Mengusung Teknologi Dalam Pemetaan Biopori Mahasiswa UPI Didanai Kemdikbud Melalui PHP2D

Teknologi sebagai sarana  dalam mempermudah hidup menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk meningkatkan kualitas dalam berbagai aspek, tak terkecuali 19 orang mahasiswa UPI Bandung dari berbagai jurusan dan tergabung dalam satu UKM yang sama yaitu UKM LEPPIM (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Intelektual Mahasiswa). Para mahasiswa ini mengikuti Program Holistik Pembinaan Dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) tahun 2020 yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Program ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat di desa tersebut serta potensi, khususnya yang berhubungan dengan teknologi di melalui kerja sama dengan mahasiswa agar keduanya bisa mengimbangi zaman 4.0 ini. Para mahasiswa yang tergabung dalam tim ini yaitu: Irine Sofianty, Salsabila Miyazumi Amri, Pilar Tawadhu, Agnes Amalia Rosana, Dewi Andriani, Dyla Aliffah Saffitri, Fadhil Alfa Rianto Noor, Fitri Febriyanti, Intan Yustia, Kanthi Pawening Tyas, Kiki Hardiansyah, Lelis, Maredan Alwis Banjarnahor, Mochamad Agung Maulana, Neni Nurhayati, Regina Maheswari Saniputri, Risani Bulandari, Tasya Herdiyanti, dan Tika Mulyaningsih.

Tim yang diarahkan oleh dosen pembimbing UKM LEPPIM, Dr. Eka Cahya Prima, S.Pd., M.T ini mengusung tema yang berkaitan dengan teknologi dalam pemetaan biopori, yang  berjudul “Pemetaan BnB (Biopori dan BiWeb) Berbasis IoT Guna Menanggulangi Banjir di Desa Wangunsari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat”. Tim BnB ini melaksanakan programnya di desa Wangunsari Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat pada Juni 2020 hingga November 2020. Dan memilih desa ini karena sering terjadi banjir akibat curah hujan tinggi serta kemiringan lahan yang curam. Teknologi yang diterapkan dalam program ini berupa situs website yang bernama BiWeb, yang di dalamnya terdapat informasi mengenai lokasi pemetaan biopori, profil tim, lalu web ini bertujuan untuk mendukung BMKG dalam memberikan informasi tentang perkiraan terjadi banjir khususnya di Desa Wangunsari, serta membantu pemerintah desa dalam menentukan kebijakan penggunaan biopori demi menanggulangi masalah banjir.

Teknologi berbasis web ini terhubung dengan 120 unit biopori atau lubang-lubang kecil yang berisi udara dan menjadi jalur mengalirnya air. sehingga air hujan tidak langsung masuk ke saluran pembuangan air, tetapi meresap ke dalam tanah, serta adanya lubang resapan biopori yang diisi dengan sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori tersebut yang dipasang di desa Wangunsari.

Walaupun di suasana pandemi seperti ini, “Kesan awal merasa tidak yakin karena keterbatasan komunikasi dengan anggota dan masyarakat. Tetapi alhamdulillah setelah dijalani dengan keadaan new normal, kegiatan berjalan baik seiring menumpuknya memori bahagia tak terlupakan bersama tim BnB dan masyarakat. Pengenalan awal anggota BnB dan masyarakat terkesan interaktif penuh opini seru,” ucap Irine sebagai ketua tim BnB dalam wawancara.Adapun harapan ke depannya menurut Irine, “Agar PHP2D Biopori dan Biweb dapat tersosialisasikan dengan baik, dapat berdampak besar mengatasi permasalahan banjir, berharap agar program Biopori dan Biweb tetap berkelanjutan, dan tetap menjaga silaturahmi dengan masyarakat Desa Wangunsari.” Selain itu, “Dengan adanya pemasangan biopori lumayan  dapat menahan batu-batu yang biasanya kalo hujan deras suka berserakan ke jalan, karena arusnya sedikit tertahan dengan resapan biopori tersebut,” ujar Bu RW 12 saat diwawancarai bulan Oktober lalu. Ditambahkan oleh warga dari Rw 6 selaku ketua RT 2, “Alhamdulillah sesudah ada penyerapan biopori, yang biasanya banjir sekarang alhamdulillah aliran airnya lancar. Harapannya ingin ada pembuangan air yang besar dan penyerapannya semakin banyak lagi.”