Meneruskan Jejak Intelektualitas Para Guru Besar di Benua Eropa

dd-7

Seorang murid pasti tidak akan lupa terhadap para guru yang pernah mendidik dan membesarkannya dalam dunia keilmuawan, entah itu dari mulai jenjang SD, SMP, SMA/SPG, perguruan tinggi sampai S2 dan S3 sekalipun. Ada sejumlah cara pembentukan dan penguatan mental yang paling utama dalam proses membesarkan kekuatan intelektualitas para murid-murid yang dibesarnya oleh para guru dan Guru Besar yang mungkin sebagian besar penulis pernah mengalaminya.

Dengan berbagai cara yang unik dalam menyentuh nilai-nilai mental dan intelektualitas terdalam yang pernah penulis terima dari para guru, dosen dan guru besar yang pernah diterima selama ini. Ada suatu keunikan tersendiri dalam proses perolehan kekuatan mental yang harus siap dipertunjukkan dan siap diapresiasikan dalam sejumlah ajang intelektualitas tingkat internasional, seperti dalam sejumlah seminar internasional, lokakarya internasional, simposium internasional, konferensi internasional, dan sejumlah kegiatan bergengsi internasional lainnya.  Sebuah kesempatan yang langka dan sudah diprediksi, pada sebuah perjalanan konferensi internasional yang sedang diikuti oleh penulis di Paris, khususnya dipusat kantor UNESCO bertempat di Edwar VII salah satu gedung konferesi ilmuwan antar negara di dunia, selepas penulis memaparkan temuan  riset tenga Digital Humanities Communication yang dilanjutkan ke Leiden Netherlands.

Penulis berjumpa dengan Prof. Deddy Mulyana, MA.,P.hD. Beliau adalah salah satu guru, dosen dan sahabat dekat dalam hal meneliti, menulis buku dan melakukan konferensi dalam bidang keilmuwan komunikasi. Tidak sengaja penulis berjumlah di Leiden Central, kami pun bersalaman dan saling menyapa, dimana penulis sangat gembira sekali mengingat beliau adalah maha guru dalam bidang ilmu komunikasi. Penulis pernah ditempa oleh beliau dalam sejumlah rangkaian kegiatan ilmiah hingga pengalaman dan tempaan beliau dalam menuliskan publikasi karya-karya selama studi di Universitas Padjadjaran untuk akhirnya menjadi buku-buku sederhana penulis dalam bidang Komunikasi Pendidikan.

Selama percakapan , beliau menyampaikan bahwa dewasa ini alhamdulillah sudah banyak generasi penerus yang harus lebih baik dan mampu untuk meneruskan perjuangan. Target-target dan upaya-upaya mencapai keberhasilan para tokoh terdahulu agar bangsa ini bisa sejajar dengan negara-negara maju lainnya. Penulis berharap apa yang selama ini penulis pelajari dari pengalaman dan keluasan keilmuwan yang beliau berikan kepada penulis sangat besar dan tinggi nilainya dan mudah-mudahan dapat dijadikan motivasi dan penerang bagi jalan-jalan perjuangan selanjutnya untuk terus berkarya. Demikian yang saat itu penulis rasakan tak kala beliau menyampaikan petuah-petuahnya disela-sela kegembiraan kami selama perjumpaan di Negara Netherlands. Perjalananpun terus berlanjut dan akhirnya kamipun bertemu kembali di Istambul Negara Turki. Obrolan pun terus berlanjut hingga penulis membahas bagaimana menulis buku sehingga bukunya berkelas internasional.

dd-8

Tidak mudah menulis buku yang berlebel dan berkualitas dunia, menurutnya ketika beliau menulis buku terakhir yang ditulis sendiri beserta sahabat karibnya dari Leiden University membutuhkan waktu menulis selama 10 tahun. Beliau mengatakan buku yang berjudul Komunikasi Medis tersebut beliau selesaikan selama 10 tahun yaitu sejak tahun 2016. Waktu yang cukup lama memang untuk sebuah buku berkelas dunia. Memang sebuah buku yang sangat jarang ditulis dalam bidang ilmu komunikasi juga bertaraf internasional yang didukung oleh penerbit Rosda Karya merupakan buku yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Pada kesempatan pertemuan tersebut beliau terus berpesan bahwa para senior (orang tua) sudah pasti telah mencapai prestasi yang baik dan berharap dapat dilanjutkan oleh generasi muda.

Beliau menuturkan bahwa walau begitu kegiatan-kegiatan akademik beliau masih terus berlanjut dan masih kuat untuk memberikan sharing pengalaman dalam acara-acara di kampus maupun penelitian-penelitian antar universitas, bahkan antar universitas tingkat dunia. Sebagaimana yang baru beliau selesaikan dalam sebuah muhibah workshop antar universitas dari Bandung dengan universitas dari Leiden. Dengan kekuatan keilmuan yang selama ini digeluti telah mampu membawa sekitar 16 orang mahasiswanya untuk mendapatkan kesempatan workshop dan riset kolaboratif selama 2 minggu. Informasi ini merupakan salah satu bukti bahwa bangsa ini, universitas dari Indonesia ini sebenarnya memiliki potensi tinggi untuk mampu bersaing dan menunjukkan kemampuan yang baik di mata dunia. Sebagai contoh dari workshop dan riset kerjasama yang dilakoninya pad waktu-waktu terakhir kunjungannya ke negara Eropa, hamper 8 negara yang meminta untuk mendapatkan sentuhan intelektualnya.

Menurut beliau, jika memungkinkan maka para generasi muda harus mampu melanjutkan kegiatan-kegiatan ilmiah keilmuwan yang bertaraf internasional. Untuk itu menurut hemat penulis, sekarang waktunya dan upaya untuk mlakukan “napak tilas”, untuk menelusuri apa yang telah dicapai oleh para senior dan ilmuwan terdahulu dari bangsa ini sehingga di masa mendatang kita mampu berpartisipasi dan berkompetisi di level internasional. Pada kesempatan itu pula penulis menyampaikan rasa hormat dan rasa bangganya telah ditempa secara mental maupun keilmuan sejak tahun 1998 yang lalu hingga sekarang ini masih terus bersentuhan secara intelektualitas baik selama di penerbit Rosda maupun ketika berjumpa dalam acara-acara akademik ilmiah lainnya seperti pada saat penulis berjumlah di Leiden University dan Turki ini. Suatu yang sangat berharga [enulis telah merasakan betul bagaimana beliua berpesan bahwa kita harus mampu mulai menulis oleh diri kita sendiri dan suatu saat nanti gaya menulis dan mutu tulisan kita akan diminati dan mampu menyentuh apa yang diinginkan oleh para pembaca. Tentunya menulis dengan baik dan benar serta didukung oleh sejumlah pengalaman ilmiah yang benar, jika buku tersebut akan dijadikan sebagai rujukan dalam dunia pendidikan.

Jika kita mampu menunjukkan kualitas kita dalam berkarya dan kegiatan ilmiah lainnya maka negara-negara maju diapstikan akan menghargai kita, khusunya ktia sebagai peneliti. Kembali kepada pengalaman beliau yang pada kesempatan perjumpaan di Leiden tersebut merupakan suatu hikmah dan barokahnya dari kerja keras dan keuletan dari para dosen dan mahasiswa dalam melakukan kegiatan sharing keilmuwan dalam bentuk kegiatan workshop bersama. Universitas Leiden menghargai betul atas kesungguhan, kerja keras dan prestasi yang mampu diraihnya.

Dari pengalaman berharga tersebut, penulis teringat dengan sebuah buku sederhana yang pernah memperoleh masukan dan tempaan secara keilmuwan dalam bidang Ilmu Komunikasi, dimana buku yang penulis tulis tersebut memang kurang bagus secara Bahasa. Namun pada suatu kesempatan buku penulis dengan judul “ Biological Communication Through ICT Implementation” sempat diminitai oleh Prof. Bonnici dari Vienna University-Austria. Pada tahun 2012 waktu itu buku penulis sempat diminta dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris walaupun tidak begitu benar namun sempat diterbitkan oleh Lambert Academic Publishing Germany. BUku setelah 156 halaman tersebut penulis persembahkan sebagai wujud rasa hormat kepada Prof. Deddy Mulyana yang pada tahun 2015 telah menjadi reviewer pengusulan Guru Besar dalam Bidang Komunikasi Pendidikan kala itu. Semoga buku tersebut bisa terus penulis lengkapi dan perbaiki seiring dengan telah diperolehnya masukan revisi dari berbagai ahli, khususnya dari UPI untuk bidang Bahasa dan keilmuwan Pendidikannya.

Semoga dari pertemuan di Leiden dan Istambul dengan seorang maha guru professor Deddy Mulyana ini dapat terus menjadi motivasi dan dorongan bagi penulis untuk terus berjuang dalam bidnag pendidikan. Semoga apa yang penulis lakukan dapat memberikan hasil yang tidak mengecewakan. Selamat melanjutkan perjalanan dan terus berkarya prof. Kami siap untuk terus melanjutkan perjuangan ini. (Laporan Deni Darmawan)