Menikmati Suasana Taman Film Bandung

Bandung, UPI

Angin Bandung pada malam hari terasa kencang dan dingin memaksa saya mengenakan jaket, padahal baju yang saya sudah kenakan cukup tebal. Tetapi Taman Film yang terletak di bawah kolong Jalan layang Pasupati terasa hangat akibat sorot lampu LED yang mengisi tiap sudut taman.

Lokasi Taman Film tepat berada di belakang taman Pasupati atau lebih dikenal dengan taman ‘Jomblo’ dan skatepark yang dapat diakses dari Balubur Town Square (BalTos). Bila anda memakai mobil lebih baik diparkir di BalTos karena dirasa lebih aman daripada parkir di dekat perumahan warga yang sepi dan kurang pengawasan apalagi pada malam  hari. Kendaraan roda dua dapat diparkir di depan jalan masuk Taman Film. Tempat parkir dikelola oleh warga sekitar dan harga dipatok Rp2.000 tanpa hitungan jam.1

Saya lumayan terpukau dengan taman Film yang keadaannya sangat kontras dengan lingkungan di sekeliling kolong Pasupati yang terkesan gelap, suram serta berantakan. Taman Film bisa dibilang sangat berwarna dan mencrang ditengah temaram kelabu beton. Nuansa ‘hijau’ ternyata bukan berasal dari rerumputan atau pepohonan layaknya sebuah taman akan tetapi dari bangku beton yang dibuat melengkung-lengkung dan dicat berwarna hijau menyerupai terasering sawah di pedesaan dan yang paling membuat saya penasaran adalah rumput sintetis yang menyelimuti lantai semen.

Bagi saya, rumput ini adalah highlight  dari taman Film karena hal ini yang menciptakan suasana taman buatan terasa nyata. Saya semangat sekali ingin menginjak rumput sintetis tersebut sampai hendak tersandung. Ternyata rumput sintetis ini sangat halus seperti menginjak karpet, tidak heran pengunjung sekitar betah tidur-tiduran sambil berbincang atau menonton tayangan program National Geographic mengenai kehidupan singa Afrika di megatron malam itu.

Pengunjung taman sangat beragam. Pada malam Senin kemarin banyak anak kecil dan pasangan muda-mudi yang berkencan. Berbeda dengan taman Jomblo yang pengunjungnya duduk berjauh-jauhan dan tidak ada sandaran pada kursi. Devia, salah satu pengunjung, dalam seminggu ia sudah dua kali berkunjung ke Taman Film. Menurutnya, Taman Film menjadi pilihan ketika bosan dan dia merasa tempat ini cocok untuk mengajak main keponakannya yang masih berumur 4 tahun.

Malam itu wifi Taman Film tidak dapat diakses tapi hal itu rupanya tidak membuat Etridio, mahasiswi UPI jurusan bahasa Jerman merasa rugi datang kesini. “Taman ini bisa dijadikan referensi buat kerja kelompok atau ngumpul-ngumpul daripada menggunakan waktunya untuk hal negatif lebih baik kita gunakan fasilitas taman ini”. Etridio juga menambahkan Taman Film berpotensi menambah mata pencaharian bagi warga sekitar yang membuka usaha kecil seperti warung, jajanan kaki lima, dan juga tempat parkir.2

Kalau Ibu Juju lebih berfokus kepada pengunjung yang berpacaran. “Kalau saya sih pengennya anak muda yang bermain ke sini tidak terlalu mengumbar kemesraan kan tidak enak dilihat sama anak kecil dan orang tua”, ujarnya sambil tetap mengawasi empat putranya yang bermain. Ibu empat anak itu ternyata langsung berkunjung ke taman Film setelah melihat liputannya di televisi pada sore hari. Ketiga putranya sedang asyik berlari-lari di rerumputan sedangkan putra sulungnya memilih untuk bermain handphone. Putra sulungnya sedikit kecewa karena dia mengira megatron akan menayangkan pertandingan bola Madrid tapi ternyata ia malah menonton singa yang sedang bereproduksi.

Ridwan Kamil sukses memanfaatkan lahan kota menjadi sarana beraktivitas dan mengembangkan potensi remaja untuk berkreasi di taman-taman yang disediakan. Taman Film ini salah satu taman yang meleburkan teknologi dengan konsep taman sebagai tempat refreshing.  Komunitas film pendek sangat diuntungkan dengan adanya fasilitas Taman Film. Mereka menjadi lebih giat lagi untuk menciptakan film-film pendek berkualitas agar bisa dinikmati masyarakat. Karya film harus melewati beberapa proses kurasi oleh tim curator Taman Film Bandung. Maka itu, tidak heran film yang kelak akan ditayangkan merupakan tayangan bermutu. Bioskop outdoor ini akan diadakan secara cuma-cuma setiap weekend. Taman Film merupakan pilihan yang tepat untuk kalian yang menginginkan suasana berbeda tanpa perlu mengeluarkan banyak biaya untuk refreshing. (Citra Meidyna Budhipradipta, Mahasiswa Ilmu Komunikasi  FPIPS UPI)