Mahasiswa KKN UPI Bisa Bantu Salurkan Dana Dasa

01Bandung, UPI

Pemerintah desa setiap tahun rata-rata mengelola anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes) sekitar Rp 2 miliar. Padahal tahun-tahun sebelumnya, desa hanya mengelola anggaran sekitar Rp 200 juta hingga Rp 300 juta. Tahun-tahun berikutnya, tidak mustahil, APBDes dapat mencapai Rp 8 miliar hingga Rp 10 miliar pertahun. Dana sebesar itu harus dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat desa setempat.

“Maka kehadiran mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang melakukan kuliah kerja nyata sangat relevan, karena dapat membantu pemerintah desa menyalurkan dana sesuai peruntukannya, sehingga tujuan menyejahterajan rakyat cepat diwujudkan,” kata Wakil Bupati Bandung Barat Drs. H. Yayat T. Soemitra dalam diskusi membahas hasil KKN Tematik UPI 2016 di Aula Gedung D, Perkantoran KBB Jln. Padalarang-Cisarua Km2 Desa Mekarsari, Kecamatan Ngamprah, Bandung Barat, Kamis (8/4/2016).

Hadir dalam seminar tersebut seratusan mahasiswa UPI yang melakukan KKN di lima kecamatan, yaitu Kecamatan Lembang, Kecamatan Parongpong, Kecamatan Padalarang, dan Kecamatan Cipongkor, dan Kecamatan Cisarua. Seminar juga dihadiri para dosen pembimbing di masing-masing kecamatan.02

Wakil Bupati Bandung Barat yang lulusan Pendidikan Luar Sekolah UPI ini mengungkapkan, pada awal turun,  dana desa biasanya digunakan untuk membangun infrastruktur, sehingga memudahkan masyarakat bergerak untuk meningkatkan taraf ekonomi mereka. Namun pada umumnya dana desa tersebut sebanyak 70% atau lebih dibelanjakan di luar desa, bahkan di luar provinsi.

“Agar mobilitas masyarakat semakin tinggi, pemerintah desa biasanya membangun jalan. Agar jalan bagus, mereka membenton jalan desa tersebut. Maka, dana desa sebagian besar digunakan untuk membeli semen dari luar desa, bahkan ada yang membeli dari luar provinsi. Dengan demikian, masyarakat desa tersebut tidak kebagian rezeki dari dana desa itu,” ujar Yayat Soemitra.

Padahal, pemerintah desa bisa membangun jalan dengan teknologi lokal, misalnya menggunakan paving block, ujar Yayat Soemitra. Sebab, paving block tidak memerlukan teknologi tinggi dan tidak perlu membeli dari desa lain atau daerah lain. Dengan menggunakan teknologi lokal, maka dana desa beredar tetap di desa tersebut dan banyak pengusaha lokal yang bisa meraih keuntungan.03

Yayat Soemitra gembira dengan masih diberlakukannya KKN, sehingga mahasiswa dapat terjun langsung ke masyarakat guna melakukan pengabdian kepada masyarakat. Apalagi, UPI sampai saat ini mempertahankan jati diri sebagai universitas pendidikan. Dengan demikian, UPI dapat mengabdikan diri kepada masyarakat di bidang pendidikan.

“Sebab, di dunia ini tidak satu pun negara maju yang mencapai puncak peradaban tanpa pendidikan. Hanya dengan pendidikanlah suatu negara dapat maju. Dan tidak satu negara pun yang pendidikannya maju tanpa didukung oleh guru yang bermutu. Maka, kehadiran mahasiswa UPI sangat signifikan dapat memajukan bangsa Indonesia, khususnya di Kabupaten Bandung Barat,” kata Yayat Soemitra. (Wakhudin/UPI)04