Mewujudkan Islam Rahmatan Lil’Alamin

Bandung, UPI

Kita harus yakin, bahwa umat Islam bisa unggul, bisa mulia, dan bisa menang, hanya ketika umat Islam benar-benar berpijak dan mengindahkan tuntunan Allah. Umat Islam tidak akan unggul ketika mereka lebih mengedepankan dorongan nafsu dan amarah. Umat Islam tidak akan menang ketika mereka lebih membanggakan diri karena jumlah atau senjata. Demikian diungkapkan oleh Aam Abdussalam pada Khutbah Idul Fitri 1438 H di Masjid Al-Furqan UPI Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Minggu (25/06/17).

Perjalanan panjang sejarah umat Islam telah membuktikan pula, bahwa keunggulan dan kemenangan umat islam terjadi hanya karena pertolongan Allah. Pertolongan Azza wa Jalla akan hadir dan diperoleh secara nyata apabila umat Islam benar-benar membela Allah, membela agama Allah.

Aam Abdussalam juga mengatakan “Adapun membela Allah atau agama Allah tidak memiliki makna lain kecuali bahwa orang Islam harus mengembangkan seluruh pertimbangan, keputusan dan tindakannya sesuai bimbingan, izin dan ridha-Nya. Singkat kata, bahwa umat Islam hanya unggul dan menang apabila mengembangkan seluruh sikap dan tindakan dengan cara sesuai dengan tuntunan dan cara yang diridhai-Nya.”

“Ketika kita berdakwah dengan cara yang kurang besahabat, karena pikiran kita masih diliputi kebencian dan rasa kurang senang kepada orang-orang yang didakwahi, sehingga muncul sikap atau kata yang dapat meretakan persatuan dan persaudaraan. Apakah ketika itu kita sedang membela Islam dan mengagungkan Al-Quran? Tidak, sama sekali tidak. Ketika itu kita sedang melampiaskan amarah dan merusak prinsip persatuan dalam Islam,” tambahnya.

Ini adalah kenyataan-kenyataan pahit yang terus menerus dipelihara oleh umat Islam. Ini adalah musibah agama yang serius. Dan inilah bukti nyata bahwa Islam itu terhalang oleh umat Islam sendiri.

Aam juga menyampaikan “Islam yang hadir sebagai rahmatan lil alamin benar-benar sedang diuji dan dipertanyakan kemuliannya dengan kenyataan tersebut. Apakah Islam yang santun dan lembut boleh terbawa situasi yang tidak bersahabat, sehingga yang zalim dilawan dengan zalim juga, dan yang kasar dilawan dengan kasar juga.”

Selain prinsip kebaikan yang menyeluruh, cara pandang paling dominan yang harus dikembangkan oleh orang Islam dalam menghadapi berbagai permasalahan dan kenyataan adalah cara pandang yang didasari kasih sayang. Dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan siapapun orang Islam harus berangkat dari cara pandang sayang. Bahkan, ketika berhadapan dengan orang yang memusuhinya sekalipun.

Kenyataan telah membuktikan. Ada orang kaya dipermalukan oleh kekayaannya. Ada orang pintar malah dijerumuskan oleh kepintarannya. Tidak sedikit pula pejabat yang diperbudak dan dipenjarakan oleh jabatannya. Semua terjadi karena pertolongan Allah tidak hadir dalam hidup dan kehidupannya. Bagaimana tidak, mereka sendiri tidak menghadirkan Allah dalam setiap pertimbangan, keputusan dan tindakannya.

Hanya islamlah yang mampu mempraktikan paham kenetralan, toleransi dan penghargaan akan nilai-nilai kemanusiaan dan HAM yang sebenarnya. HG. Wells, seorang penulis terkenal, dalam bukunya, “What is Coming” mengakui fakta ini. Dia menuliskan, “Agama Islam ialah agama yang agung lagi sederhana dan hidup di udara yang terbuka, agama yang agung dan sederhana paham dan pemakainya. Pemeluknya berasal dari beragam suku bangsa dari Nigeria sampai ke Cina. Islam adalah satu-satunya agama yang paling sesuai untuk seluruh penduduk dunia, agama yang sudah kita dengar menjadi buah tutur orang, agama yang selaras dengan tabiat alam. (Ija)