Mau Berkelanjutan? Lestarikan Sistem Pertanian dan Pangan Lokal

GIAHS

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) melaksanakan kegiatan Efektivitas Penanggulangan Kemiskinan dan Kebijakan Model Pengelolaan Sumber Daya Alama Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Globally Important Agricultural Heritage Systems (GIAHS) di Prama Sanur Beach Hotel, Sanur, Bali pada 20 – 21 November 2014.

Dr.Ir. Pamuji Lestari, M.Sc Asisten Deputi Urusan Pemberdayaan Masyarakat Kementrian Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dalam kegiatan tersebut menyampaikan bahwa perlu adanya pemahaman dari bangsa ini akan keragaman pusaka sebagai aset bangsa berbasis sumberdaya alam.  Bangsa ini memiliki kekayaan sangat luar biasa dari 500 suku yang berbeda dengan tradisi, budaya dan seni, adanya indikator kekayaan alam yang sangat tinggi nilainya itu namun menurutnya belom dikelola dengan baik. Pusaka harus menjadi tujuan pembangunan dengan memberdayakan masyarakat dari infrastruktur sosial dan budaya mereka sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan berusaha meningkatkan peran daerah dalam memberdayakan masyarakatnya. Sudah saatnya untuk mengembangkan aset pusaka yang dimiliki komunitas bangsa sebagai hasil adaptasi dalam perkembangan pembangunan yang meningkat. Terutama yang paham akan pentingnya pelestarian aspek pertanian, yang memperhatikan aspek kehutanan dan kearifan lokal.  Dibutuhkan pembudidayaan kearifan lokal memperhatikan sistem warisan pertanian dan pangan yang berkontribusi dalam  mempercepat pemberdayaan bangsa. Hal ini sesuai dengan adanya target kedaulatan pangan dalam pertanian, peternakan. Diharapkan dengan mengaktualisasikan kembali kearifan lokal, dan memperteguh, dan melakukan restorasi soial, serta insentif khusus dalam memperkenalkan kearifan lokal dalam bertani dan adidaya pangan, akan dapat mengentaskan kelaparan target MDG.  Dibutuhkan adanya peningkatan pemahaman dari stakeholder terkait melalui pemetaan potensi dasar di pertanian herbal di Kulonprogo Yogyakarta, Desa Bugbug di Bali, dan dua potensi lainnya di Kalimantan Timur dan Sulawesi Tenggara dapat dicapai dalam melestarikan budi daya sistem pertanian dan pangan  yang dapat dikenal dunia internasional.

Ageng Heriyanto, perwakilan dari  Food and Agriculture Organisation (FAO) Indonesia menyatakan pula bahwa ketahanan pangan perlu disikapi secara optimal dan berkelanjutan. Ada aspek yang penting bagaimana partisipasi masyarakat yang telah memiliki local wisdom dapat memperkuat sumber daya alam agar  mampu menyediakan pangan dimasa depan dengan melibatkan seluruh stakeholdernya. FAO percaya akan adanya potensi-potensi lain yang dimiliki bangsa indonesia untuk dikelola secara berkelanjutan, dan perlu mendapat perhatian dari bangsa ini secara penuh agar dapat menjadi warisan dunia. Warisan dunia ini diharapkan bisa dinikmati generasi saat ini, dan diwariskan ke generasi mendatang yang memperhatikan keberlanjutannya.

Mary Jane dela Cruz, perwakilan Sekretariat GIAHS FAO di Roma, Italia menyampaikan pula tentang mengapa ia melakukan tinjauan inisiatif tentang Globally Important Agriculture Heritage System (GIAHS).  Pada dasarnya ia mendorong seluruh bangsa khususnya di Indonesia untuk melakukan strategi, dan mulai melakukan langkah ke depan dalam memilih adanya sistem  ketahanan pangan rumah tangga berdasarkan keragaman, dan kedaulatan sistem pangan berdasarkan keragaman budaya dari agri/pertanian-budaya yang merupakan produk  jasa.  Diharapkan melalui paparannya akan munculnya pemahaman, dan kesadaran publik dalam memberikan pengakuan serta dukungan nasional, dan internasional untuk menjaga sistem pertaniannya sendiri.  Tentunya upaya ini akan menguji coba model yang inovatif untuk dapat melibatkan masyarakat pemerintah lokal, dan nasional dalam manajemen adaptif dalam mengelola keaneragaman hayati pertanian dan keaneragaman hayatinya sendiri. Pada dasarnya Giahs adalah tindakan konservasi melalui pemanfaatan potensi lokal dengan melakukan penguatan sistem manajemen manusia serta budaya yang mendukung keberlanjutan dan meningkatkan ketahanan pangan dan penghidupan masyarakat itu sendiri. Sudah saatnya membujuk petani agar tetap bertani, dan membuat mereka sadar akan potensi mereka sendiri. Bangsa Indonesia patut membuat mereka bangga menjadi seorang dengan memberi pengakuan, dan mendapatkan manfaat, serta perhatian bantuan teknis yang berujung akan mensejahteraka mereka.

Ia mengakui memang terdapat beragam ancaman dengan dilakukannya GIAHS yaitu di banyak negara belum diperoleh adanya keberlangsungan sistem pertanian karena pendapatan ekonomi yang rendah, adanya pasar global yang emiliki trend hanya membeli barang.  Tentunya hal ini membutuhkan adanya kemampuan berinovasi untuk merevitalisasi praktiknya, sehingga sistem yang ada dapat terus berfungsi.  Selain itu pun perlu ada cara aksi dan perangkat pendukung pelibatan dan advokasi, lalu dilakukan pemetaan kebijakan nasional dengan proses perencanaan aksi dan ketepatan waktu.  Jelas hal ini membutuhkan penyusunan prioritas berdasarkan pendekatan jalur ganda jangka pendek dan jangka panjang.

Saat ini FAO membuat program untuk mengidentifikasi lanskap yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati, yang dihasilkan dari mengadaptasi komunitas manusia dengan lingkungan sekitarnya. Daerah ini harus ditandai dengan pemeliharaan lanskap yang luar biasa estetika, budaya dan sejarahnya, berkat adanya kelangsungan teknik pertanian tradisional. Proyek ini tidak hanya bertujuan untuk melindungi lanskap dan teknik manajemen dari jenis pertanian  tradisional, akan tetapi juga untuk menerapkan prinsip-prinsip konservasi yang dinamis, yang berarti mengambil keuntungan dari teknik tersebut untuk pembangunan berkelanjutan dari area yang dipilih, dengan manfaat langsung dan tidak langsung untuk populasi, membuat maka lanskap tradisional merupakan mesin untuk pengembangan daerah pedesaan ini.  Saat ini sudah terdapat 31 situs GIAHS di 13 negara diantaranya adalah pertanian chiloe di Chili, pertanian Andean Peru, Sistem Gout di Aljeria, Sistem Oase di Moroko, taman jeruk di Italia dan lainnya.

Tentunya terdapat kriteria pemilihan GIAHS, yang merupakan totalitas fungsi, barang dan jasa yang disediakan oleh sistem. Kriteria ini adalah sebagai berikut:

1. Adanya keamanan Pangan dan mata pencaharian

2. Adanya keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistem

3. Adanya adaptasi sistem pengetahuan dan teknologi

4. Adanya sistem nilai budaya pertanian dan organisasi sosial

5. Lanskap yang luar biasa, memiliki fitur pengelolaan lahan dan sumber daya air

Potensi GIAHS Indonesia Mampukah Relevan Sejarah dan Kontemporernya?

Penulis pun berupaya mengkaji apakah Indonesia memiliki situs  dengan indikator dapat memaksimalkan ekonomi, sosial, mata pencaharian dan manfaat lingkungan. Kedua  apakah terdapat kohesi sosial dan ekspresi budaya. Ketiga memiliki sumber daya wakaf dan sistem pengetahuan.  Keempat memiliki keragaman sosial dan budaya.  Situs itu menyediakan barang publik  dan warisan yang diperlukan secara global memiliki nilai ekonomi.  Kelima terdapat pengetahuan tradisional yang menjaga pengetahuan yang tak ternilai dan teknologi tentang lanskap, sumber daya genetik, budaya manusia, dan organisasi sosial dan lembaganya.  Keenam memiliki keteraitan dengan tanah dimana dalam kehidupan sehari-hari memiliki nilai-nilai asosiatif lanskap dan agro-ekosistem bagi masyarakat kelangsungan hidup kolektif dan individu dan mata pencaharian, identitas mereka dan spiritual, agama, kehidupan filosofis dan ekspresi artistik daripadanya.

Terakhir terdapat relevansi dengan sejarah dimana ada kontribusi pertanian sistem / situs untuk domestikasi dan pengembangan keanekaragaman hayati pertanian, dengan adanya penciptaan lanskap yang berharga, yang dapat mengembangkan pengetahuan pertanian dan teknologi dari generasi ke generasi, dan berkontribusi terhadap pembangunan manusia, sosial dan budaya pada umumnya. Selain itu, relevansi sejarah ditentukan oleh apakah sistem / situs tetap berkelanjutan dan telah menunjukkan ketahanan dalam menghadapi perubahan lingkungan dan sosial ekonomi dari waktu ke waktu.  Bila menyimak apakah potensi GIAHS memiliki relevansi kontemporernya, maka perlu melihat apakah situs di Indonesia yang didirikan sekarang dan masa depan memiliki kapasitas untuk menyediakan makanan dan keamanan mata pencaharian, untuk berkontribusi kesejahteraan manusia dan kualitas hidupnya.  Terutama untuk menghasilkan barang-barang lokal, nasional dan global lainnya secara ekonomi dan lingkungan, serta memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Partisipasi Universitas Pendidikan Indonesia pun diperlukan dalam sinergitas stakeholder yang berupaya melestarikan sistem pertanian dan pangan berbahan baku lokal di Indonesia .  Terutama dalam menginventori dan melakukan kajian akademik dalam pengajuan Desa Bugbug di Karangasem Bali, Kulonprogo Yogyakarta dan di Kalimantan Timur, Selawesi Selatan, Desa Cirendeu di Jawa Barat dan lainnya agar dapat keberlanjutannya sebagai GIAHS yang dapat menyokong kehidupannya secara mandiri sebagai masyarakat yang sejahtera dan dapat dikenal oleh mancanegara (Dewi Turgarini).