Merekayasa Pembelajaran “Dimobil-Corona”

Bandung, UPI

Dimasa Pandemi ini sebenarnya banyak kreativitas dan inovasi yang dihasilkan, khususnya dalam dunia pendidikan dan pembelajaran. Seperti dapat didengar salah satunya ada sebuah obrolan panjang sekelompok guru-guru sekolah dasar, guru SMP dan ada juga guru SMA dan SMK. Mereka sedang berdiskusi bagaimana caranya di saat pandemi ini agar tetap memberikan pembelajaran yang menarik untuk para siswanya. Tentunya obrolan tersebut datang dari sekelompok guru yang sedang menunggu perkuliahan secara daring dari para dosennya yang akan segera mengajar melalui sistem e-learning vicon. Tentunya obrolan tersebut terdengar juga oleh Dosen yang akan masuk, dan langsung saja disambut oleh dosen tersebut dengan salam pembuka yang hangat dan dalam hatinya akan menagih semangat dan kekritisan para mahasiswa Magister Teknologi Pendidikan tersebut.

Obrolan tadi merupakan suasana ketika para mahasiswa Magister Teknologi Pendidikan angkatan kedua dari Program Pembelajaran Jarak Jauh atau “Kelas Mitra”, istilah kami yang membina Program Studi Magister Tekpend dari UPI untuk IPI (Mohammad Surya, 2009). Suasana tersebut sangat hangat dan tentunya menantang pemikiran para dosennya untuk memberikan materi yang terbaik. Harapannya agar guru-guru yang memiliki semangat tinggi untuk melakukan inovasi dan terus belajar. Mereka tidak menyerah dengan keadaan, bahkan mereka tampil untuk menimba ilmu-ilmu Rekayasa Pembelajaran dari Program Magister Teknologi Pendidikan yang dikutinya dengan setara S2.

Salah seorang mahasiswa baru tersebut ada diantaranya dari Pulau Sumatera, tepatnya dari Provinsi Jambi, yaitu dari kabupaten Muara Jambi, beliau adalah seorang kepala sekolah yang merupakan Alumni SPGN 1 Bandung. Kepala sekolah tersebut adalah Cecep Firmansyah, S.Pd. Beliau merantau dan berusaha menyebarkan ilmunya agar berguna bagi anak-anak di pelosok nusantara ini. Dari perkebunan sawit ke perkebunan sawit, akhirnya selama menunggu dua tahun ia pun dipercaya mendirikan sekolah di perkebunan. Pengalaman itu ia ceritakan saat diundang melalui zoom untuk bergabung di program VCDLN-TVUPI beberapa minggu lalu.

Cecep Firmansyah berkelakar saat itu bahwa ia “merasa ingin terus mengupdate otaknya,” tentunya gayung bersambut dengan adanya program hibah VCDLN-TVUPI, maka hal ini merupakan peluang membangun komunitas lebih luas. Selanjutnya Cecep firmansyah pun bergabung dengan program hibah tersebut. Melalui obrolan singkat ia pun menelisik sejumlah skill yang dibutuhkan dalam memproduksi bahan ajar video pembelajaran yang harus ditayangkan di TVUPI dalam program hibah tersebut dan akhirnya melalui sahabat dekatnya ia direkomendasikan untuk bergabung dengan program Magister Teknologi Pendidikan yang diselenggarakan secara Daring.

Tentunya hal ini sangat senang kata Cecep Firmansyah, mengingat ia berada di Pulau Sumatera nan jauh di sana sedangkan Program Magister Tekpend ini berada di Garut Jawa Barat. Namun melalui sistem PJJ ini maka baginya tidak menjadi persoalan. Seiring waktu ia bergabung dan menjadi salah satu guru yang berdiskusi dalam obrolan para mahasiswa magister Tekpend yang kini sedang belajar merekayasa pembelajaran di era pandemi.

Singkat cerita dosen mata kuliah yang ditunggu-tunggu tadi hadir dan memberikan sebuah celotehan mengenai rekayasa pembelajaran yang dapat dilakukan oleh para guru yang merupakan mahasiswa magister Tekpend tersebut. Ya, memang kebanyakan dan hampir 100 persen bahwa mahasiswa Magister Teknologi Pendidikan ini adalah para Guru-Guru dari SD sampai SMA dan ada juga dari SMK. Sejak berdirinya pada tahun 2009, kini telah menghasilkan 18 angkatan. Melalui  inovasi sistem pembelajaran yang dikembangkan prodinya maka magister Tekpend ini bermetamorfosa dan telah membuka program Magister melalui Pembelajaran Jarak Jauh berbasis E-learning Online Mobile Blended, dengan konsep kelas Mitra yang dikoordinir melalui CIELS (Central Integrated E-learning System).

Seiring dengan waktu dan kondisi, dimana salah seorang dosennya sedang mengembangkan networking untuk memproduk bahan-bahan ajar online, maka para guru tersebut telah mampu diarahkan untuk siap melakukan inovasi. Salah satu inovasi yang dikenalkan kepada para “guru magister” ini adalah “Merekayasa Pembelajaran DIMOBIL CORONA”.   Ketika mendengar topik diskusi tersebut para mahasiswa terkesiap dan bertanya-tanya, “Pak Dosen, bagaimana mungkin melakukan rekasaya pembelajaran di mobil Corona, saya tidak punya, paling punyanya, Mobil Toyota.?”. Demikian dilontarkan oleh salah seorang “Guru Magister” ini kepada dosen yang bersangkutan. sang Dosenpun tersenyum dan menjawabnya, “ Pak Guru bahwa Rekayasa yang dimaksud adalah sebuah Akronim agar kita tidak kalah dengan suasana Pandemi Corona”, maka kita lakukan rekayasa tersebut yang artinya “ Merekayasa Pembelajaran “DIGITAL ONLINE MOBILE COOPERATIVE NETWORK AND AUGMENTED”. Nah, Jadi itulah akronim dari Tema Rekayasa Pembelajaran kita kali ini”. Demikian disampaikan oleh dosen para “Guru Magister” tersebut. Selanjutnya Apa dan Bagaimana Rekayasa tersebut, maka penjelasannya dapat diikuti pada acara Webinar Hari Rabu Tanggal 14 Juli Bersama LPPM Universitas Pendidikan Indonesia. (DD, Medio 4 Juli, 2021)