Mencontoh Agung Meraih Beasiswa ke Luar Negeri

Serang, UPIFoto Bersama Putra

Jika ada yang bertanya, apa tips dan trick bisa mendapatkan beasiswa ke luar negeri, maka jawabannya adalah dengan tiga hal yaitu “A Mantra, A Cause, and A Gift”. Rangkaian kata tersebut merupakan hasil ubahan dari kutipan tips meraih beasiswa penulis buku ternama Negeri 5 Menara, Ahmad Fuadi yang ternyata oleh Agung Purwa Widiyan diterapkan dalam usahanya mencapai mimpi bisa sekolah mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Alhasil Agung yang merupakan alumnus dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kampus Serang tahun 2014, saat ini sedang melanjutkan studi S-2 di Universitas Mahasarakham, Thailand. Ia sedang berlibur dan memenuhi undangan seminar di UPI Kampus Serang.

Keberhasilan Agung dalam meraih beasiswa S-2 di Thailand coba dikupas oleh Gerakan Mahasiswa Peduli Masjid Lukmanul Hakim (GMPM LH), salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa di UPI Kampus Serang dengan menghadirkan Agung Purwa Widiyan sebagai narasumber pada acara talkshow motivation. Acara yang digagas GMPM LH ini direspon baik oleh Ketua Dewan Kemakmuran Masjid Lukmanul Hakim (DKM LH), Dr. H. Herli Salim, M.Ed.

Acara dilaksanakan 30 Januari 2015 di Gedung Aula UPI Kampus Serang. Peserta membludak. Mereka memadati ruangan Aula Administrasi. Para peserta terdiri atas berbagai lingkaran mahasiswa mulai dari semester dua, empat hingga delapan. Pakaian mereka yang begitu sopan menunjukkan identitas diri sebagai mahasiswa UPI Kampus Serang. Mereka antusias dengan hadir  tepat waktu. Panitia sibuk menyambut peserta yang baru tiba dan mereka mengonsolidasikan acara dengan rapi.  Sesuai dengan jadwal, pukul 09.00 WIB acara pembukaan dimulai. Acara  dihadiri Pembina Kemahasiswaan, Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dini, Ketua DKM Masjid LH, dan dosen.Foto Bersama Putri

“Acara ini memberikan gambaran khusus bagi mahasiswa UPI Kampus Serang yang ingin melanjutkan studi ke jenjang berikutnya  dengan beasiswa, telah ada contoh dari lulusan UPI Kampus Serang yang kini sedang berkuliah di luar negeri, dan acara ini mencoba mengupas bagaimana tahapan dan proses dalam meraihnya sehingga kita bisa mempersiapkan diri sedini mungkin hingga bertemunya kesempatan dan mencapai apa yang kita inginkan,” kata Ketua GMPM LH, Ulwan Syafrudin.

“Diharapkan upaya ini merupakan usaha untuk meningkatkan kualitas lulusan S1 PGSD ke Program S-2 apalagi sampai ke luar negeri. Hal ini merupakan nikmat yang harus disyukuri oleh segenap mahasiswa UPI Kampus umumnya dan khususnya kader GMPM Luqmanul Hakim UPI Kampus Serang,” ujar Pembina GMPM LH UPI Kampus Serang, Firman Robiansyah, M.Pd.. Agung memang lulusan UPI Kampus Serang dan semasa kuliah, dia aktif berorganisasi dalam bidang keagamaan, atau  Lembaga Dakwah Kampus ( GMPM Luqmanul Hakim).

Hal senada disampaikan Drs. H. Effendy Zulkifly, M.Pd. Pembina Kemahasiswaan sekaligus Sekretaris UPI Kampus Serang, “Pak Dr H Herli Salim, M.Ed selalu mengajak mahasiswa UPI Kampus Serang untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ia selalu melakukan hal ini dengan tiada kenal lelah dalam mengajak mahasiswanya untuk studi lanjut ke luar negeri. Hasilnya Sdr Agung Purwa Widiyan bisa melanjutkan ke  S-2 di Universitas Mahasarakam Thailand. Pak Herli pantas menjadi duta luar negeri untuk UPI Kampus Serang,” ujar Pak Effendy.

Herli mengungkapkan dalm sambutannya “Suksesnya Agung bisa studi di Mahasarakham University Thailand hendaknya  menjadi motivasi untuk semua mahasiswa UPI Kampus Serang dalam mempelajari bahasa Inggris, meskipun bahasa Inggris hanya diberikan beberapa SKS. Namun, bahasa Inggris bisa dipelajari secara mandiri. Memiliki keinginan kuat seperti Agung dan tetap istiqamah dalam usaha dan doa merupakan kunci sukses untuk meraih cita cita. Semoga akan lahir “Agung- Agung lainnya” di UPI Kampus Serang”.

Acara talkshow diawali dengan pemaparan singkat oleh Agung mengenai pengalaman dan upayanya mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Terdapat tiga poin inti yang disampaikan Agung, yaitu A Mantra, A Cause, and A Gift. Di mana mantra yang dimaksud bukanlah simsalabim adakadabrak atau komat kamit. “A mantra ini sebenarnya sudah lebih dulu popular di film Negeri 5 Menara, namun merasuk dan menempel di pikiran saya adalah pada saat seminar internasional dengan tema Lesson from the Classroom yang diselenggarakan oleh UPI Kampus Serang.

Saat itu Herli Salim menjadi moderator dengan pematerinya Dr. Greg Keaney dari Australia, dalam sesi pertanyaan, saya mencoba bertanya tentang beasiswa ke luar negeri. Pak Herli Salim menjawab pertanyaan saya dengan sebaik-baiknya jawaban, beliau menyampaikan sebuah kalimat yang kemudian disebutkan oleh saya sebagai sebuah mantra, saat itu Pak Herli Salim dengan penuh khidmat berucap jika Agung ingin mendapatkan beasiswa maka “Man Jadda wa Jada” kepada saya,”, ujar Agung dengan penuh semangat.

Selain itu, pengalaman berorganisasi semasa kuliah masuk di kepengurusan BEM dan ikut berbagai even mahasiswa tingkat Provinsi Banten, seperti Lomba Karya Tulis Ilmiah mengantarkan pada point kedua dan ketiga, yaitu A Cause dan A Gift. Dua hal tersebut meyakinkan kita bahwa jika kita bermanfaat untuk orang lain, maka seluruh alam semesta juga akan membantu atau bahkan membalas niat baik kita. Siapa yang menyangka hanya dengan bermodalkan amal kebaikan, bisa menjawab segala keinginan kita.

Penutup pemaparan dari Agung adalah, “Orang yang pintar, kemudian mendapatkan beasiswa, secara duniawi itu hal yang wajar, logika berkata benar yang pintar lah yang mendapatkannya. Namun, yang saya alami hari ini adalah tidak harus pintar tapi beristiqomahlah dalam berusaha, karena yang berusaha tidak mungkin gagal, berdoa, dan beramal baik dengan sebaik-baiknya amal kepada sesama. Terakhir berharaplah dengan harapan yang tanpa batas. Yakin akan janji-Nya terhadap mereka-mereka yang berdoa,” ujar Agung.

Selanjutnya adalah sesi bincang-bincang santai, moderator memimpin acara dengan baik dan secara bijak mengucapkan kata pengantar tentang opininya bahwa sepertinya mendapatkan beasiswa itu mudah. Tinggal bagaimana usaha kita, karena orang yang berusaha tidak mungkin tidak berhasil.

“Bagaimana sih kak suka dukanya kuliah di luar negeri, apalagi di Thailand?” tanya moderator. “Bisa merasakan kuliah di luar negeri memang suatu hal yang harus disyukuri keadaannya, saya banyak belajar justru bisa lebih mengenal Indonesia, karena di kelas saya selalu membahas tentang Indonesia. Selain itu, sebagai seorang Muslim yang tinggal di negara yang mayoritas penduduknya beragama Budha, adalah hal-hal seperti menemukan masjid dan makanan halal bagi seorang muslim menjadi sebuah keberkahan yang patut  disyukuri keberadaannya, apalagi bisa mendengarkan adzan dan merasakan nikmatnya shalat Jumat berjamaah di masjid yang letaknya agak jauh dari kampus di sana adalah sebuah anugerah yang juga patut disyukuri kehadirannya,” jawab Agung kepada moderator.

Di tengah perbincangan, Sesekali moderator dengan lincahnya merangkai pertanyaan yang seru untuk di jawab. Dan perbincangan tersebut berlangsung ramah, kadang tawa renyah dan bahagia. Dalam sesi pertanyaan, banyak dari peserta menanyakan bagaimana mendapatkan rekomendasi dari dosen pembimbing, kemudian ketidaksukaan terhadap bahasa internasional yakni bahasa Inggris, sampai kepada ridho dari orang tua, karena kebanyakan bagi kaum hawa agak dipersulit untuk mendapatkan dukungan dari orang tua atas kekhawatiran dan kasih sayang mereka jika harus berpisah dengan putri tercinta dalam jarak lintas Negara adalah sebuah dilema. (Herli Salim)