Melalui JIN-ESD Diharapkan Tumbuh Kepedulian Terhadap Pelestarian Lingkungan Hidup

jin 4

Bandung, UPI

Universitas Pendidikan Indonesia bersama Shizuoka University dan Kitakyushu University, Jepang telah mendeklarasikan Japan Indonesia Network (JIN) dan menyelenggarakan “The First Japan Indonesia Network Conference” yang bertemakan International Conference Educational Technology for Implementation of Education for Sustainable Development (ICETIESD). Kamis – Jumat, 17-18 Maret 2016 di Auditorium JICA Kampus UPI Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.

Penyelenggaraan konferensi internasional ini bertujuan untuk ; (1) melakukan sharing berbagai pemikiran terbarukan tentang bagaimana memanfaatkan ESD di sekolah-sekolah;(2) sharing sejumlah best practices tentang ESD di sekolah-sekolah; (3) Memformulasikan sejumlah model dan pendekatan sistem dalam pelaksanaan ESD di sekolah sekolah; (4) mendiskusikan sejumlah alternative penerapan-penerapan dari Teknologi Pendidikan untuk ESD di sekolah-sekolah; (5) bagaimana kurikulum pendidikan lingkungan hidup di Indonesia respek terhadap ESD; (6) menilai keberhasilan-keberhasilan dari pendidikan lingkungan hidup di Indonesia selama ini sebagai bentuk dari penerapan ESD; dan (7) merumuskan sejumlah alternative masukan-masukan tentang ESD bagi pemerintah Indonesia.

Penggagas Japan Indonesia Network, Prof. Mohammad Ali mengatakan bahwa dalam konferensi tersebut dipaparkan sejumlah makalah yang membahas tentang keberhasilan-keberhasilan ESD di sejumlah universitas dari Jepang. Sudah barang tentu keberhasilan-keberhasilan tersebut telah dapat dinikmati oleh masyarakat luas sehingga ESD di Jepang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari.

“Demikian halnya diharapkan mampu direncanakan dan dikelola implementasinya oleh UPI dalam penerapan ESD tersebut mulai dari lingkungan keluarga, persekolahan, masyarakat lebih luas bahkan pemerintahan serta pihak industry,” kata Prof. Mohammad Ali.

Melalui konferensi tersebut, diharapkan kerjasama penelitian dan sejumlah program kegiatan seperti konferensi ICETIESD ini telah dipayungi oleh MoU antara UPI dengan kedua universitas ternama dari Jepang yaitu Shizuoka University diwakili oleh Prof. Osamu Umezawa, Kitakyushu university diwakili oleh Prof. Toru Matsumoto, Prof. Yayoi Kodama dan Prof. Hiroyuki Miyake, Dalam konferensi tersebut hadir juga pemateri dari UGM yaitu Dr. Pujiastuti yang menawarkan konsep “The Young Training of ESD” .

Dikatakan Prof. Mohammad Ali ,banyak sekali Lesson Learnt dari konferensi ini diharapkan mampu memberikan pembelajaran yang berharga bagi seluruh civitas akademika UPI dan umumnya masyarakat Bandung dan Indonesia, khususnya yang berhubungan dengan sejumlah isu-isu hangat yang sangat dibutuhkan dewasa ini tak terkecuali bagi para pemangku kepentingan di wilayah Bandung yang sedang dilanda banjir.

Konferensi tersebut hadiri oleh sejumlah peserta yang terdiri atas perwakilan dari mahasiswa Pascasarjana UPI, Para Dosen PLH dan Kurikulum Teknologi Pendidikan, para Guru Mata Pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dari berbagai wilayah, serta unsur Pemerintah daerah Kota Bandung dan Provinsi Jawa Barat bahkan para praktisi, organisasi masyarakat, industry, dan profesi di bidang PLH.

jin 2

UPI melalui Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan selama ini cukup aktif dalam mengkaji sejumlah pengalaman belajar dari negara-negara maju seperti dari negara Jepang baik melalui penelitian bersama, diskusi dan bahkan belajar langsung ke negara “Sakura” tersebut. Sebagai dampak dari sejumlah program tersebut maka kajian terhadap kurikulum PLH dan bagaimana peran dari Teknologi Pendidikan mampu mengoptimalkan capaian-capaian pembelajaran pada diri peserta didik. Demikian juga dengan aspek kepemimpinan, manajerial kepala sekolah dan para guru dalam menerapkan PLH di sekitar lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat luas dimanapun mereka berada.

Ada sejumlah best practices tentang ESD dalam konteks PLH yang dipaparkan dalam konferensi tersebut khususnya dari hasil penelitian Kota Bandung, Shizuoka dan Kitakyusuhu oleh Prof. Mohammad Ali, Dr. Deni Darmawan, M.Si, dan Dr. Asep Herry Hernawan, M.Pd (2015). Sejumlah temuan penelitian tersebut mencakup, bagaimana ESD dapat dilakukan oleh individu-individu di lingkungan sekolah, masyarakat dan keluarga bahkan pemerintah. Melalui pemahaman terhadap makna dari ESD tersebut maka diharpakan akan muncul sikap kepedulian individu-individu tersebut dalam melakukan penanganan sejumlah pencemaran lingkungan, seperti akibat industri, pasar tradisional, transportasi, pencemaran dari konsentrasi massa, stasion, rumah sakit, demikian juga dengan pencemaran akibat aktivitas rumah tangga. Dari paparan hasil risetnya Prof. Mohammad Ali, dkk (2015) menjelaskan juga bagaimana sekolah, masyarakat dan keluarga, bahkan pemerintah di wilayah Indonesia ini mampu untuk berperilaku efektif dalam hal mencegah pencemaran lingkungan melalui kajian terhadap PLH dan ESD di persekolahan.

Secara praktis dari hasil yang dipaparkan dalam konferensi terebut cukup banyak pokok-pokok pemikiran terbarukan dalam hal penanaman jiwa kelestarian lingkungan yang hendaknya mampu dimiliki oleh setiap orang, khususnya dalam kemampuannya untuk memanfaatkan lingkungan secara bijak. Sebagai bentuk kongkritnya bisa diwujudkan melalui pemanfaatan ruang dimana kita hidup dan berada sehari-hari, pemanfaatan persediaan air dan bahkan jika dikaitkan dengan teknologi Jepang saat ini dimungkinkan masyarakat kita mampu memanfaatkan sampah dan limbah menjadi barang-barang bernilai ekonomi tinggi.

Ditegaskan Prof. Mohammad Ali bahwa selama tim peneliti berada di sekitar masyarakat dekat Shizuoka University, dan Kitakyusuhu Jepang terlihat hampir tidak ada sampah yang dibiarkan begitu saja. Masyarakat Jepang mulai dari sekolah, guru, kepala sekolah bahkan dosen dan peneliti serta organisasi masyarakat yang ada di sana secara bersama-sama memikirkan dan mendaur ulang sampah menjadi barang-barang yang bernilai ekonomi tinggi dan dimanfaatkan lebih lanjut oleh masyarakatnya bahkan mendunia. Inilah yang diharapkan bahwa pengalaman berharga ini dapat diterapkan pada masyarakat, sekolah, keluarga sehingga bangsa ini tidak akan menderita penyakit, banjir dan longsor karena kehadiran sampah.

Lebih lanjut dijelaskan Prof. Muhammad Ali manakala lingkungan kita sudah bebas dari sampah mungkin saja langkah yang pasti dapat dilakukan melalui penanaman nilai-nilai ESD sebagai bentuk pengejawantahan dari program PLH, sehingga masyarakat kita mampu membangun dan memiliki budaya melestarikan lingkungan yang optimal. Ada sejumlah pemikiran sederhana dan harapan akan terwujudnya budaya positif dari ESD ini diantaranya, dikemudian hari seluruh individu, masyarakat, keluarga, sekolah dan pemerintah, terbiasa membuang sampah pada tempatnya. Lebih hebat lagi jika masyarakat Indonesia mampu membuang sampah dengan terlebih dahulu memilah-milah jenis sampah padat, basah, kering, plastik, cairan dan sejumlah kondisi sampah lainnya sehingga jika pemerintah memiliki program pendaurulangan sampah akan terbantu.

“Walaupun hal ini sangat sederhana namun jika masyarakat kita semua respek dan reflek memiliki sikap seperti ini maka lingkungan yang asri dan sehat dapat dimanfaatkan untuk aktivitas lainnya yang menguntungkan seperti berolahraga, bermain, dan melakukan aktivitas produktif lainnya. Sebagai contoh di lingkungan terbuka yang nyaman dan terbebas dari sampah dapat dijadikan sebagai lingkungan belajar dan tempat belajar terbuka untuk masyarakat sekitar,” tambahnya.

jin 3

Sementara itu menurut Ketua Pelaksana Konferensi Internasional ICETIESD, Dr. Rudi Susilana, M.Si mengatakan bahwa jika dikaitkan dengan kondisi alam dan musibah yang dialami oleh sebagian besar wilayah Bandung Selatan yang sedang terendam banjir maka hasil dari konferensi ini akan dapat memberikan solusi untuk pemerintah daerah tentang bagaimana mencegah banjir tahunan tersebut sehingga bisa dihentikan.

“Inilah yang menjadi salah satu target dari program ESD sebagai bentuk dari wujud nyata semua elemen masyarakat Indonesia melalui aplikasi dari Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang dimiliki oleh UPI mampu merintis dengan JIN-nya dalam bentuk konferensi ESD,” ujar Dr. Rudi Susilana, M.Si.

Ia berharap konferensi ini mendapat respon positif dari Pemerintah Kota Bandung dan umumnya Pemerintah Indonesia sehingga kita dapat mewariskan lingkungan yang asri untuk anak cucu bangsa ini di masa yang akan datang. (Deni Darmawan)