Menristekdikti Resmikan KONASPI ke IX di UNP

Padang, UPI

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Prof. Muhammad Nasir, Ph. D. secara resmi membuka acara Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) ke IX yang diselenggarakan di Universitas Negeri Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka Air Tawar, Kota Padang, Sumatera Barat. Rabu, (13/3). dalam kesempatan tersebut Universitas Pendidikan Indonesia sebagai bahagian dari kegiatan tersebut mengirimkan dosen sebanyak 93 orang perwakilan dari setiap fakultas untuk berkontribusi pada bidang pendidikan.

Menurut Rektor UNP, Prof. Ganefri, bahwa penyelenggaraan KONASPI tahun ini merupakan penyelenggaraan yang kesembilan kalinya. Keputusannya ditetapkan pada hari terakhir KONASPI VIII di Jakarta, 2016 lalu. Pada awalnya KONASPI dilaksanakan secara periodik 4 tahun sekali. Kemudian dalam perkembangannya diputuskan untuk diselenggarakan dalam 2 atau 3 tahun sekali mengingat percepatan dan perubahan dunia pendidikan dan teknologi yang berkembang pesat yang berpengaruh terhadap dinamika pendidikan nasional.

Konaspi IX yang mengangkat Tema: Pendidikan pada Era Revolusi Industri 4.0. ini diikuti sebanyak 2.089 dosen yang terdiri dari 12 LPTK negeri yaitu UNP, Unimed, UNJ, UPI, Unesa, UNY, UNS,UNM, Universitas Pendidikan Ganesha Bali, Universitas Negeri Makassar, Universitas Negeri Gorontalo, dan Universitas Negeri Manado dan diikuti juga oleh anggota Forum Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Negeri di Indonesia serta Asosiasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Swasta Indonesia (ALPTKSI). Seminar dan Pameran Konaspi IX akan dilaksanakan pada 13 – 16  Maret 2019.

Konferensi Internasional yang menghadirkan Keynote Speaker yang berasal dari 6 negara, yaitu Indonesia, Australia, Amerika Serikat, Jepang, Singapura dan Malaysia ini dibagi ke dalam dua bidang ilmu. diantaranya ICESSHum (International Conference on Education, Social Sciences and Humanities). Konferensi ini fokus ke kajian ilmu sosial dan humaniora yang berhubungan dengan kependidikan. Sementara itu ICESTech (International Conference on Education, Sciences and Technology) adalah konferensi internasional yang fokus kepada masalah sains dan teknologi yang berhubungan dengan isu kependidikan.

Hasil dari konferensi ini akan dijadikan rekomendasi kepada kementrian pendidikan tinggi maupun kementrian pendidikan dan kebudayaan. Ia berharap dari kegiatan ini terlahir beberapa pemikiran-pemikiran untuk kemajuan dunia pendidikan di Indonesia dalam rangka mencerdaskan anak bangsa.

Prof. Ganefri sebagai tuan rumah mengharapkan KONASPI IX ini menjadi wahana akademik kaum pendidik dalam memberikan sumbangsih pemikiran bagi manusia Indonesia seutuhnya terutama di bidang pendidikan.

Sementara itu, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Prof. Muhammad Nasir, Ph. D mengatakan untuk menghadapi era revolusi industri 4.0 kita mendapat tantangan yang luar biasa, dimana dalam era ini akan terjadi intergrasi antara digital, fisik dan human. Hal ini harus kita antisipasi oleh bidang pendidikan baik oleh kementrian maupun di lingkungan LPTK.

“Setiap tahun LPTK telah meluluskan sebanyak 300 ribu lulusan, dari jumlah tersebut telah terserap oleh sekolah maupun perguruan tinggi sebanyak 120 ribu, sehingga ada ratusan ribu lulusan yang masih belum terserap, jika kondisi ini terus terjadi maka ini akan menjadi masalah di masa yang akan datang”, tambahnya.

Dijelaskan Menristekdikti, jika diperhatikan, perguruan tinggi asik dengan dunianya sendiri bahwa ketika menemukan pengetahuan baru hanya dikonsumsi oleh dirinya sendiri, oleh karena itu, setidaknya perguruan tinggi harus memiliki sifat open mine, open heart, dan open wealing. Maka dengan demikian perguruan tinggi tersebut akan memiliki lulusan yang berkualitas sesuai yang dibutuhkannya.

Selain itu, masalah lain yang di perguruan tinggi adalah telah terjadi gap antara perguruan tinggi sebagai pencentak lulusan dengan dengan pengguna lulusan. “LPTK harus melakukan perubahan, maka penyiapan guru profesional menjadi sangat penting, masalah sistem pembelajaran, infastruktur harus menjadi baik sehingga lulusan LPTK bisa mendukung kebutuhan yang ada di industri dan kedepan antara perguruan tinggi dengan industri tidak ada lagi gap”, tegasnya.

Di sisi lain Gross Enrollment Ratio atau Angka Partisipasi Kasar (APK) kita masih rendah bila dibandingkan dengan negara lain. Indonesia masih diangka 34,58 %, sementara negara Singapura diangka 75%, dan Korea Selatan 92%, tentunya untuk mengejar ketertinggalan itu, kita harus bisa menerapkan sistem pembelajaran yang beradaptasi dengan teknologi, karena itu mau tidak mau teknologi tidak bisa kita tinggalkan, oleh karena itu,  perguruan tinggi dituntut harus bisa berkeasi dan berinovasi menjadi sangat penting.

Ia berharap kedepan Indonesia memiliki perguruan tinggi yang bisa mencetak tenaga guru yang profesional sehingga guru tersebut bisa mencetak peserta didik yang berkualitas sesuai yang dibutuhkan oleh industri. (Awang/DN)