memaksanya untuk terus berkata-kata dengan berbagai macam bentuk tulisan. Untuk saat ini Irfan belum memokuskan jenis tulisan mana yang akan dia dalami. Segala bentuk tulisan dari mulai esai, artikel, sajak, puisi, cerpen, novel hingga karya tulis ilmiah dan karya tulis Alquran lahap ia baca.

“Kita pernah tahu di lomba menulis mana kita akan keluar jadi juara. Tugas kita hanya menulis dan terus menulis. Menjadi juara adalah efek dari ketekunan, kesabaran dan kesungguhan dalam menulis. Bahkan sebenarnya dari berbagai kegagalan yang kita lalui untuk meraih juara kita bisa belajar menjadi lebih baik lagi. Kalau kata Pramoedya Ananta Toer, Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian,” ujar mahasiswa yang pada akhir September 2014 lalu mengikuti Pelatihan Pemimpin Bangsa di UGM ini.

Kedepan diharapkan, mahasiswa UPI bisa membaca peluang positif dari proses tulis menulis ini. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari aktivitas menulis, salah satunya karya kita bisa terus menginspirasi meskipun kita sudah tiada. Selain itu, kita sebagai mahasiswa yang memerlukan banyak suntikan dana untuk keperluan kuliah sebenarnya bisa mengandalkan proses menulis sebagai alternatif pemasukan dana. Banyak sekali lomba menulis seperti lomba artikel, esai, puisi dan karya tulis ilmiah yang hadiahnya sangat menggiurkan. Mengirimkan tulisan kita ke media cetak pun patut dicoba.

Namun, semua itu jangan dijadikan tujuan utama kita dalam menulis. Menulislah karena menyebarkan pemikiran yang baik adalah tugas kita, terlebih kita berkutat di dunia intelektual. Kita memiliki tugas lebih dibandingkan orang yang tidak beruntung mengecap manisnya bangku perkuliahan. Menulis menjadi sarana yang sangat efektif untuk mempengaruhi banyak orang ke arah lebih baik melalui rajutan kata-kata yang susun. (Ilmy, Ketua Biro Media BEM Hima IPAI UPI)