Menanggulangi Bom Waktu Pengangguran

Laporan DODI ANGGA NUGRAHA dari Korea Selatan

PENGANGGURAN merupakan sebuah bom waktu bagi setiap negara, baik itu negara berkembang maupun negara maju. Industri kreatif yang dikembangkan oleh perguruan tinggi digadang-gadang sebagai solusi tepat untuk membangkitkan ekonomi kerakyatan yang berbasiskan kearifan lokal yang mampu menyerap tenaga kerja cukup besar.

“Pemerintah pusat dan daerah telah menyadari adanya potensi besar tersebut. Pemerintah memang sudah seharusnya menggandeng perguruan tinggi untuk melaksanakan program pengembangan industri kreatif yang diinkubasi di PT, yang sejatinya memiliki potensi sumber daya manusia yang memungkinkan tumbuhnya pemikiran-pemikiran kreatif dan membangun,” ujar Dr. Leli Yulifar saat mengikuti 2014 UNESCO-WTA International Training Workshop di Daejeon, Korea Selatan.

Dr. Leli mengatakan, mahasiswa adalah agen perubahan, sebagian besar dari mereka telah menyadari bahwa statusnya sebagai mahasiswa dituntut untuk memiliki pola pikir kreatif guna membawa perubahan nasib bangsa juga bagi dirinya sendiri. Mereka harus berpikir untuk menjadi seorang inventor, orang yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan bukan lagi sebagai pencari kerja. Tenaga edukatif atau dosen juga memiliki peran penting dan strategis untuk menyokong aktifitas mahasiswa dalam hal kreatifitas. Dosen harus cermat dalam melihat potensi dan peluang yang dimiliki oleh para mahasiswanya.CIMG1170

“Namun perlu diketahui bahwa di beberapa daerah yang memiliki potensi kreatif tinggi, perkembangan ekonomi kerakyatan dan ekonomi kreatifnya  belum menyentuh kegiatan ekonomi yang berbasis pengetahuan, juga sebaliknya para pemikir, periset dan pengusaha muda (mahasiswa wirausaha) belum mempunyai kemampuan manajerial yang baik serta pengalamannya yang masih hijau, nah inilah yang menjadi pekerjaan rumah bagi perguruan tinggi,” terangnya.

Dijelaskan, telah dipikirkan oleh kami, tim Pusat Studi dan Pengembangan Kewirausahaan Kreatif Universitas Pendidikan Indonesia (P3K2 UPI) untuk membangun sebuah TechnoPark yang tujuannya untuk memenuhi segala kebutuhan para calon wirausaha muda yang terdidik secara akademis. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas mahasiswa yang ingin memperoleh pengetahuan tentang kewirausahaan dalam industri kreatif dan inovatif. TechnoPark akan memberikan program pelatihan, memberikan bimbingan, dan mengembangkan model pembinaan kewirausahaan dalam industri kreatif.

Lebih lanjut dikatakan, PT melalui konsep TechnoPark-nya memiliki potensi sumber daya manusia yang dapat dieksplorasi kreativitasnya. Keunggulan pengembangan ekonomi kreatif di PT salah satunya adalah bahwa kampus merupakan tempat unik karena memiliki potensi lokal dengan keragaman unggulan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi, kedua terjalinnya kerjasama antara PT dan perusahaan dalam penciptaan produk kreatif, lalu terdapatnya kehidupan sosio-historis masyarakat kampus telah menjadi pusat pengetahuan dan pusat inkubasi,  masyarakat kampus telah akrab dengan penelitian dan aktivitas kreatif intelektual, kemudian adanya pengetahuan dasar untuk meningkatkan daya saing dalam ekonomi kreatif, karena begitu banyak ide tentang produk dan penerapannya dalam produk ke dalam kegiatan sehari-hari mereka.CIMG4170

Dalam kesempatan terpisah, melalui pesan elektronik Wakil Rektor Bidang Akademik, Pengembangan, dan Hubungan Internasional Universitas Pendidikan Indonesia Prof. E. Aminudin Aziz, Ph.D., ditanya mengenai langkah yang dilakukan P3K2 di Forum Internasional, mengatakan,”Secara esensial, memang P3K2 telah membawa perspektif baru terkait dengan pengembangan program-program pemberdayaan masyarakat yang digarapnya. Sesuai dengan namanya, memang saat ini program yang dilaksanakan dibatasi untuk wilayah Priangan Timur.”

Dengan melihat sejarahnya bahwa P3K2 ini dibentuk atas kerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia yang kemudian didukung oleh Kementerian-kementerian lainnya, maka program yang dikembangkan dan digarapnya pun lebih banyak terkait dengan program yang dirancang di tingkat pusat. Namun demikian, dengan sinergi yang dilakukan dengan Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kab/Kota), ada juga program yang dilaksanakan dengan dukungan dari Pemda-pemda tersebut,” jelasnya.

Kegiatan yang terkait dengan UNESCO-WTA Conference juga, kehadiran P3K2 di sana atas kerja sama dan dukungan dari Kemenko Ekon, lanjutnya.CIMG4160

Lebih jauh diungkapkan, sebagai Wakil Rektor Bidang Akademik, Pengembangan, dan Hubungan Internasional, saya memberikan dukungan penuh terhadap langkah-langkah yang diambil P3K2 dalam menginisiasi dan implementasi program-programnya. Kita berharap dengan jejaring yang dimiliki oleh P3K2, citra UPI sebagai sebuah institusi besar akan semakin meningkat.

Ditanya kemungkinan apakah TechnoPark layak dikembangkan di UPI, Prof. Amin mengatakan,”Kalau akan membuat TechnoPark di UPI, saya lihat hal ini akan menjadi pekerjaan yang amat besar dan sangat ambisius. Bukan berarti tidak bisa kita lakukan, tetapi prasyarat-prasyaratnya harus dipenuhi terlebih dahulu. Kita juga perlu pikirkan sumber daya manusianya.”

Apakah UPI sudah memilikinya? SDM yang akan mengawaki sebuah TechnoPark tidak bisa bekerja setengah-setengah. Mereka harus benar-benar full time dan committed dengan pekerjaan utamanya. Sedangkan kondisi saat ini, dosen-dosen di UPI masih belum bisa untuk tiba-tiba loncat berpikir ke pengembangan sebuah TechnoPark. Kedua, perlu juga dipikirkan lahan yang diperlukannya. Pasti tidak sedikit. Sedangkan saat ini saja, kita masih kekurangan lahan untuk aktivitas pembelajaran yang optimal. Ketiga, pendanaan. Sumbernya dari mana? Saya skeptis kalau Pemerintah akan benar-benar committed dengan projek besar seperti pengembangan TechnoPark ini, terangnya. Namun demikian, apabila kita bisa meyakinkan Pemerintah, dunia usaha/industri, maka hal ini bukan tidak mungkin. Hanya, dengan kompetensi utama UPI saat ini, saya sebetulnya lebih condong untuk menggagas adanya EducationPark, sejenis Taman Pendidikan yang menyajikan berbagai ragam aktivitas terkait pendidikan tetapi dikemas sebagai pusat wisata pendidikan. Mungkin sejenis Pusat Eduwisata untuk para siswa, mahasiswa dan juga masyarakat pada umumnya.CIMG4350

P3K2 UPI yang dimotori oleh Dr. Leli yulifar dan Ayu krishna yuliawati, MM., mendapat dukungan penuh dari Rektor Universitas Pendidikan Indoensia Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd., Para Wakil Rektor UPI, Kepala LPPM UPI Prof. Dr. Sumarto, MSIE., serta dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia diantaranya Asisten Deputi Urusan pengembangan kewirausahaan, Koperasi dan UKM I wayan Dwi Ardana dan Kepala Bidang Pengembangan Kewirausahaan Kedeputian Bidang Koordinasi Perniagaan dan Kewirausahaan Ibrahim Hasan Kasipahu. P3K2 hadir di seminar tersebut untuk mempresentasikan makalah berjudul Development Of Technopark To Facilitate Start-Up Program In The Creative Industry (Case Study at Universitas Pendidikan Indonesia), Selasa hingga Kamis (11-13/14/2014), di Innopolis Foundation (Conference Hall), Daejeon, Korea.  

Dalam makalah tersebut disinggung tentang masih minimnya PT yang mengusung konsep TechnoPark sebagai basis inkubasi ekonomi kreatif yang memadukan sinergitas kolaboratif berbagai pihak antara akademisi, pemerintah, pengusaha, didukung lembaga riset dan teknologi informasi serta pihak lain yang menguatkan sebuah inovasi. Dalam model Triple Helix PT merupakan sumber inovasi untuk mengembangkan industri kreatif, mengembangkan program pelatihan bagi mahasiswa yang ingin menjadi bagian dari industri kreatif, membina para wirausaha muda  serta untuk mengembangkan model pembinaan kewirausahaan di industri kreatif.

TechnoPark mematenkan sebuah jejaring diantara PT, pengusaha, dan pemerintah yang bertujuan untuk mengkolaborasikan riset, ide dan inovasi, pendidikan manajerial, memberikan solusi dalam hal pembiayaan sehingga terjadi peningkatan dan percepatan dalam pengembangan produk menjadi produk berdaya jual.

Program TechnoPark yang akan dikembangkan di UPI akan menggunakan pendekatan Parcipatory sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan dan keberlanjutan usaha kecil yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat kampus melalui sistem kemitraan, partisipasi, pemberdayaan, dan kepemilikan program yang dimiliki oleh siswa, karena mereka sudah terlibat sejak kegiatan perencanaan awal pemberdayaan. Melalui kegiatan berbasis masyarakat, mereka akan dapat berpartisipasi dengan para akademisi dan pemerintah.

UPI sebagai universitas yang mengembangkan TechnoPark telah menciptakan berbagai program kewirausahaan melalui P3K2 sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan mahasiswa sehingga tidak lagi berorientasi sebagai pencari kerja. Pendidikan kewirausahaan di UPI mengandung makna yang luas, salah satunya yaitu pendidikan yang mengembangkan dan mengimplementasikan penguatan sistem inovasi untuk membangun ekonomi kreatif berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Mahasiswa wirausaha nantinya mampu mengidentifikasi peluang, melakukan pembaharuan (inovasi), mengejar cita-cita dengan sungguh-sungguh, serta memiliki keberanian untuk melihat (menganalisis) dan menangani risiko.IMG_20141113_201129

Dengan pola pikir kewirausahaan dan mengikuti pola yang menunjukkan sikap tren di atas, tidak hanya bekerja dengan mendirikan usaha dan usaha kecil baru, tapi dapat bekerja di area yang lebih luas, seperti intrapreneur, sociopreneur, ecopreneur dan di semua bidang pekerjaan lain di bisnis serta organisasi non-bisnis.

Untuk menjamin keberlanjutan program yang digagas oleh P3K2 UPI, diharapkan adanya sebuah komitmen dari lembaga keuangan untuk berkontribusi dalam pelaksanaan program TechnoPark. Pendanaannya diharapkan lebih terstruktur untuk meningkatkan jumlah pengusaha muda yang memulai bisnis di kampus melalui program yang digagas P3K2.