Manajemen Resort & Leisure UPI Dukung Program Accessible Tourism Unwto

mrl-1

Bandung, UPI

Mahasiswa Manajemen Resort & Leisure merayakan Hari Pariwisata Dunia dengan melakukan beberapa kegiatan yaitu World Day Tourism in Campus, World Day Tourism Campaign at Car Free Day Dago, dan Recreation Without Limitation With Disabilitas People.

Tema dari hari Pariwisata Dunia tahun ini adalah “Tourism for All – Promoting Universal Accessibility” yang memiliki arti bahwa Pariwisata untuk semua orang kalangan, dari miskin sampai yang terkaya dan dari manusia yang memiliki tubuh sempurna maupun mereka yang memiliki kebutuhan khusus, seperti kaum disabilitas.

Rangkaian kegiatan diawali dengan penyelenggaraan World Day Tourism in Campus yang dilaksanakan pada tanggal 27 September 2016 di lobby depan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) UPI. Kegiatan yang di pelopori oleh BEM-KM MRL itu mengajak para mahasiswa untuk ikut merayakan hari pariwisata Dunia dengan membuka Photobooth dan membagikan stiker secara gratis. Tujuan utamanya adalah untuk membuat euphoria mengenai hari pariwisata dunia di lingkungan kampus.

Selanjutnya yaitu World Day Tourism Campaign di sekitaran Car Free Day Dago, Minggu, 2 Oktober 2016. Car free day itu sendiri adalah Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) bertujuan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat untuk menurunkan ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor atau bermobil. Kegiatan yang dilakukan adalah membagikan stiker dengan tulisan yang berisikan bahwa pariwasata diperuntukan untuk semua kalangan, dan menyediakan sebuah photo booth untuk mengabadikan kegiatan world tourism day. Dari sekitar 90 orang yang berpartisipasi respon yang diterima cukup memuaskan dan mereka merasa senang telah membantu menyukseskan acara ini.

Kegiatan selanjutnya adalah Recreation Without Limitation With Disabilitas People. Seperti yang kita ketahui bahwa manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang hidupnya tidak mungkin berdiri sendiri dan pasti memerlukan orang lain untuk bisa tetap hidup. Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Salah satunya adalah oleh Upanisad yang mengatakan bahwa “Manusia adalah perpaduan dari beberapa unsur, seperti jiwa, roh, fisik, dan pikiran”. Pengertian tersebut mendeskripsikan manusia secara general. Namun apabila dilihat lebih terperinci lagi, tidak semua manusia di dunia ini memiliki fisik yang sempurna. Dalam arti lain, mereka memiliki kekurangan dari manusia pada umumnya. Contohnya seperti penderita keterbatasan dalam penglihatan atau biasa disebut dengan tunanetra.

mrl-4

Pariwisata sebagai salah satu industri yang ada di dunia, memiliki sebuah kode etik yang mana kode etik tersebut berlaku secara global dan biasa disebut dengan Global Code of Ethics for Tourism. Dengan adanya kode etik tersebut, industri pariwisata mencoba untuk mengerti kondisi akan kebutuhan manusia dan lebih bersifat kemanusiaan. Salah satu kode etik yang berhubungan erat dengan keadaan sosial tersebut adalah kode etik poin pertama yang berbunyi:

“Tourism’s contribution to mutual understanding and respect between peoples and societies” yang artinya “Kontribusi pariwisata untuk membangun saling pengertian dan saling menghormati antar manusia dan masyarakat”.

Dengan keterbatasan fisik yang diderita oleh penyandang tunanetra, otomatis mereka pun terbatas dalam melakukan kegiatan keseharian mereka. Dan tentunya ketika mereka ingin merasakan Leisure Time mereka (seperti berekreasi, piknik, serta kegiatan lain diluar aktivitas kesehariannya), mereka pun akan memiliki keterbatasan. Dengan adanya kode etik ini, pariwisata sadar betul akan kebutuhan setiap orang untuk berekreasi tanpa batasan .

Seperti yang telah dilakukan oleh Program Studi Manajemen Resort dan Leisure pada hari Selasa, 1 November 2016. Melibatkan Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna, kami mencoba menerapkan dan mengimplementasikan kode etik pariwisata poin pertama yang telah disebutkan diatas. Dengan tema Enjoying Leisure and Recreation without Limitation, kami melakukan berbagai macam kegiatan yang bisa dinikmati oleh semua kalangan tanpa batasan.

Diwali dengan sambutan dari salah satu pengurus Yayasan Wyata Guna yang dilanjutkan oleh Prof. Darsiharjo dan di tutup oleh ketua Program Studi, Fitri Rahmafitria M.Si. Kegiatan pun dilanjutkan dengan bermain bersama anak-anak dari Wyata Guna. Ada beberapa kegiatan yang diselenggarakan, yaitu seperti berikut: Pertama yaitu kegitan yang bernama “temukan aku”. Permainan tersebut cukup mudah. Peserta dari Wyata Guna, beberapa panitia pelaksana, serta beberapa dosen dikumpulkan dan kemudian dibagi kedalam beberapa kelompok yang mana kelompok tersebut dinamai dengan nama-nama hewan seperti Kucing, Sapi, Bebek, Domba, dan Toke. Satu kelompok terdiri dari 7-8 orang. Lalu, anggota dari masing-masing kelompok tersebut disebar secara terpisah dan mereka harus menemukan temannya kembali dengan syarat hanya memanggil temannya menggunakan suara binatang yang telah ditentukan berdasarkan kelompok dan dalam waktu yang telah ditentukan. Kelompok yang menang yaitu kelompok yang mampu mengumpulkan anggotanya secara lengkap.

Esensi dari permainan tersebut adalah melatih kekompakan dan ketajaman indra pendengaran. Mengingat, yang mengeluarkan suara tidak hanya anggota dari satu kelompok, melainkan dari semua kelompok yang ada.

mrl-5

Lalu permainan dilanjutkan dengan nama “tebak aku”. Di dalam permainan ini, peserta dibagi kedalam beberapa kelompok yang mana didalam satu kelompok terdiri dari 4 orang. Cara bermainnya yaitu, peserta pertama memegang bentuk dari buah yang diberikan oleh panitia dalam keadaan mata tertutup. Peserta pertama memberikan clue kepada peserta kedua dan tidak boleh memberitahu secara langsung nama buahnya. Lalu peserta kedua (masih dalam keadaan mata tertutup) mencicipi buah yang diberikan oleh panitia. Sama seperti peserta pertama, peserta kedua melakukan hal yang sama pada peserta ketiga. Dan peserta ketigalah yang harus menjawab clue yang diberikan oleh peserta kedua. Dan peserta yang keempat harus membuat sebuah karya seperti membuat lagu atau puisi dengan tema buah yang ditebak.

Esensi dari permainan ini yaitu mengembangkan kemampuan indra peraba, dan pengecap. Serta mengembangkan kreativitas dalam membuat sebuah karya secara spontan. Selain itu juga tetap mengembangkan kemampuan otak dalam menerima informasi.

Lalu terakhir terdapat permainan tebak lagu. Caranya cukup mudah. Peserta dibagi lagi menjadi 2 kelompok besar dan di satu kelompok diberikan semacam benda bekas berupa double tip. Lalu lagu di putarkan dan benda bekas tersebut harus diestafetkan ke temannya. Ketika lagu berhenti, maka benda harus berhenti diestafetkan. Dan orang yang menerima benda tersebut harus menebak lagu dan melanjutkan liriknya. Esensinya lebih kepada melatih konsentrasi dan fokus.

mrl-3

Tujuan dari kegiatan yang dilakukanoleh program studi Manajemen Resort dan Leisure adalah untuk memberikan layanan rekreasi kepada orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik agar mereka tetap mampu menikmati rekreasi tanpa adanya batasan. Esensi dari semua permainan yang diberikan oleh panitia kepada anak-anak Wyata Guna yaitu esensi yang memberikan manfaat dan yang pasti esensi yang positif. (DN)